Posted by : Cak_Son Kamis, 22 September 2016

“Tuntutlah ilmu meski ke negeri Cina”. “Pungutlah hikmah itu dari bejana apapun ia berasal, karena sesungguhnya hikmah itu harta kaum Muslim yang hilang”. (Nabi Muhammad SAW)

Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam[1]
Bagian pertama: urgensi revitalisasi khazanah Islam
Hancurkan dunia sampai berkeping-keping bila tidak sesuai dengan-mu, dan ciptakan dunia yang lain dari kedalaman wujudmu. Betapa pedihnya manusia merdeka yang hidup di dunia yang diciptakan oleh manusia lain. (Muhammad Iqbal 1873-1938)
Bangkitlah, dan ciptakan dunia baru, Bungkus dirimu dalam api, dan jadilah seorang Ibrahim, Jangan mau tunduk kepada apa pun kecuali kebenaran, Ia akan menjadikanmu seekor singa jantan. (Muhammad Iqbal 1873-1938) 
Jangan hinakan pribadimu dalam imitasi. Bangunlah, hai kau yang asing terhadap rahasia kehidupan. Nyalakan api yang tersembunyi dalam debumu sendiri. Wujudkan dalam dirimu sifat-sifat Tuhan (Muhammad Iqbal 1873-1938) 
Revolusi Tauhid memiliki tiga pilar: 1. Revitalisasi Khazanah Islam Klasik, 2. Menentang Imperialisme Kultural dan Peradaban Barat, 3. Analisis atas Dunia Islam. (Hassan Hanafi)
Bagian kedua: peran Filsafat dan pemikiran Islam
Tradisi keilmuan islam berguna untuk membangun keautentikan peradaban Muslim itu sendiri. Tanpa apresiasi akan tradisi Islam, kita tidak mungkin menghidupkan dan mengembangkan kembali etos keilmuan Muslim yang amat tinggi. Sedangkan tradisi intelektual itu sendiri tidak akan memiliki cukup vitalitas jika tidak memiliki keautentikan sampai batas-batas tertentu. Keautentikan itu antara lain dapat diperoleh dari adanya akar dalam sejarah. (Nurcholish Madjid) 
Pemikir Muslim modernis liberal dan aktivis reforms radikal (seperti Wahabi) adalah dua sisi dari koin yang sama. Kedua gerakan itu telah melakukan subversi terhadap nilai-nilai dan ajaran tradisi Islam. Kaum modenis menganut doktrin-doktrin pokok pemikiran Barat dengan mentalitas inferior yang muncul dari kesalah pahaman mengidentifikasi kekuasaan Barat sebagai ideologi Barat. Sementara itu, kaum reformis puritan lari tugang-langgang dari situasi seperti itu menuju fanatisme dan sentimentalisme kesalehan. Kaum modernis gagal menawarkan solusi karena mereka mulai dengan kapitulasi intelektual, sementara kaum puritan gagal lantaran mereka hanya menyediakan solusi-solusi perantara yang bersifat fideistik dan voluntaristik. (Joseph Lumbard 2004)
umat Islamlah yang pertama kali mengangkat ilmu pengetahuan menjadi isu kemanusiaan global diatas sekat-sekat ras dan kebangsaan yang telah berlangsungberabad-abad seblum kedatangan Islam. (Nurcholish Madjid)
Posisi Wahyu dalam Peradaban Islam
Dapat dikatakan dengan tegas bahwa al-Qur’an merupakan faktor pendorong pertama bagi kaum Muslim untuk mempelajari ilmu-ilmu rasional, baik ilmu kealaman maupun matematika dan filsafat. (Al-allamah Thabathaba’i)
Menjunjung Tinggi Orisinalitas
Meskipun aku hidup dimasa belakangan, (namun) aku menawarkan apa yang tidak bisa ditawarkan oleh orang-orang masa terdahulu.  (Abu al-Ala’ al-Ma’arri)


[1] Karya Husain Hariyanto, 2011. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam. Jakarta Selatan: Mizan, cet. I.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Total Tayangan Halaman

Popular Post

- Copyright © MBB -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -