Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Mantra dan Efeknya

Selasa, 08 Agustus 2023
Posted by Cak_Son
Tag :

 Mantra dan Efeknya

Zaman dulu, para kyai ampuh dalam menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan washilah (perantara) segelas air putih yang dibacakan do’a kemudian disebulkan ke dalam air putih tersebut. Nuansa praktek pengobatan yang seperti “mbah Dukun” ini sudah lazim bagi mereka para kyai antik. Bedanya jika dukun dengan bantuan makhluk halus sedangkan kyai dengan pertolongan Allah SWT dengan do’a yang dipanjatkannya. 

Do’a inilah yang mampu membuat unsur-unsur yang ada dalam air putih menjadi berubah semakin baik dan bermanfaat untuk tubuh. Dalam penelitan yang dilakukan di Jepang misalnya, Masaru Emoto (1943-2014) menyatakan bahwa partikel molekul air bisa berubah karena situasi sekitarnya. Air yang didengarkan musik-musik kurang baik menjadikan air itu rusak dan kurang baik untuk diminum. Hal ini berbeda dengan air yang didengarkan musik-musik yang baik menjadikan air yang kurang baik bahkan menjadi aman dan baik untuk diminum. Itulah fakta ilmiah kehebatan “mantra” baik berupa do’a maupun jenis suara lainnya yang menjalar ke dalam air.

Tidak terkecuali partikel air zamzam yang kita tahu adalah mukjizat nabi Ismail. Tentu saja air ini berbeda dengan air jenis apapun. Terlebih air ini berada dilingkungan masjid al-Haram Makkah al-Mukarramah yang senantiasa dzikir terdengar di sana. Biasanya warga muslim akan menguji air zamazam asli dengan air zamzam palsu hanya dengan dibiarkan saja dalam waktu beberapa bulan lamanya. Hal ini jika air itu berubah menjadi keruh atau terdapat jentik nyamuknya maka bisa dipastikan itu zamzam palsu. Hal ini karena air zamzam memang tidak akan berubah partikelnya apalagi sampai dijadikan tempat nyamuk bertelur. Di sinilah perbedaannya antara air zamzam dan air biasa.

Bahkan penelitian yang lain di Arab Saudi menunjukkan air bekas wudhu yang dialirkan dari masjid ke taman atau pohon kurma memberikan efek yang lebih bagus untuk tanaman dibandingkan air biasa. Hal ini tidak lain air wudhu paling tidak sudah dibacakan niat karena Allah SWT. Fakta adanya efek “mantra” yang dibacakan ke dalam air menjadi perlu dihayati bersama secara lebih mendalam. Dalam hal ini mantra bisa disalurkan bukan ke dalam air, melainkan segalanya, baik itu benda maupun makhluk hidup.

Kognitif bayi yang baru lahir dalam penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang di berikan suara atau lantunan adzan menjadi lebih hidup kognitifnya, lebih terangsang dan aktif pancaindranya. Inilah sederet fakta kehebatan “mantra” baik untuk benda maupun makhluk hidup. Jika dikembangkan lagi maka setiap manusia juga pada dasarnya bisa memberikan mantra kepada diri sendiri. Misalnya mantra diri untuk tetap sehat, tetap muda, tetap bermanfaat dsb, inilah contoh mantra dalam bentuk sugesti.

Pekalongan, 16 November 2022

Nikah Nang!

Jumat, 30 Desember 2022
Posted by Cak_Son

 Nikah Nang!

Orang tua kami menulis buku yang berisi nasehat untuk putranya agar menikah, Nikah Nang! Buku ini kurang lebih berisi nasehat agar putranya lekas segera menikah. Menikah bagi seorang muslim tentu saja adalah ibadah, utamanya mengikuti sunnah, dalam sabda Nabi “an-Nikahu Sunnati”.  

Jauh sebelum orang tua kami, Hujjatul Islam, al-Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin telah menulis tentang keutamaan menikah dan sekaligus bahaya menikah. Keduanya diposisikan secara seimbang oleh beliau dengan uraian yang begitu bijaksana, normatif, dan filosofis.

Buku lain yang lebih ke “fisikli/jasadi” dalam rangka membimbing mencari pasangan dan teknis berhubungan badan adalah kitab Qurratul Uyun karya Muhammad at-Tihami Ibnu Madani dan Fathul Izar karya Abdullah Fauzi. Kedua kitab ini agaknya penulis berharap pembaca bisa mencari pasangan yang baik secara fisik dan baik secara akhlak serta mendapatkan bimbingan untuk berhubungan badan secara baik dan benar.

Buku lain yang ditulis dalam rangka membimbing calon pengantin atau calon pasangan adalah kitab Uqudul Lijain karya Muhammad bin Umar an-Nawawi. Kitab ini berupaya agar rumah tangga tetap eksis meskipun badai menerjang. Hal ini dengan disuguhkan kisah-kisah inspiratif dalam menjelaskan hak dan kewajiban pasangan suami istri untuk menguatkan suami-istri dan tetap beretika dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Buku atau kitab-kitab tersebut sudah seharusnya sangat cukup untuk memberikan bimbingan mengarungi bahtera rumah tangga. Kitab ini bahkan sudah bisa dibaca versi terjamahan bahasa Indonesianya yang bahkan bisa di download secara gratis di internet. Namun nyatanya fenomena perceraian sangat banyak ditemukan. Karena itulah penulis merasa prihatin hingga ingin turut menyarikan sebuah wejangan akan urusan bahtera rumah tangga. Bersambung . . . .

Bulan Shafar Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan

Selasa, 15 November 2022
Posted by Cak_Son

Bulan Shafar Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan

Bulan kedua dalam kalender hijriyah ini dalam tradisi umat Islam di Indonesia khususnya Jawa, terdapat tradisi yang baik khusus di hari rabu akhir bulan Safar atau yang lebih dikenal dengan Rabu Pungkasan. Jika membaca sebab adanya tradisi baik tersebut karena adanya riwayat di hari tersebut diturunkan cobaan sebanyak 320.000. Karena itulah pada hari Rabu akhir bulan Shafar ini para ulama mengajarkan untuk shalat hajat li daf’il bala’ (shalat hajat untuk menolak bala’). Rakaat pertama membaca surat at-Takastur sebanyak 17 kali setelah surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlas sebanyak 5 kali di rakaat kedua setelah surat al-Fatikhah, kemudian surat al-Falaq dan al-Nas masing-masing satu kali.  


Selain shalat sunnah hajat tersebut, setelah shalat maghrib dianjurkan membaca surat Yasin dan pada ayat “salamun qoulam min robbirrokhim” diucapkan sebanyak 313 kali. Hal ini tidak lain karena hati-hati dalam menyikapi turunnya bala’ tersebut. Selain itu juga ada sabda Nabi tentang adanya kesialan di hari Rabu di setiap akhir bulan. Beliau bersabda “Akhiru Ar’biai fi al-Syahri Yaumu Nahsin Mustammir” (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).

Pada dasarnya semua bulan dan hari adalah baik. Dan sudah seharusnya manusia lebih memilih bersikap meyakini kebaikan dari pada keburukan. Karena itulah nabi Muhammad SAW menyatakan tidak ada kesialan di bulan Shafar sebagai respon untuk keyakinan jahiliyah kala itu. Karena sebagaimana yang diyakini di zaman Jahiliyah, bulan ini adalah tasa’um (menganggap sial). Di sini beliau bersabda “tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa”. (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim). Namun demikian, tetap saja ada baiknya jika manusia tetap berdo’a, bermunajat yang terbaik dan menjaga sikap kehati-hatian khususnya di hari rabu akhir bulan Shafar.


Welcome to My Blog

Total Tayangan Halaman

Popular Post

- Copyright © MBB -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -