Nikah Nang!

Jumat, 30 Desember 2022
Posted by Cak_Son

 Nikah Nang!

Orang tua kami menulis buku yang berisi nasehat untuk putranya agar menikah, Nikah Nang! Buku ini kurang lebih berisi nasehat agar putranya lekas segera menikah. Menikah bagi seorang muslim tentu saja adalah ibadah, utamanya mengikuti sunnah, dalam sabda Nabi “an-Nikahu Sunnati”.  

Jauh sebelum orang tua kami, Hujjatul Islam, al-Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin telah menulis tentang keutamaan menikah dan sekaligus bahaya menikah. Keduanya diposisikan secara seimbang oleh beliau dengan uraian yang begitu bijaksana, normatif, dan filosofis.

Buku lain yang lebih ke “fisikli/jasadi” dalam rangka membimbing mencari pasangan dan teknis berhubungan badan adalah kitab Qurratul Uyun karya Muhammad at-Tihami Ibnu Madani dan Fathul Izar karya Abdullah Fauzi. Kedua kitab ini agaknya penulis berharap pembaca bisa mencari pasangan yang baik secara fisik dan baik secara akhlak serta mendapatkan bimbingan untuk berhubungan badan secara baik dan benar.

Buku lain yang ditulis dalam rangka membimbing calon pengantin atau calon pasangan adalah kitab Uqudul Lijain karya Muhammad bin Umar an-Nawawi. Kitab ini berupaya agar rumah tangga tetap eksis meskipun badai menerjang. Hal ini dengan disuguhkan kisah-kisah inspiratif dalam menjelaskan hak dan kewajiban pasangan suami istri untuk menguatkan suami-istri dan tetap beretika dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Buku atau kitab-kitab tersebut sudah seharusnya sangat cukup untuk memberikan bimbingan mengarungi bahtera rumah tangga. Kitab ini bahkan sudah bisa dibaca versi terjamahan bahasa Indonesianya yang bahkan bisa di download secara gratis di internet. Namun nyatanya fenomena perceraian sangat banyak ditemukan. Karena itulah penulis merasa prihatin hingga ingin turut menyarikan sebuah wejangan akan urusan bahtera rumah tangga. Bersambung . . . .

Bulan Shafar Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan

Selasa, 15 November 2022
Posted by Cak_Son

Bulan Shafar Tumpah Bala’ di Rabu Pungkasan

Bulan kedua dalam kalender hijriyah ini dalam tradisi umat Islam di Indonesia khususnya Jawa, terdapat tradisi yang baik khusus di hari rabu akhir bulan Safar atau yang lebih dikenal dengan Rabu Pungkasan. Jika membaca sebab adanya tradisi baik tersebut karena adanya riwayat di hari tersebut diturunkan cobaan sebanyak 320.000. Karena itulah pada hari Rabu akhir bulan Shafar ini para ulama mengajarkan untuk shalat hajat li daf’il bala’ (shalat hajat untuk menolak bala’). Rakaat pertama membaca surat at-Takastur sebanyak 17 kali setelah surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlas sebanyak 5 kali di rakaat kedua setelah surat al-Fatikhah, kemudian surat al-Falaq dan al-Nas masing-masing satu kali.  


Selain shalat sunnah hajat tersebut, setelah shalat maghrib dianjurkan membaca surat Yasin dan pada ayat “salamun qoulam min robbirrokhim” diucapkan sebanyak 313 kali. Hal ini tidak lain karena hati-hati dalam menyikapi turunnya bala’ tersebut. Selain itu juga ada sabda Nabi tentang adanya kesialan di hari Rabu di setiap akhir bulan. Beliau bersabda “Akhiru Ar’biai fi al-Syahri Yaumu Nahsin Mustammir” (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).

Pada dasarnya semua bulan dan hari adalah baik. Dan sudah seharusnya manusia lebih memilih bersikap meyakini kebaikan dari pada keburukan. Karena itulah nabi Muhammad SAW menyatakan tidak ada kesialan di bulan Shafar sebagai respon untuk keyakinan jahiliyah kala itu. Karena sebagaimana yang diyakini di zaman Jahiliyah, bulan ini adalah tasa’um (menganggap sial). Di sini beliau bersabda “tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa”. (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim). Namun demikian, tetap saja ada baiknya jika manusia tetap berdo’a, bermunajat yang terbaik dan menjaga sikap kehati-hatian khususnya di hari rabu akhir bulan Shafar.


Kesehatan Harganya Mahal

Selasa, 25 Oktober 2022
Posted by Cak_Son

Kesehatan Harganya Mahal

2022 adalah pertama kalinya saya menulis tentang kesehatan. Sebenarnya saya sendiri juga orang yang termasuk biasa saja urusan kesehatan, yang penting masih bisa bernafas saja itu sudah sehat bagi saya. Bahkan saya termasuk orang yang tidak ke rumah sakit kecuali jika sakitnya sudah sangat parah sekali. Bahkan bisa dibilang saya terakhir ke rumah sakit untuk khitan. Mungkin itu karena memang saya males urusan kesehatan atau juga khawatir bayarnya mahal.

Tidak berlebihan judul “Kesehatan Harganya Mahal”, jika tidak percaya maka silahkan datanglah ke rumah sakit, juga datanglah ke fakultas kesehatan maupun fakultas kedokeran, pasti anda akan mendapati semuanya mahal. Karena itulah maka mencegah lebih baik dari pada mengobati. 

Namun karena ada wabah Covid 19 yang menggemparkan dunia hingga menyadarkan pentingnya kesehatan kepada warga dunia, maka saya juga ingin mengingatkan dan berbagi akan pentingnya kesehatan untuk semua pembaca yang budiman. Tentu saja saya hanya berbagi pengalaman atas apa yang sudah saya alami selama ini. Tulisan ini sedikit terlambat namun dari pada tidak sama sekali.

Pertama: Antara diam dan bergerak

Saya mengalami sendiri perbedaan sering diam dan sering bergerak. Ternyata tubuh lebih enak saat bergerak. Mungkin bergerak inilah maksud atau nama lain dari olahraga. Saat saya jarang atau bahkan tidak pernah bergerak dalam jangka waktu yang lama, maka saya sering capek ketika bahkan hanya menggerakan tubuh beberapa menit saja. Namun setelah saya rutin bergerak, minimal jalan kaki, maka saya mulai tidak capekan atau tidak mudah lelah meskipun bergerak agak lama. Mungkin itu sebabnya sebelum ibadah haji atau umroh segenap calon jama’ah haji diminta untuk latihan jalan kaki lebih intens (manasik) agar saat di Makkah maupun Madinah tidak cepat lelah saat ibadah. Terlebih ibadah thawaf maupun berjalan dari hotel menuju masjid. Sebab ini pula bagi yang rajin shalat sunnah akan lebih sehat pula. Karena bagaimanapun di dalam shalat juga ada gerakan di dalamnya yang tentu saja juga bermanfaat untuk dirinya sendiri.

Kedua: Antara banyak minum dengan sedikit minum

Dosen saya yang juga mengajar di fakultas kesehatan UIN Jakarta dalam pernyataanya mengatakan bahwa “kenapa saya awet muda dan masih sehat seperti ini dibandingkan dengan teman seangkatan saya? Itu karena saya banyak minum.” Dari pernyataan inilah saya akhirnya sering minum. Dan memang betul, secara susunan atau kandungan tubuh manusia memang terdiri dari 70 persen air. Apalagi air yang diminum adalah air zamzam, maka sudah barangtentu itu lebih bagus lagi khasiatnya untuk tubuh. Kita tahu Nabi Muhammad SAW juga bahkan dibersihkan dengan air zamzam, karena itu tidak berlebihan jika orangtua kita menganjurkan untuk berlama-lama tinggal di kota suci Makkah yang salahsatunya agar kita sering minum dan mandi dengan air zamzam yang tidak akan pernah kering hingga akhir zaman.

Ketiga: Antara puasa dengan pilih-pilih makan

Sumu tasihhu, berpuasalah maka kamu sehat” begitulah anjuran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, jika ada penyakit tertentu atau penyakit apapun memang obatnya puasa. Mungkin karena itulah banyak dokter yang menerjemahkan hadits Nabi ini dengan mengatakan “jangan makan ini, jangan makan itu, nggak boleh ini, nggak boleh itu” padahal intinya adalah larangan untuk makan atau minum. Nah, saya juga melakukan terapi puasa dan Alhamdulillah tubuh tetap sehat.

Keempat: Pilih-pilih makanan dan minuman dengan sakit kemudian

Ternyata, seperti kebutuhan sandang, terkadang sebuah pakain tidak cocok kita gunakan, misalnya kebesaran, kekecilan, warna tidak cocok atau alasan lainnya. Nah, sebenarnya sama dengan kebutuhan pangan. Tidak semua makanan cocok untuk tubuh kita. Apalagi sudah tidak cocok berlebih pula mengkonsumsinya, itu jelas bunuh diri.

Orangtua zaman dulu sering menasehati “jangan makan brutu (pantat ayam)”. Ini adalah salah satu bukti tidak langsung bahwa orangtua kita juga sebenarnya menganjurkan “pilih-pilih” makanan dan tentu saja tidak berlebihan. Dari pada sakit kemudian lebih baik pilih-pilih makanan dan makan secukupnya. Dalam nilai islam dikatakan bahwa “makanlah sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang”. Dalam bahasa ahli gizi, hal ini mungkin anjuran untuk memperhatikan kebutuhan kalori. Dalam nilai yang lain dikatakan “sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk nafas.” Inilah diantara prinsip-prinsip kesehatan yang perlu diperhatikan karena bagaiamanpun Nabi pernah bersabda bahwa “perut adalah sumber segala penyakit dan puasa adalah obatnya”.

Kelima: Antara meremehkan matahari dengan mencari manfaat lain dari makanan

Yang terakhir mungkin saya ingin mengingatkan keajaiaban sinar matahari yang kaya vitamin D khususnya di waktu pagi (utamanya antara pukul 08.00-10.00). Baru setelah Covid 19 mencuat, semua orang disadarkan akan pentingnya matahari untuk kebutuhan tubuh manusia. Sebenarnya tidak perlu dirinci proses turunnya manfaat sinar matahari kepada tubuh manusia itu bagaimana, kita sudah cukup jelas melihat tumbuhan saja bagus pertumbuhannya dengan bantuan sinar matahari, maka manusia pun seharusnya demikian adanya.


Sejak Covid 19 orang tidak sungkan lagi untuk sekedar berjemur ria di pagi hari. Baik dalam keadaan sehat maupun keadaan sakit. Pemandangan manusia berjemur ini bahkan tetap ada hingga saat tulisan ini ditulis (27 Juli 2022). Inilah salah satu hikmah covid 19, yaitu menyadarkan akan pentingnya sinar matahari di waktu pagi.

Semoga kita semua bisa mengindahkan “syariat sehat” sebelum terlambat. Karena bagaimanapun Gus Dur juga terbilang terlambat atau bahkan tidak mengindahkan syariat sehat sehingga menyebabkan beliau bertambah sakit. Tentu saja hal ini harus dijadikan pelajaran bagi kita semua. Wallahu a’lam.

Welcome to My Blog

Total Tayangan Halaman

Popular Post

- Copyright © MBB -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -