Posted by : Cak_Son
Minggu, 30 Oktober 2016
MAKALAH
MENGENAL KARL MARX
(1818-1883)
Untuk Memenuhi Tugas Teori Sastra II (Nadzoriyat al Adab II)
Dosen Pengampu:
Dr. H. Helmi
Syaifuddin, M. Fil I
Oleh:
Nadia Mahfuzah, Ubaidillah Alfaisal S DKK
Tidak ada yang bisa memprediksi
pemikiran-pemikirannya akan menjadi sebuah sistem pemerintahan. Dan membentuk
organisasi-organisasi dengan ideologi yang bersebarangan dengan negara adikuasa. Mereka
menjadi satu kubu yang disebut blok timur. Mereka dikenal dengan komunis dan
sosialis. Lawan mereka adalah blok barat, kapitalis dan liberalis. Keduanya
berseteru dan mencari sekutu.
I’tikad baiknya akan kondisi sosial di Jerman,
membuatnya memikirkan bagaimana agar orang-orang proletar mendapat kedudukan
yang layak sebagaimana orang-orang borjuis. Ia pernah memprediksi pada akhirnya
kapitalis akan tergerus oleh kondisi ekonomi dan politik. Dan untuk pertentangan
mengenai komunitas kapital dan proletar,
ia akan berubah menjadi sosialis dan selanjutnya
orang-orang proletar tadi akan menjelma sebagaimana mereka telah menghadapi
orang-orang di atas dan menjadikan mereka tersubordinasi. Mereka menjadi
komunis.
Berawal dari Georg Wilhelm Frederich Hegel
(1770-1831), seorang filsuf yang pernah mempertentangkan antara filsafat dan
sejarah. Sehingga ia dipersepsi telah melakukan rekayasa data sejarah kepada
filsafat. Tokoh ini menjadi penting karena pemikirannya menular kepada Karl Marx. Hegel
memiliki prinsip sendiri dalam menjelaskan sejarah, yakni orisinil, kritis, dan
filosofis. Hegel menekankan pada aspek orisinil karena pada sejarah harus
mendeskripsikan kejadian-kejadian berdasarkan masa terjadi atauu yang paling
mendekati. Namun tidak bisa disangkal bahwa pandangan mereka terhadap sejarah
kelak akan berbeda dengan pandangan orang-orang yang mereka tulis. Pandangan
sejarah orisinal tersebut, jelas Hegel, memunculkan sebuah pendangan universal.
Para sejarawan universal melakuan penelitian-penelitian terhadap sejarah
sebuah kelompok, sebuah negeri atau bahkan dunia. Dua problem menyulitkan
mereka. Pertama, mereka kesulitan untuk menentukan batas cakupan
penelitian mereka kepada tempat, masa, atau orang-orang tertentu? Kedua, mereka
dipusingkan oleh problem bagaimana berlaku adil kepada pandangan-pandangan
selain pandangan-pandangan mereka sendiri? Apakah mereka sedang memahami spirit
masa-masa lain atau hanya memakai data sejarah untuk menegaskan pandangan
mereka sendiri? Apakah mereka sedang memahami spirit masa masa-masa lain atau
hanya memakai data sejarah untuk menegaskan pandangan mereka sendiri? Untuk
merespon dua hal ini, tegas Hegel, para sejarawan biasanya mengakhiri penulisan
sejarah pragmatis, kritis, dan fragmentaris (Marnie Hughes-Marrington: 2008,
hal 262). Sehingga bagi Hegel, pemikiran-pemikiran Hegel ini adalah studi
sejarah menjelaskan manifestasi progresif ‘Pikiran’, yang terjadi di sepanjang
fase yang melibatkan pertempuran(Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 412).
Karl Marx hanya dengan memperhatikan keadaan
masyarakat Jerman pada abad ke-19, merumuskan bahwa untuk memperbaiki masyarakt
dengan cara saling menutupi posisi sosial di masyrakat, dan semestinya harus
diubah pada setiap sendi-sendinya dengan radikal. Pada diksi dan pemilihan yang
lebih tepat, pemahaman dan pemikirannya, dinamakan materialisme dialektis dan
materialisme historis. Ia juga memiliki rumusan sendiri tentang negara dan
demokrasi.
Bagi kritiks sastra Marxis, secara eksplisit
menjelaskan bahwa kedudukan-kedudukan masyarakat secara sosial dan politik akan
berwujud pada karya sastra. Kondisi-kondisi di negaranya atau kebijakan
pemerintah akan nampak pada karya sastra. Saat itu kondisi di Jerman sangat
memungkinkan kritik kondisi masyarakat dalam bentuk karya sastra.
Ideologi-ideologi masyarakat dikategorikan dalam pencipataan karya sastra.
Sehingga baginya kesusasteraan dan seni termasuk bidang ideologis, tetapi memiliki
suatu hubungan dengan ideologi yang bahkan kurang langsung ketimbang yang dijumpai
dalam hal sistem agama, hukum, dan filsafat (Roman Selden: 1993, hal 23)
Seharusnya masyarakat sadar akan esensi karya
sastra yang berfungsi secara gradual kepada masyarakat. Tidak apolitis dan
kecenderungan ekonomi. Sehingga karya sastra adalah bagian dari masyarakat yang
mencerminkan kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Bagi yang lama dan yang
baru, adalah konsepsi yang seharusnya masih bersinggungan dengan masa depan
masyarakat. Masalah bagi Marx, adalah menerangkan bagaimana sebuah seni dan kesusasteraan
dihasilkan dalam suatu organisasi kemasyarakatan yang sangat kuno masih dapat
memberikan kesenangan estetik kepada kita dan dipandang “sebagai suatu ideal
standar dan mustahil dicapat”. Ia tampaknya menerima dengan enggan suatu
“keabadian” tertentu dan “keuniversalan” dalam kesusasteraan dengan kesenian,
karena hal ini akan menjadi kesepakatan yang pokok kepada salah satu dasar
pikiran ideologi borjuis(Roman Selden: 1993, hal 23).
1.
Siapa Karl Marx?
2.
Bagaimana buah pemikiran Karl Marx?
3.
Apa Kontribusi Karl Marx dalam kesusasteraan?
1.
Memahami dan mengetahui secara singkat atau mendalam
riwayat hidup Karl Marx (1818-1883)
2.
Memahami buah pemikiran Karl Marx untuk kondisi
kesusasteraan dan kultural dalam masyarakat.
3.
Mengetahui kontribusi teori dan gagasan Karl Marx untuk
kesusasteraan
Karl
Marx (1818-1883) adalah tokoh yang hidup di abad XIX, dan
pengaruh pemikirannya nampak di abad XX. Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada
5 Mei 1818. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah
agama dari Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah
diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya
mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih
menyukai untuk menjadi penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan
ilmu yang digemari pada saat itu. Setengah semester ia bertahan, dan melompat ke
Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk
kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub para doktor, dan
menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel
untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum
Hegelian Muda”. Namun karena
mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian
Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
Dia
memulai studi hukum di Universitas Bonn pada 1835. Namun dia pindah ke Universitas Berlin setahun
setelahnya atas perintah Bapaknya usai terluka dalam sebuah perkelahian
dan ditahan sebab mabuk-mabukan. Di Berlin dia mengalihkan minatnya dari hukum
ke filsafat dan sangat berpengaruh oleh ide-ide Hegel dan para penafsirnya
seperti Bruno Bauer dan Ludwig Feurbach. Dia dianugerahi gelar doktor lantaran
disertasinya tentang perbedaan-perbedaan antara ide-ide Demokritus dan Epicurus
pada 1841, namun sebab tak bisa menjadi dosen, dia menjadi wartawan untuk
mencari nafkah. Awalnya dia menulis dan mengedit Rheinische Zeitung,
sebuah koran liberal demokrat, namun setelah koran ini dibredel oleh pemerintah
Prussia pada 1843 dia pindah ke Paris untuk menulis buat Deutsch-
Franzosische Jahrbucher. Di Paris, di menjelajahi ide-ide ekonomi, politik,
sejarah, filsafat serta mulai bersahabat dengan Frederich Engels (1820-1895), anak seorang pengusaha tekstil kaya, yang juga tertarik dengan filsafat
Hegel. Marx dan Engels manulis Die Heilige Familie (1845, terj. The
Holy Family, Selected Writings, hal.131-155), telaah kritis terhadap
filsafat Bauer, sebelum Marx dan keluarganya dipaksa pindah dari Berlin dan
Brussle (Marnie
Hughes-Marrington: 2008, hal 410-411).
Karl Marx kawin dengan
Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan. Mereka hidup di Paris.
Dari seorang liberal radikal ia
menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas
permintaan pemerintah Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke
Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang
definitif.
Karl
Marx pernah menghimpun komunitas komunis di seluruh dunia di Brussles. Bersama
Engels berkarya dan mengomentari filsafat Jerman dan Prancis populer serta
ide-ide sosialis. Secara aktif ia menulis di New York Tribunne, aktif
dalam gerakan-gerakan pembaruan politik dan kerap berbeda pemikiran dengan
anggota komunis dan sosialis lain. Ia juga pernah berpartisipasi pada Liga
Komunis di London pada tahun 1847. Yang menghadiri liga tertarik dengan
keyakinan dan tujuan Karl Marx dan Engels, sehingga menciptakan karya Das
Kommunistische Manifest. Sebelum
kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian
juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi
revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke
London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Karl Marx tumbuh di tengah
pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang
menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial.
Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi
empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya
Ketika
menjelang kematian, Karl Marx masih melakukan aktivitas sebagaimana yang
sudah-sudah, sebagaimana hari-hari ia biasa jalani. Ia bangun pada pukul tujuh,
minum beberapa cangkir kopi pahit, dan kemudian masuk ke ruang belajarnya, di
sana ia membaca dan menulis sampai pada pukul dua siang. Setelah cepat-cepat
menyelesaikan makanannya ia kembali bekerja sampai waktunya makan malam, yang
dilakukannya bersama-sama dengan keluarganya. Setelah itu ia akan
berjalan-jalan sore di Hampstead Heath, atau kembali ke ruang belajarnya, di
sana ia bekerja sampai pukul dua atau tiga dini hari (Isaiah Berlin: 2000, hal
425).
Kalimat
yang dilontarkan oleh Ahli Sosiologi Rusia Kovalensky mengenai Karl Marx bertentangan
dengan orang-orang di tahun-tahun berikutnya, yakni ‘sebagai seorang lelaki
yang pemurun dan sombong, yang terang-terangan menolak semua ilmu pengetahuan
dan kebudayaan borjuis. Dalam kenyataannya ia adalah seorang pria Angelo-Jerman
yang berpendidikan baik, sangat sopan, seorang lelaki yang hubungan dekatnya
dengan Heine telah menumbuhkan di dalam dirinya suatu nada sindiran yang
menyenangkan, dan seorang yang dipenuhi dengan keriangan hidup, syukurlah
kehidupan pribadinya menyenangkan sekali’(Isaiah Berlin: 2000, hal 427).
Pada
tanggal 14 Mei 1883, ia mengakhiri usia karena abses telah tumbuh di
jantungnya. Posisinya pada saat itu adalah sedang duduk di ruang belajarnya.
Saat itu juga ia sedang berada di London.
Dalam “Economic and Philosophical
Manuscripts”, Marx menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami
empat lapis keterasingannya, yaitu keterasingan dari hasil kerjanya,
keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya,
dan keterasingan dari speciesnya (jenisnya) ((Harry Ritter, 1986:4-5)Sutarjo
Adisusilo, 2007: 155). Dalam masyarakat industri yang kapitalistis, yang
berdasarkan milik pribadi, manusia khususnya kaum buruh hanyalah alat dalam
proses produksi. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 155).
Sebelum kita melangkah pada materialisme
historis maka kita lebih dahulu melihat serba singkat gagasan Marx tentang
materialisme dialektis. Memang kedua hal ini kait-mengkait sehingga tidak
jarang bahwa pemikiran Marx ditera dengan kedua nama tersebut, karena keduanya
memang membuat nama Marx mencuat ke permukaan diantara pemikiran para filsuf
besar abad ke-19. Tetapi perlu disadari bahwa Marx sendiri tidak pernah
menggunakan nama-nama tersebut. Nama “materialisme historis” diperkenalkan oleh
Engels ketika Marx telah meninggal, sedang nama “materialisme dialektis”
diperkenalkan oleh pemikir kenamaan Russia yang bernama G. Plekhanov tahun 1891
((Bentens, 1983:79)Sutarjo Adisusilo, 2007: 158-159). Dengan kedua nama
terkenal itu nampak jelas betapa besar pengaruh Hegel terhadap Marx, sebab metoda
dialektika menjadi dikenal masyarakat berkat Hegel menerangkan proses sejarah Idee
Absolut atau Rob Absolut. Dengan proses dialektika terjadi gerak maju dari
taraf rendah ke taraf yang lebih tinggi dengan nama pertentangan dan persatuan.
Dengan demikian, dialektika mencakup suatu pola ulangan dari antagonisme yang
disusul oleh penyesuaian. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 158-159).
Gagasan
Karl Marx memunculkan apa yang lumrah disebut sebagai New Left (Kiri
Baru). Konsepsi pemikrian Karl Marx banyak diambil oleh seorang filsuf, yakni
Hegel. Tentang idealisme. Konsep tentang manusia dan panca indera perihal usaha
untuk memperoleh kebenaran (truth). Penjelasannya; kebenaran itu sangat
luas dan apa yang diketahui manusia tentang kebenaran hanya bagian-bagiannya
saja. Untuk mendapatkan keseluruhannya bisa ditangkap oleh pikiran manusia
melalui proses dialektik. Yakni proses analisa yang berasal dari
tesis-pernyataan/teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan dalam
karangan- melalui antitesis, menuju sintetis, dan seterusnya seperti itu yang
dimulai dari awal. Ketika terbersit kebenaran yang menyeluruh itu maka ia
dinamakan ide mutlak, yang menandai berakhirnya kegiatan dialektis.
Gagasan-gagasan
yang ada saat terjadinya proses dialektia ini adalah yang pertama gagasan bahwa
semua berkembang dan terus-menerus berubah, dan yang kedua adalah gagasan bahwa
semua memiliki hubungan satu sama lain. Jadi, boleh dikatakan bahwa dialektik
adalah gerak maju dari taraf rendah ke yang lebih tinggi dengan suatu irama
pertentangan dan persatuan. Dengan kata lain, dialektik mencakup suatu pola
ulangan dari antagonisme yang disusul oleh penyesuaian (Prof. Miriam Budiarjo:
2008, hal 142).
Landasan
mengenai teori dalam masyarakat Karl Marx berangkat dari ide mutlak Hegel.
Karena pada dasarnya pergumulan keputusan kebenaran yang dikemukakan Hegel
berasal dari konflik. Sebuah asas yang membantunya merumuskan teori
perkembangan masyarakat. Secara sistematis untuk mencapai revolusi, ia akan
menyelesaikan dulu materialisme dialektik sebagaimana konsepsi Hegel tentang
ide mutlak, dan darinya menghasilkan konsep-konsep untuk mengenal perkembangan
masyarakat dalam segi sejarah. Ia menamainya dengan materialisme historis.
Materialisme
dialektik adalah paham tentang hukum dialektik yang berasal dari dunia materi.
Yang berbeda dengan paham idealisme yang mengatakan bahwa hukum dialektik
berasal dari dunia abstrak. Lebih dari ajarannya tentang materialisme dialektik
adalah setiap benda dan keadaan mengalami perlawanan di setiap segi-segi entitasnya.
Sesuai dengan hukum dialektika, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali
ditimbulkan suatu negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama,
suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya
sendiri. Jadi, setiap obyek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk
penghancuran diri sendiri untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih
tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai pengahancuran dari yang lama, sebagai
hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi
intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari yang sederhana ke arah
yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat-lompat melalui gerak
spiral ke atas dan tidak melalui gerak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi
yang tertinggi, maka selesailah perkembangan dialektis.
Sedangkan
pada materialisme historis adalah paham untuk menganalisa perkembangan masyarakat di setiap
kurun waktu. Dan materi yang kecenderungan mengalami analisa oleh Marx adalah
ekonomi, maka kerap disebut analisa ekonomis terhadap sejarah. Perubahan dalam
masyarakat disebabkan oleh hukum-hukum dialektik sehingga mengantarkan mereka
menjadi masyarakat sebagaimana sekarang. Bagi Marx, proses perkembangan
dialektik dimulai oleh struktur bawah; masyarakat dan juga akan menggerakkan
struktur atas. Segi ekonomi struktur bawah memiliki basis yang terdiri dari dua
aspek, yakni cara berproduksi dan hubungan ekonomi. Pada cara berproduksi
biasanya mereka akan menghasilkan teknik-teknik dan alat-alat. Dan pada
hubungan ekonomi masyarakat akan melaksanakan sistem yang ada pada masyarakat
seperti sistem hak-milik, pertukaran dan distribusi barang. Dan dari stuktur
ini akan menciptakan basis baru seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan,
konsep-konsep hukum, kesenian, agama, dan ideologi. Yang disebut juga struktur
atas.
Dan
pada saat di mana Marx berada, masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat
kapitalis. Gerak dialektis ini mulai pada saat komune primitif berkembang dari
suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas
menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dan
karena itu mengenal pula pembagian dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat
yang semula bersifat komune primitf pada suatu ketika menjadi masyarakat budak,
terjadi pertentangan antara kelas budak dan kelas pemilik budak. Masyarakat
budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feodal yang pada gilirannya
pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas-penggarap
tanah-pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi-berubah menjadi masyarakat
kapitalis (Prof. Miriam Budiarjo: 2008, hal 144). Namun untuk mewujudkan itu,
kaum proletar harus mengambil alih tampuk kekuasaan dengan cara-cara kekerasan
dan paksaan. Revolusi.
Bagi
penafsir gagasan Karl Marx, ada Eduard Bernstein (1850-1932), yang berpendapat
ketidakharusan memakai cara-cara kekerasan dan paksaan, kehidupan kaum komunis
bisa dicapai-tanpa kelas sosial dan keterikatan yang bebas dan tiada
eksploitasi- dengan cara parlementer dan atas dasar hak pilih umum. Pemikiran
ini sebenarnya ditujukan kepada negara eropa yang sudah maju
industrialisasinya, yang perlu ditambah, diubah, dan dilengkapi. Dan bagi yang
belum sampai pada tahap demikian, pemikiran Marx ditafsirkan dengan khusus
menjadi Marxisme-Leninsme/komunisme oleh penguasa Rusia seperti Lenin, Stalin,
Khrushchec, dan kawan-kawan.
Marx
berkeyakinan bahwa ide dan cita-cita memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Manusia adalah makhluk yang cenderung membenarkan tindakan-tindakannya
dengan memberi alasan-alasan, meskipun sebagian besar alasan-alasan itu kadang
kala tidak menerangkan sepenuhnya tindakannya, melainkan menyesatkan orang lain
mengenai tujuan dan asal tindakan tersebut. Atas dasar ini maka gagasan-gagasan
atau ide-ide yang dihasilkan manusia bersifat ideologis, intinya membela dan
menjaga kepentingan suatu kelas atau kelompok tertentu. Tentu saja hal itu
tidak dinyatakannya sedemikian rupa sehingga orang yang dapat menerimanya
sebagai yang benar. Dari itu semua, beberapa pengertian ideologi perlu disoroti
lebih jauh. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 164).
Marxisme berawal dari
tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham yang
mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup
ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis serta
penerapannya dalam kehidupan sosial (Lorens Bagus: 2000, hal 575). Marxisme
lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua
ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa/kelas buruh. Menurut
analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah
berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi
proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang
ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang
dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses
produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya
adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri,
sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil
kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah
besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan
global.
Berbeda dengan model-model
sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai “sosialisme ilmiah”. Untuk
mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada penelitian syarat-syarat
objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pada
pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah merupakan dasar bagi
sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah menemukan hukum objektif
perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme historis adalah hukum-hukum
gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang paling universal. Marx
menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti sains yang pasti dan eksak.
Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena
berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat
(Franz Magnis Suseno: 2001, hal 136-137).
Marxisme pada hakekatnya bukanlah
merupakan suatu penafsiran terhadap perubahan proses-proses dalam masyarakat,
akan tetapi merupakan sebuah terori yang menyatakan bahwa hukum objektif
perkembangan masyarakat dapat ditetapkan sama seperti halnya penemuan-penemuan
dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa bersifat pasti dan universal. Dengan
mengajukan sosialisme ilmiah sebagai penerapan hukum dasar alam pada
masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan oleh ilmu-ilmu alam, karena
memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam (Franz Magnis Suseno: 2001, hal
2001).
Landasan mengenai kontribusi Karl
Marx bagi kesusasteraann ada pada pemikirannya tentang studi sejarahnya.
Khususnya tentang kondisi masyarakat. Bahwa, masyarakat telah melalui sejumlah
‘mode produksi’ yang berbeda: bentuk-bentuk atau tahap-tahap pengorganisasian
ekonomi, yang ditandai oleh kekhasan bentuk relasi-relasi produksi.
Bentuk-bentuk pengorganisasian ekonomi tersebut adalah mode komunal primitif,
mode kuno, feodalisme, dan kapitalisme. Dalam masyarakat komunal primitif,
kepemilikan bersifat komunal ketimbang pribadi. Kerja bersifat komunal atau
dilakukan oleh keluarga-keluarga tertentu, dan tak ada pembagian kerja yang
tegas antara keterampilan perkotaan dan pertanian pedesaan dan antara kerja
spesialis dan kerjan non-spesialis (Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 417). Contoh pengorganisasian ekonomi ini dimulai sejak awal-awal
sejarah Eropa.
Pengorganisasian ekonomi mode kuno berlangsung
dengan sistem pemisahan kerja antara di desa dan kota (namun kerja didominasi oleh
kerja di kota). Contoh masyarakatnya seperti di Yunani, Romawi, dan beberapa
wilayah Timur Tengah.
Bagi sistem pengorganisasian ekonomi
feodal terjadi keitka jatuhnya Romawi. Yakni kaena penjajahan, maka akan
menimbulkan relasi pengorganisasian ekonomi antara budak dan para pemimpin
sosial dan militer masyarakat.
Kapitalisme muncul karena tiga
kondisi, di akhir Abad Tengah. Pertama, bermunculannya buruh-buruh. Mereka
bukan bagian dan unsur-unsur alat-alat produksi. Kedua, penumpukan besar
kapital dagang. Dan yang ketiga karena kerja perkotaan mengalahkan sistem
serikat kerja.
Artinya landasan tentang
pengorganisasian ekonomi dalam masyarakat adalah realita yang memungkinkan
orang-orang miskin menjadi kelas terbawah. Sejarah memproduksi kebenaran tidak
lagi berangkat dari ide, namun karena kebendaan. Apa yang dimiliki oleh
masyarakat dalam sistem sosial menunjukkan status. Maka berangkat dari
kesusasteraan yang realis, ide-ide Karl Marx memiliki apresiasi kepada
masyarakat kelas bawah untuk mau bergerak dan maju. Serta mengikutkan sistem
keadilan dan kesejahteraan yang ada untuk masyarakat. Corak penceritaannya
kerap seputar sejarah dan usaha rakyat kecil menggapai kedudukan.
Satu kata untuk menyebut kontribusi
Karl Marx dalam kesusasteraan. Yakni Realisme sosialis. Sebuah aliran modern
yang berawal dari realisme, namun disusupi dengan sejarah dan pengalaman hidup.
Seperti Pramoedya Ananta Toer. Salah satu poin dari konsep realisme sosialis
adalah, ia akan memberikan keberanian kepada rakyat untuk mewujudkan orientasi
terhadap sejarahnya. Tak hanya berhenti pada realita, namun terus menjadi
proses dialektika untuk menemukan kebenaran.
Karena berangkat
dari filsafat Marxis, maka konsepsi pemikirannya pun menganalisis manusia
secara keseluruhan, dan menggambarkan sejarah revolusi manusia juga secara
keseluruhan. Dalam definisi Pramoedya, “Realisme sosialis merupakan metode yang
meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan
sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis
mempergunakan pandangan yang struktural fundamental” (Eka Kurniawan, 2000).
Bagi Eka
Kurniawan, realisme sosialis sesungguhnya merupakan teori seni yang mendasarkan
pada kontemplasi dialektik antara seniman dan lingkungan sosialnya. Seniman
ditempatkan tidak terpisah dari lingkungan tempatnya berada. Hakikat dari
realisme sosialis ini bisa dikatakan menempatkan seni sebagai wahana
“penyadaran” bagi masyarakat untuk menimbulkan kesadaran akan keberadaan
dirinya sebagai manusia yang terasing (teralienasi, dalam istilah marxis) dan
mampu menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki kebebasan. Sebelumnya,
sejarah dipandang sebagai suatu gerak yang tetap, mutlak, dan alamiah.
Perkembangan selanjutnya dari cara pandang ini adalah munculnya pemahaman baru
mengenai sejarah. Sejarah mulai dipandang sebagai perubahan yang justru
tergantung kepada diri manusia itu sendiri.
Realisme sosialis memberikan ruang
kepada orang lemah (proletar) sebagai manusia-manusia yang menentukan dan pencetus
sejarah. Karena itu anggapan mereka adalah sejarah tidak bersifat mandiri atau
berada di luar jangkauan manusia. Bagi Feurbach, manusia dengan pikiran dan
perbuatannya mampu menentukan arah dari gerak sejarah. Sehingga aliran ini
tidak lagi memihak kepada realisme dari kehidupan orang-orang borjuis. Yang
kerap dikenal dengan realisme borjuis.
1.
Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang hidup di abad XIX, dan pengaruh pemikirannya nampak di
abad XX. Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok
diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub para doktor, dan
menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel
untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum
Hegelian Muda”. Namun karena
mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian
Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan. Pada tanggal 14 Mei 1883, ia mengakhiri usia
karena abses telah tumbuh di jantungnya. Posisinya pada saat itu adalah sedang
duduk di ruang belajarnya. Saat itu juga ia sedang berada di London.
2.
Dalam “Economic and Philosophical Manuscripts”, Marx
menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis
keterasingannya, yaitu keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari
tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya, dan keterasingan
dari speciesnya (jenisnya).
3.
Materialisme dialektik adalah paham tentang hukum
dialektik yang berasal dari dunia materi. Yang berbeda dengan paham idealisme
yang mengatakan bahwa hukum dialektik berasal dari dunia abstrak. Lebih dari
ajarannya tentang materialisme dialektik adalah setiap benda dan keadaan
mengalami perlawanan di setiap segi-segi entitasnya. Sesuai dengan hukum
dialektika, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu
negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan
yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri.
materialisme historis adalah paham untuk menganalisa perkembangan masyarakat di
setiap kurun waktu. Dan materi yang kecenderungan mengalami analisa oleh Marx
adalah ekonomi, maka kerap disebut analisa ekonomis terhadap sejarah.
4.
Karena berangkat dari filsafat Marxis, maka konsepsi
pemikirannya pun menganalisis manusia secara keseluruhan, dan menggambarkan
sejarah revolusi manusia juga secara keseluruhan. Dalam definisi Pramoedya, “Realisme sosialis merupakan metode yang
meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan
sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis
mempergunakan pandangan yang struktural fundamental
Bagus,Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2000.
Berlin, Isaiah, Biografi Karl Marx, Surabaya: Pustaka Promethea, 2000.
Budiarjo, Prof. Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Hardiman, F.Budi, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia
Modern (Dari Machiavelli sampai Nietzschi, Jakarta: Erlangga, 2011.
Adisusilo, J.R, Sutarjo, SEJARAH PEMIKIRAN BARAT; DARI YANG
KLASIK SAMPAI YANG MODERN, Yogyakarta: Universitas Sanata Drama, 2007.
Hughes, Marnie, Warrington, 50 Tokoh Penting dalam Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Selden, Raman, Panduan Pembaca Teori Sastra
Masa Kini, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993.
Suseno, Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia, 2001.
Eka Kurniawan.blog.com, diunggah pada tanggal 23 Januari 2014
Related Posts :
- Back to Home »
- Literature »
- MENGENAL KARL MARX (1818-1883): Kontribusi Pemikiran Karl Marx untuk Kesusasteraan