Nikah Nang!
Orang tua kami menulis buku yang berisi nasehat untuk putranya agar menikah, Nikah Nang! Buku ini kurang lebih berisi nasehat agar putranya lekas segera menikah. Menikah bagi seorang muslim tentu saja adalah ibadah, utamanya mengikuti sunnah, dalam sabda Nabi “an-Nikahu Sunnati”.
Jauh sebelum orang tua kami, Hujjatul Islam, al-Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin telah menulis tentang keutamaan menikah dan sekaligus bahaya menikah. Keduanya diposisikan secara seimbang oleh beliau dengan uraian yang begitu bijaksana, normatif, dan filosofis.
Buku lain yang lebih ke “fisikli/jasadi” dalam rangka membimbing mencari pasangan dan teknis berhubungan badan adalah kitab Qurratul Uyun karya Muhammad at-Tihami Ibnu Madani dan Fathul Izar karya Abdullah Fauzi. Kedua kitab ini agaknya penulis berharap pembaca bisa mencari pasangan yang baik secara fisik dan baik secara akhlak serta mendapatkan bimbingan untuk berhubungan badan secara baik dan benar.
Buku lain yang ditulis dalam rangka membimbing calon pengantin atau calon pasangan adalah kitab Uqudul Lijain karya Muhammad bin Umar an-Nawawi. Kitab ini berupaya agar rumah tangga tetap eksis meskipun badai menerjang. Hal ini dengan disuguhkan kisah-kisah inspiratif dalam menjelaskan hak dan kewajiban pasangan suami istri untuk menguatkan suami-istri dan tetap beretika dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Buku atau kitab-kitab tersebut sudah seharusnya sangat cukup untuk memberikan bimbingan mengarungi bahtera rumah tangga. Kitab ini bahkan sudah bisa dibaca versi terjamahan bahasa Indonesianya yang bahkan bisa di download secara gratis di internet. Namun nyatanya fenomena perceraian sangat banyak ditemukan. Karena itulah penulis merasa prihatin hingga ingin turut menyarikan sebuah wejangan akan urusan bahtera rumah tangga. Bersambung . . . .
Bulan Shafar Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan
Bulan Shafar
Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan
Bulan kedua dalam kalender hijriyah ini dalam tradisi umat Islam di Indonesia khususnya Jawa, terdapat tradisi yang baik khusus di hari rabu akhir bulan Safar atau yang lebih dikenal dengan Rabu Pungkasan. Jika membaca sebab adanya tradisi baik tersebut karena adanya riwayat di hari tersebut diturunkan cobaan sebanyak 320.000. Karena itulah pada hari Rabu akhir bulan Shafar ini para ulama mengajarkan untuk shalat hajat li daf’il bala’ (shalat hajat untuk menolak bala’). Rakaat pertama membaca surat at-Takastur sebanyak 17 kali setelah surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlas sebanyak 5 kali di rakaat kedua setelah surat al-Fatikhah, kemudian surat al-Falaq dan al-Nas masing-masing satu kali.
Selain shalat sunnah hajat tersebut, setelah shalat
maghrib dianjurkan membaca surat Yasin dan pada ayat “salamun qoulam min
robbirrokhim” diucapkan sebanyak 313 kali. Hal ini tidak lain karena
hati-hati dalam menyikapi turunnya bala’ tersebut. Selain itu juga ada sabda
Nabi tentang adanya kesialan di hari Rabu di setiap akhir bulan. Beliau
bersabda “Akhiru Ar’biai fi al-Syahri Yaumu Nahsin Mustammir” (Rabu terakhir
setiap bulan adalah hari sial terus).
Pada dasarnya semua bulan dan hari adalah baik. Dan
sudah seharusnya manusia lebih memilih bersikap meyakini kebaikan dari pada
keburukan. Karena itulah nabi Muhammad SAW menyatakan tidak ada kesialan di
bulan Shafar sebagai respon untuk keyakinan jahiliyah kala itu. Karena sebagaimana
yang diyakini di zaman Jahiliyah, bulan ini adalah tasa’um (menganggap
sial). Di sini beliau bersabda “tidak ada wabah (yang menyebar dengan
sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung
dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit
kusta sebagaimana engkau menghindari singa”. (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim). Namun demikian, tetap saja
ada baiknya jika manusia tetap berdo’a, bermunajat yang terbaik dan menjaga
sikap kehati-hatian khususnya di hari rabu akhir bulan Shafar.
Kesehatan Harganya Mahal
2022 adalah pertama kalinya saya menulis tentang
kesehatan. Sebenarnya saya sendiri juga orang yang termasuk biasa saja urusan
kesehatan, yang penting masih bisa bernafas saja itu sudah sehat bagi saya.
Bahkan saya termasuk orang yang tidak ke rumah sakit kecuali jika sakitnya
sudah sangat parah sekali. Bahkan bisa dibilang saya terakhir ke rumah sakit
untuk khitan. Mungkin itu karena memang saya males urusan kesehatan atau juga khawatir
bayarnya mahal.
Tidak berlebihan judul “Kesehatan Harganya Mahal”, jika tidak percaya maka silahkan datanglah ke rumah sakit, juga datanglah ke fakultas kesehatan maupun fakultas kedokeran, pasti anda akan mendapati semuanya mahal. Karena itulah maka mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Namun karena ada wabah Covid 19 yang menggemparkan dunia
hingga menyadarkan pentingnya kesehatan kepada warga dunia, maka saya juga
ingin mengingatkan dan berbagi akan pentingnya kesehatan untuk semua pembaca
yang budiman. Tentu saja saya hanya berbagi pengalaman atas apa yang sudah saya
alami selama ini. Tulisan ini sedikit terlambat namun dari pada tidak sama
sekali.
Pertama: Antara diam dan bergerak
Saya mengalami sendiri perbedaan sering diam dan sering
bergerak. Ternyata tubuh lebih enak saat bergerak. Mungkin bergerak inilah maksud
atau nama lain dari olahraga. Saat saya jarang atau bahkan tidak pernah
bergerak dalam jangka waktu yang lama, maka saya sering capek ketika bahkan hanya
menggerakan tubuh beberapa menit saja. Namun setelah saya rutin bergerak,
minimal jalan kaki, maka saya mulai tidak capekan atau tidak mudah lelah meskipun
bergerak agak lama. Mungkin itu sebabnya sebelum ibadah haji atau umroh segenap
calon jama’ah haji diminta untuk latihan jalan kaki lebih intens (manasik) agar
saat di Makkah maupun Madinah tidak cepat lelah saat ibadah. Terlebih ibadah
thawaf maupun berjalan dari hotel menuju masjid. Sebab ini pula bagi yang rajin
shalat sunnah akan lebih sehat pula. Karena bagaimanapun di dalam shalat juga
ada gerakan di dalamnya yang tentu saja juga bermanfaat untuk dirinya sendiri.
Kedua: Antara banyak minum dengan sedikit minum
Dosen saya yang juga mengajar di fakultas kesehatan UIN
Jakarta dalam pernyataanya mengatakan bahwa “kenapa saya awet muda dan masih
sehat seperti ini dibandingkan dengan teman seangkatan saya? Itu karena saya
banyak minum.” Dari pernyataan inilah saya akhirnya sering minum. Dan memang
betul, secara susunan atau kandungan tubuh manusia memang terdiri dari 70
persen air. Apalagi air yang diminum adalah air zamzam, maka sudah barangtentu itu
lebih bagus lagi khasiatnya untuk tubuh. Kita tahu Nabi Muhammad SAW juga
bahkan dibersihkan dengan air zamzam, karena itu tidak berlebihan jika orangtua
kita menganjurkan untuk berlama-lama tinggal di kota suci Makkah yang
salahsatunya agar kita sering minum dan mandi dengan air zamzam yang tidak akan
pernah kering hingga akhir zaman.
Ketiga: Antara puasa dengan pilih-pilih makan
“Sumu tasihhu, berpuasalah maka kamu sehat”
begitulah anjuran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, jika ada penyakit tertentu
atau penyakit apapun memang obatnya puasa. Mungkin karena itulah banyak dokter
yang menerjemahkan hadits Nabi ini dengan mengatakan “jangan makan ini, jangan
makan itu, nggak boleh ini, nggak boleh itu” padahal intinya adalah larangan
untuk makan atau minum. Nah, saya juga melakukan terapi puasa dan Alhamdulillah
tubuh tetap sehat.
Keempat: Pilih-pilih makanan dan minuman dengan
sakit kemudian
Ternyata, seperti kebutuhan sandang, terkadang sebuah
pakain tidak cocok kita gunakan, misalnya kebesaran, kekecilan, warna tidak
cocok atau alasan lainnya. Nah, sebenarnya sama dengan kebutuhan pangan. Tidak
semua makanan cocok untuk tubuh kita. Apalagi sudah tidak cocok berlebih pula
mengkonsumsinya, itu jelas bunuh diri.
Orangtua zaman dulu sering menasehati “jangan makan brutu
(pantat ayam)”. Ini adalah salah satu bukti tidak langsung bahwa orangtua kita
juga sebenarnya menganjurkan “pilih-pilih” makanan dan tentu saja tidak
berlebihan. Dari pada sakit kemudian lebih baik pilih-pilih makanan dan makan
secukupnya. Dalam nilai islam dikatakan bahwa “makanlah sebelum lapar dan
berhenti sebelum kenyang”. Dalam bahasa ahli gizi, hal ini mungkin anjuran
untuk memperhatikan kebutuhan kalori. Dalam nilai yang lain dikatakan
“sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk nafas.”
Inilah diantara prinsip-prinsip kesehatan yang perlu diperhatikan karena
bagaiamanpun Nabi pernah bersabda bahwa “perut adalah sumber segala penyakit dan
puasa adalah obatnya”.
Kelima: Antara meremehkan matahari dengan
mencari manfaat lain dari makanan
Yang terakhir mungkin saya ingin mengingatkan keajaiaban
sinar matahari yang kaya vitamin D khususnya di waktu pagi (utamanya antara
pukul 08.00-10.00). Baru setelah Covid 19 mencuat, semua orang disadarkan akan
pentingnya matahari untuk kebutuhan tubuh manusia. Sebenarnya tidak perlu
dirinci proses turunnya manfaat sinar matahari kepada tubuh manusia itu
bagaimana, kita sudah cukup jelas melihat tumbuhan saja bagus pertumbuhannya
dengan bantuan sinar matahari, maka manusia pun seharusnya demikian adanya.
Sejak Covid 19 orang tidak sungkan lagi untuk sekedar
berjemur ria di pagi hari. Baik dalam keadaan sehat maupun keadaan sakit.
Pemandangan manusia berjemur ini bahkan tetap ada hingga saat tulisan ini
ditulis (27 Juli 2022). Inilah salah satu hikmah covid 19, yaitu menyadarkan
akan pentingnya sinar matahari di waktu pagi.
Semoga kita semua bisa mengindahkan “syariat sehat”
sebelum terlambat. Karena bagaimanapun Gus Dur juga terbilang terlambat atau
bahkan tidak mengindahkan syariat sehat sehingga menyebabkan beliau bertambah
sakit. Tentu saja hal ini harus dijadikan pelajaran bagi kita semua. Wallahu
a’lam.