Rabu, 28 September 2016

Ilmu Ma'ajim: Praktek Pembuatan Kamus



 بسم الله الرّحمن الرّحِيم
Setiap bahasa yang ada didunia ini sudah pasti semuanya memiliki kaidah dan sistem tersendiri. Begitu pula dengan bahasa Arab, satu-satunya bahasa yang mampu mengungkapkan keagungan al-Qur’an yang bahkan estetikanya tidak tertandingi oleh bahasa apapun ini memiliki karakter tersendiri dalam masalah kaidah kebahasaan. Dari sini pula muncul kitab-kitab kowaid bahasa Arab yang tidak lain untuk mengungkap dan memudahkan dalam mepelajari bahasa Arab. Salah satu kitab yang berkaitan dengan hal ini adalah kitab Jami’ ad-Durus karya Syekh Musthafa al-Ghalayaini. Kitab ini terbilang cukup lengkap dan unik dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang sekelas dengannya.
Dalam sub bab kitab tersebut terdapat pebahasan mengenai Harfu Ma’ani yang sudah tidak asing bagi pelajar linguistik Arab. Sub bab tersebut berkaitan erat dengan ilmu Balaghoh dimana ilmu ini cukup meng-cover ilmu tentang makna yang syarat dalam mengungkap perbedaan makna yang disebabkan oleh keadaan (Muqthadhal Hal) yang berbeda atau konteks pemaknaan.
Dari siniliah kami mencoba menyusun istilah-istilah yang ada dalam kitab tersebut khususnya dalam sub bab Kharful Ma’ani yang diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan khususnya dalam perkamusan kebahasaan. Kamus ini berisi tentang istilah-istilah yang ada dalam kitab Jami’ ad-Durus khususnya dalam sub bab Kharful Ma’ani dimana istilah-istilah nahwu-sharf diambil dari sub bab Kharful Ma’ani.
Kamus yang dinamakan dengan “Ma’ani Fi Jami’ ad-Durus” ini terdiri dari 5 (lima) kolom; dimulai dari kolom harf, kolom lafadz, kolom ma’na mu’jam, kolom ma’na istilah, dan diakhiri dengan kolom amsal. kolom harf dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengkategorikan kata yang ingin dicari yang dimulai dari huruf hamzah hingga ya’. Kolom lafadz dalam kamus ini disusun dengan model Nidzam al-Nuthqi (Sistem Artiulasi) yaitu penyusunan kata berdasarkan pada huruf pertama yang diucapkan dari sebuah kata tanpa harus mencari kata dasarnya serta pengurutan lafadznya dimulai dari hamzah hingga ya’ (Taufiqurraman, 2008: 272) yang bertujuan untuk memudakan pembaca khususnya kalangan non-Arab serta siswa ditingkat pemula, disisi lain penekanan kamus ini lebih ke makna istilahnya.
Kolom makna mu’jam dimaksudkan untuk mengetahui makna kata sesuai dengan aslinya atau makna kamus. Adapun makna Istilah adalah poin dari kamus ini, yaitu memaparkan makna istilah dalam penggunaannya didalam ilmu nahwu sharf yang tentunya juga berimplikasi dalam pemakaian kata dalam ilmu bahasa Arab. Sedangkan kolom amsal dimaksudkan untuk memberikan contoh penggunaan kata tersebut sehingga lebih cepat dan mudah dalam memahami makna kata tersebut.
Kamus ini dinamakan dengan “Ma’ani Fi Jami’ ad-Durus” karena memang berisi tentang pembahasan tentang ma’ani khususnya tentang “Kharfu al-Ma’ani”. Penyusun menyadari apa yang diungkapkan oleh Al Muhammad Hasan al-‘Imadi (1996: 7):
إني رأيت أنه لايكتب إنسان كتابا في يومه إلاّ وقال في غده:
لو غير هذا لكان أحسن، ولو زيد كذا لكان يستحسن،
ولو قدم هذا لكان أفضل، ولو ترك هذا لكان أجمل.

Aritinya:
“Saya yakin bahwa tidaklah seseorang membuat karya tulis pada hari ini,
melainkan keesokan harinya dia akan berkata:
jika bagian ini dirubah, tentu lebih indah.
Jika bagian ini ditambah, tentu lebih jelas.
Jika yang ini didahulukan, niscaya lebih menawan.
Jika yang itu dihilangkan, niscaya lebih rupawan.”
Oleh karena itu kami sangat terbuka atas kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhirnya penulis berdo’a semoga kamus ini bermanfaat, dan sebagai amal jariyah. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang turut menbantu dalam proses pembuatan kamus ini, khususnya Dr. H. Turkis Lubis selaku pembimbing dalam studi ilmu Ma’ajim, Jazakumulullah Khairan Katsira, Jazakumullah Ahsanal Jaza’.
HURUF
KATA
MAKNA BAHASA
ISTILAH NAHWU SHARF
CONTOH
أ (Alif)
إِبْداَلٌ
Pengganti
Menghilangkan satu huruf dan meletakan huruf lain pada tempat huruf yang dibuang tersebut.
الشَاسِب و الشَّزِب
أَحْرُف إطْلاَقٍ
Huruf-huruf untuk memanjangkan kata
Huruf-huruf yang lahir pada saat memanjangkan harakat rawi (akhir bait).
….والعِتَابَا  # .... أَصاَباَ 
أَحْرُف الاسْتِفْهام
Huruf-hururf pertanyaan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah pertanyaan.
أ، هَلْ
أَحْرُف التَّحْصِيْص و التّنْدِيْم
Huruf-huruf penghususan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna penghususan.
هَلّاَ، أَلاَّ، لَوْمَا، لَولاَ، ألاَّ
أَحْرُف التَشْبِيْه
Huruf-huruf untuk menyerupakan
Huruf-huruf yang digunakan untuk menyerupakan sesuatu.
كَ، كَأَنَّ،
أَحْرُف التَّفْسِيْر
Huruf-huruf penjelas
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah pentafsiran atau penjelasan. Biasanya sangat banyak terdapat huruf tafsir dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an.
أَيْ، أَنْ
أَحْرُف التَّعْلِيْل
Hururf-huruf perincian
Huruf-huruf yang digunakan untuk merinci makna sebuah kata dalam kalimat.
كَي
أَحْرُف التّمَنِّي
Hururf-huruf untuk harapan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna harapan yang tidak mungkin terjadi.
لَيْتَ، لَوْ
أَحْرُف التَّنْبِيه
Hururf-huruf pengingat
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna pengingat dalam sebuah kalimat.
ألاَ، أمَا، هَا، يَا
أَحْرُف التَوْكِيْد
Huruf-huruf penguat
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah penguatan dalam suatu kaliamat.
إنَّ، أَنَّ، لاَمُ، الابْتِداء، نون التَوكيد، قَدْ
أَحْرُف الجرّ
Huruf-huruf jar
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk bisa dan  dihukumi jar.
فِي، مِنْ
أَحْرُف الجَزْم
Huruf-huruf jazm
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk bisa dan dihukumi jazm.
لَمْ، إِنْ
أَحْرُف الجَوَاب
Huruf-huruf jawab
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah jawaban dari sebuah kalimat tanya.
نَعَمْ، بَلَى، إِيّ، أَجَل، جَيْرِ، إنَّ، لاَ، كَلاَّ. 
أَحْرُف الرَّدْعِ
Huruf-huruf penolakan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna penolakan.
كَلَّا
أَحْرُف الاسْتِقْبَال
Huruf-huruf untuk masa lampau
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna kata yang akan datang.
س، سَوْفَ، لام الأمرِ، لاَناهِيَة، إِنْ، إِذْمَا
أَحْرُف الشَّرْطِ
Huruf-huruf syarat
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah kalimat yang bermakna syarat.
إِنْ، إذْ ما، لَوْ، لَوْلاَ، لَوْمَا، أَمّا، لَمّا
أَحْرُف الصِّلَة
Huruf-huruf pemisah
Huruf-huruf yang digunakan untuk memisahkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
إِنْ، أَنْ، مَا، مِنْ، البَاء
أَحْرُف الطَّلَب
Huruf-huruf permintaan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permintaan.
لاَم الأمْرُ، لا ناهِيَة
أَحْرُف العَرْضِ 
Huruf-huruf Permintaan
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permintaan namun dengan cara yang lembut dan santun.
ألاَ، أمَا، لَو
أَحْرُف العَطْفِ
Huruf-huruf athaf
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk menyambung satu kata dengan kata sesudahnya dengan huruf athaf sehingga dihukumi sama I’rabnya.
وَ، ثُمَّ،
أَحْرُف المُشَبِّهَة بِلَيْسَ
Huruf-furuf yang serupa dengan laisa
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk sebuah makna penyerupaan atau untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
مَا، لاَتَ، لاَ
أَحْرُف المَصْدَرِيَة
Huruf-huruf masdar
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permulaan kalimat.
أَنْ، أَنَّ، كَيْ، مَأ، لَوْ، هَمْزَة التَسْوِيَة
أَحْرُف المعَانِي
Huruf-huruf yang bermakna
Suatu yang tidak memiliki makna sebelum disusun dengan kalimat.
Huruf jer, huruf nafi, huruf athaf dll
أَحْرُف النِّدَاء
Huruf-huruf untuk memanggil
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna panggilan.
أ، يَا
أَحْرُف النَّفْيِ
Huruf-huruf nafi
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna peniadaan atau ketidak adanya sesuatu.
مَا، إِنْ، لاَ، لاَتَ، لَنْ.
أَحْرُف النَّهْي
Huruf-huruf larangan
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk sebuah makna dan tujuan larangan.
لاَ،
أُخْرَ ج أُخْرَى
Akhir
Kata yang harus dibaca tanwin dalam kedudukan apapun. Oleh karena itu harus dibaca sesuai dengan keadaan jumlahnya (rafa’, nasab, aau jar).
مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَطَالِبَاتٍ أُخَرٍ. 
أَدَاةٌ ج آدوات
Seperangkat kata
kalimat yang mengikat antara musnad dan musnad ilaih atau antara satu jumlah dengan julah lain.
Terkadang adawat terdiri dari huruf seperti huruf jar, athaf dll
اِسْتِثْنَاءٌ
Pengecualian
Mengecualikan isim yang berada setelah illa’ (إلَّة)
dan akhwatnya dari hukum isim yang berada sebelumnya (mustasnaminhu).
Akwat illa’ ada 8, yaitu: إلاَّ، لاَيَكُونُ، غَيْرُ، سِوَى، خَلاَ، عَدَا، حَاشَا، لَيْسَ.
جَاءَ التّلْمِيْذ إِلاَّ عليٌ
اِسْتِئْنَاف
Memulai
Suatu jumlah awalan yang tidak mempunyai kaitan dengan jumlah sebelumnya dalam hukum I’rab-nya.
Huruf isti’naf hanya ada dua: Wawu dan ya’.
الإسْتِفْهَمُ

Meminta Kefahaman
Huruf yang menunjukan kata tanya untuk meminta kejelasan suatu nama, bilangan, atau sifat.
حرف استفهم: هل، ما، أ،  كَمْ، مَتَى وغير ذلك.
إِسْمٌ
Kata benda
Kata yang menunjukan satu makna tanpa terikat waktu
رجلٌ، عًصًا، تُفَّاحَةٌ
إسْمٌ إشَارَة
Kata penunjukan
Kalimat isim yang menunjukan hal trtentu, melalui isyarat nyata dengan tangan atau benda lainnya, jika ia wujud dihadapannya atau melalui isyarat tidak nyata bila tidak tampak dihadapannya.
هَذِهِ، هَذَا، ذَا، ذالِكَ وغير ذلك
إسْمٌ غَيْرُ مُنْصَرِفْ
Kata yang tidak bisa di tasyrif
Setiap kalmat isim yang tidak bertemu dengan tanwin. Atau tidak menerima tanwin karena ilat (penyebab) yang mencegah dibaca tanwin.
زَيْنَبَ، أَحْمَرَ، أَحْمَدَ، وغير ذلك
إشْفَاقٌ
Harapan
Seperti Tarojji tetapi harapan tersebut dibenci oleh Allah
هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ
إِضاَفَةٌ
Sandaran
Pertalian suatu struktur antara dua kaimat isim yang menyebabkan kalimat isim yang kedua tersebut dibaca jar selamanya.
كتابُ أحْمَدِ.
إِعْرَابٌ
Menampakan dan Menerangkan
Perubahan akhir kata karena amil-amil yang masuk. Perubahan yang dimaksud adalah keadaan (kedudukan) pad akhir kata tersebut.
حَضَرَ مُحَمَّدٌ
Muhammad menjadi marfu’ karena yang mengubahnya, karena itu kedudukannya sebagai fa’il atau sobjek.
أَمْ
Tetapi
Am diagi dua: 1) am muttasilah, yaitu am yang berada setelah hamzah taswiah, yakni hamzah yang beriringan setelah lafadz sawa’. 2) am mnqathi’ah, yaitu am yang tidak didahlukan oleh hamzah taswiyah atau hamzah yang dimaksud sebagai ta’yin, tetapi ia berfunsi sebagai pembatal (idhrab) seperti halya lafadz bal.
1)      سواء ٌ....أم لَمْ تُنْذِرْهُمْ.


2)      أم يقولُونَ اْتَراهُ
أَمَّا
Adapun
Huruf syarat dan taukid yang pada umumnya ia menjadi tafsl (perincian).
أَمَّا فِيْ الدَّار فَزَيدٌ
أَنَّى
Dari mana
Salah satu adat istifham yang adakalanya digunakan untuk memaknai maknanya “kaifa” (bagaimana) dan adkalanya memakai makna maknanya “min aina” (darimana)
يَا مَرْيَمَ أَنَّى لَكِ هَذَا 
أَيَّانَ
Kapan
Salah satu adat istifham untuk menanyakan zaman yang akan datang. Biasanya digunakan untuk menanyakan perkara yang mengagungkan atau menakutkan.
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمَ القِيَمَة
أَيْنَ
Dimana
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan tempat.
أَيْنَ أَنْتَ؟
أَيَّ
Mana
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk membedakan salah satu dari dua perkara yang bersekutu dalam perkara yang ada pada keduanya.
أَيَّ الفَرِيْقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامَا
ب (ba’)
بَدَلٌ
Pengganti sesuatu
Tabi’ (lafadz yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai perantara antara ia dan matbu’-nya.
أَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ
بَلَى
Ya
Huruf jawab yang berada setelah nafi,dengan maksud menetapkan (istbat) jawan.
أَلَسْتُ بِربِّكُمْ ؟ قَلُو بَلَى
بِنَاءٌ
Menumpuk
Keadaan akhir sebuah kata yang tidak berubah dan tetap dalam satu bentuk saja bukan diakhiri oleh huruf illah (alif, wawu, atau ya’)
جَاءَ محمدٌ 
ت (Ta’)
تَثْنِيَة
Dua
Kalimat yang menunjukan hitungan dua, dengan menambahkan alif dan nun pada huruf akhirnya bila dalam keadaan rafa’, nasab ataupun jar.
رَأَيْتُ المُسْلِمِيْنَ
تَحْتَ
Dibawah
Merupakan isim yang menunjukan makna jihah (arah). Ia dibaca sebagai dzaraf makan (keadaan tempat) dan biasanya mengikat pada idhafah.
الرَّأْسُ تَحْتَ القَلَنْسُوَةِ
تَحْذِرْ
Peringatan
Memperingatkan mitra pembicaraan atas suatu perkara yang terjadi agar ia menghindarinya. Atau pengertian lain adalah isim dibaca nashab sebagai maf’ul bih dan amil yang dibuang dengan perkiraan makna
(إِحْذَر ) :berhati-hatilah.
إِيَّاكَ أَنْ تَفْعَلَ كَذَا
تَخْتَصُّ
Tertentu
Penghususan dalam suatu kalimat untuk sesuatu tertentu.
هَذا المَبْنَى خَاصٌ لطالب الجَدِيْدِ
تَرَجِّيْ
Harapan
Kalimat yang menunjukan sesuatu harapan yang masih mungkin terjadi (Kebalikan dari Tamanni).
لَوْأَنْجَحُ فِي الإخْتِبَار
تَشْبِيْهٌ
Menyerupakan
Menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya kesamaan dengan bantuan adat tasybih seperti kaf, dll.
العِلمُ كالنُّورِ
تَصْرِيْف
Perubahan
Ilmu yang mempelajari mengenai strktur kata dan huruf-hurufnya, dari mulai huruf asli, tamban, shahih, illat, dan ibdal.
فَتَحَ-يَفْتَحُ-فَتْحًا....
تَعْجِيْز
Melemahkan
Salah satu kalam yang bertujuan untuk melemahkan pembicaraan.
يالَبَكْرٍ أَنْشُرُا لِي كُلَيْبَا
تَفْرِيْقٌ
Berbeda
Memisahkan antara dua dari macam yang satu.
مَا نَوَالُ الغَمَام وَقتَ الرَّبِيع كَنَوَلِ الأمِيْر يَوْمَ سَخَاءِ
تَقْدِيْرٌ
Kenyataan
Lafadz atau kata yang hukumnya dikira-kirakan karena adanya ilat.
يومُ رَمضانَ
تَقْرِيْرٌ
Pengulangan
Pengulangan kata atau kalimat yang salah satu tujuannya untuk menguatkan perkara atau tuntutan.
كُمْ كُمْ، جَاءَ أَحْمَدُ
تَمَنِّي:
مُسْتَحِيْلٌ
Harapan
Kalimat yang menunjukan sesuatu harapan yang tidak mungkin terjadi.
باليتنين قَدَّمْتُ لِحَيأتِي
تَنْبِيْهٌ
Peringatan
Kalimat yang ditunjukan untuk memberikan peringatan terhadap seseorang.
إِعْمَلُوْ عَلَى مَا شِئْتُمْ
تَنْفِي:
مَنْفِيْ، نَفِي
Kecuali
Suatu kalimat atau kata yang dikecualikan.
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ إلَّا نَظِيْفٌ
تَنْوِيْن
Bersuara
Nun mati pada akhir sebuah isim yang diucapkan, tetapi idak ditulis karena dianggap tidak perlu dan cukup diganti dengan mengulang harakat huruf terakhir dalam penulisannya.
Tanwin menurut ahli nahwu ada 10 diantaranya tanwin iwadh, tanwin ziyadah, tanwin muqabalah, tanwin tanqir, tanwin tamkin,  tanwin hikayah, tanwin syadz, dll
كِتَابٍ، مُحَمَّدٍ
تَوْكِيْدٌ
Menguatkan
Tabi’ (lafadz yang mengikuti) yang berfungsi untuk menghilangkan anggapan lain yang berkaitan dengan lafadz yang di-taukid-kan.
جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
ث (Tsa’)
ثُلاَثِيٌّ
Tiga
Kalimat yang bangunannya terdiri dari tiga huruf asli yang disebut fa’ fi’il kalimat, ain fi’il kalimat, dan lam fi’il kalimat. Tsulasi ini terdiri dari tsulasi mazid dan stulasi mujarrad. 
فَعَلَ، فَتَحَ، يَفْرَحُ
ثَمَّ
Memperbaiki
Isim Isyarah yang tidak dapat ditashrif, serta mabni fathah yang menunjukan makna tempat yang jauh dan ia tidak didahului oleh huruf tanbih (peringatan) serta tidak bertemu dengan kaf mukhathab.
ثَمَّ جَمَاهِيْرٌ مُحْتَشِدَةٌ
ثُمَّ
Kemudian
Tsumma ada dua: 1) sebagai huruf athaf: yaitu huruf yang berfungsi sebagai persekutuan dari segi hukum, serta pada lazimnya ia berfungsi sebagai makna tartib.
2) sebagai huruf permulaan kalam: yaitu huruf yang berfungsi untuk mengawali kalam baru.
حَضَرَ المُعَلِّمُ ثُمَّ الطُلاَّبُ


أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللهُ ثُمَّ يُعِيْدُهُ
ج (Jim)
جَامِدٌ
Keras
Kalimat isim yang tidak diambil dari bentuk kalimat fi’il.
Adapun fi’il jamid yang menyerupai huruf, ia dapat mendatangkan makna yang bebas dari pengertian zaman dan perbuatan yang dikategorikan pada kalimat fi’il seperti
بِئْسَ، نِعْمَ، عَسَى
حَجَرٌ
جَرُّ
Penyeretan
Salah satu I’rab yang hanya masuk pada kalimat isim. Yaitu setiap amil yang selalu menjadikan bacaan jar pada kalimat isim, baik amil amil tersebut berupa huruf atau pun idhafah.
صُبْحِي فِيْ المَسْجِدِ
جَزْمٌ
Memutus atau Memisahkan
Perubahan khusus yang ditandai dengan harakat kasrah atau tanda tanda lain yang menggantikannya. Dan jazm ini salah satu I’rab yang hanya masuk pada kalimat fi’il.
لَمْ يَلِدْ
جَمْعُ
Kumpulan
Mengumpulkan kata dalam kalimat yang perkaranya berbilangan dalam satu hukum.
إنَّ الشّبَاب والفَرَغ والجدّه مُفْسِدَةٌ لِلمَرْءِ
جَمَع التَكْسِيْر
Pecah
Isim yang menunjukkan bilangan lebih dari dua (baik jenis laki-laki atau perempuan) disertai perubahan bentuk dari mufradnya.
أَسْبَاب، رِجالٌ
جَمَع المُؤَنَّث السالِم
Beberapa (banyak) perempuan
Isim yang menunjukan bilangan lebih dari dua (permpuan) dengan tambahan alif dan ta’ diakhirya.
جَاءَ الزَّيْنَبَات
جَمَع المُذَكَّر السالِم
Beberapa (banyak) laki-laki
Isim yang menunjukan bilangan lebih dari dua (laki-laki) dengan terdapat tambahan diakhirya dan bisa dihilangkan tambahnnya dan diathafkan yang semisal dengannya.
فَرَحَ المُخَلَّفُونَ
جُمْلَةٌ
Kalimat
Suatu struktur kalam yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih atau murakkab isnad.
الحَمْدُ لِلهِ.
جَوَابٌ
Jawaban
Kalimat yang menunjukan jawaban setelah adanya kalimat tanya atau syarat.
قالُوْ بَلَى
ح (kha’)
حَالٌ
Keadaan
Isim mansub yang menjelaskan keadaan sohibul halnya waktu terjadinya perbuatan yang masih samar.
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا
حَذْفٌ
Membuang
Satu kata yang salah satu harakat atau hurufnya dibuang karena adanya alasan tertentu.
صُنْ أَصلُهُ أُصْوُنْ
حَرْفُ العَامِل
Huruf yang beramal
Suatu yang merubah I’rab di akhir atau selainnya dalam kalmat.
Huruf jar, nawasib mudhari’ kharfu jazm dll.
حَرْفٌ، الأَحْرُف
Ujung / Tepi
Satu kata yang tidak mempunyai makna jika tidak digabung dengan kata yang lainnya. Huruf berarti kata yang tidak bisa dimasuki oleh tanda-tanda isim dan fi’il.
مِن، ل، ف، إلي وغير ذلك
ذَهَبْتُ مِن البيت
خ (Kho’)
خَبَرٌ
Kabar
Kalimat yang menyempurnakan makna mubtada’ baik berupa jumlah ismiah atau pun jumlah fi’liyah. Maksudnya khabar itu yang disandarkan kepada mubtada’ dan mubtada’lah yang merafa’kan khabar.
زَيْدٌ قَائِمٌ
خَفْضٌ
Rendah
Harakat kasrah yang disebabkan oleh suatu amil atau yang mewakilinya.
بَكْرٍ
خَلاَ
Kosong 
Huruf jar yang menyerupai za’idah istisna’ jika tidak didahului oleh ma masdariyah.
جَاءَ الطلاَّبُ خَلاَ زَيْدٍ
د(Dal)
دُعَاءٌ
Pemanggilan
Permohonan sesuatu dari yang lebih rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi. Apabila terjadi dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi maka ungkapannya disebut amr (perintah). Dan apabila setara kedudukannya maka disebut iltimas.
رَبِّ اغْفِر لي
ذ(dzal)
ذَا

Dza memiliki beberapa bagian: 1) dza bagian dari asma’ as-sittah. Ia selalu terikat oleh susunan idhafah yang di idhafahkan kepada selain ya’ mutakallim. Rafa’nya dengan wawu, nashabnya dengan alif dan jarnya dengan ya. 2) dza bagian dari isim isyarah yaitu untuk menunjukan makna tempat (dekat), mabni sukun dalam keadaan rafa’, nasab, jar. Digunakan untuk mufrad mudzakar baik berakal atau tidak. 3) dza bagian dari isim maushul dengan syarat harus didahului oleh ma atau man istifhamiyah.
جَاءَ ذُو مالٍ



ذَا هِرٌ



مَنْ ذَا جَاءَ، مَا ذَا فَعَلْتَ؟
ر (Ro’)
رَفْعٌ
Tinggi
Perubahan khusus yang ditandai dengan harakat dhammah atau tanda lain yang menggantikanya.
يَقُومُ عَليُ
ز (za’)
زَجْر )حرف الزجر)  زئدة
Tambahan huruf
Huruf untuk menghalangi (mencegah) dari amal.
إنّماَ
زَمَنٌ
Zaman
Kata yang menunjukkan waktu. Zaman ini maksudnya bagian dari dzaraf.
والعَصْرِ
زِيَادَةٌ
Tambahan
Menambahkan satu huruf dari semua huruf bermakna yang berfungsi untuk menguatkan. Ziyadah huruf ma’ani tersebut adalah:
ب، مَا، إِنَّ، ت، ك،
Menambahkan huruf ba’ pada khabarnya laisa, ataumenambah ma pada inna untuk membatasi.
س (Sin)
س
Huruf Sin
Huruf tanfis dan istiqbal yang selalu masuk pada kalimat fi’il mudhari’ mustbat. Oleh karenanya ia murni untuk menunjukan zaman istiqbal (yang akan terjadi), mabni fathah tidak mempunyai mahal I’rab serta tidak beramal. Namun adakalanya bermakna istimrar (tetap) seperti:
سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاس .... الأية
سَأُقْبِلُكَ اليَوْمَ
ش (syin)
شَرْطٌ
(جَوَابُ شَرْطٍ)
Syarat
Menghubungkan suatu perkara kepada perkara lain yang disertai wujudnya adat (perabot) syarath, dimana perkara kedua tersebut tidak akan nyata tanpa wujudnya perkara pertama ini. Bentuk yang menunjuk kepada dua kalimat dan kaitannya dengan bantuan adat/alat yang disebut huruf syarat.
إِنْ تَدْرُسْ تَنْجَحْ
ص (Shad)
صَحِيْح
Benar
Kalimat isim atau fi’il yang semua huruf asalnya terbebas dari huruf illat.
كَتَبَ
صِلَّةٌ
(حَرْفُ الصِّلَة)
Sambungan
Kalimat yang memuat dhamir. Adapaun a’id merupakan dhamir yang kembali pada mausul.
قَدْ أفْلَحَ المُؤْمِنُونَ الذّيْنَ هُمْ في صلاًتِهِمْ خَاشِعُونَ
صِفَّةٌ
Sifat
Sifat disebut juga na’at dalam ilmu nahwu. Yaitu kalimat yang mengikuti kepada kalimat yang diikutinya baik dalam hal I’rabnya maupun nakirahnya.
قامَ زَيْدٌ العَاقِلُ
ض Dzad))
ضَمِيْرٌ
Menyembunyikan
Kata ganti nama yang menunjukan untuk mutakallim, mukhattab, atau ghaib.
تُ، تِ، تَ، نَا، تُمَا، كَ،هُنَّ، هُم.
Dll
ط (Tha)
طِبَاقٌ
Tingkatan
Keadaan dua kalimat yang berlawanan maknanya, baik keduanya isim atau fi’il atau huruf.
اللَّيْلِ والنَّهَأر
طَلَبَ
Mencari
Menuntut suatu perkara yang tidak diperoleh hasilnya pada saat tuntutan itu terjadi.
يُسْعِدُنِي
ظ (Dza’)
ظَرْفٌ
Wadah
Isim yang dibaca nasab dengan memperhatikan makna (pada / di dalam) untuk menjelaskan waktu atau tempat.
تَحْتَ، اليَوْمَ، صَبَاحً.
Dll
ظَهِيْرٌ   
Jelas
Sesuatu yang langsung nampak zatnya tidak tersembunyi. Maksunya hukumnya dan kedudukanya jelas tidak dikira-kirakan.
فَتَحَ مُحَمَّدٌ البَابَ
ع (A’in)
عَامِلٌ
Yang bekerja
Sesuatu yang mempengaruhi pada struktur kalimat sehingga ia dapat menjadikannya dibaca nashab< rafa’, jarr, atau jazm.
Seperti huruf jarr, huruf nasab dll
عَرْضٌ
Permohonan
Permohonan dengan lunak (tidak keras).
مِنْ فَضْلِك، .....
عَطْفٌ
Kembali
Mengikutkan ma’tuf (kalimat yang mengikuti) terhadap ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti) dalam I’rab yang jelas dengan bantuan huruf athaf seperti wawu, tsumma dll. Athaf juga dibagi dua, yautu; athaf nasaq dan athaf bayan.
جَاءَ زَيْدٌ وَخَالِدٌ
عَطْفٌ بَيَن
Athaf penjelasan
Tabi’ yang berupa isim jamid (lawan dari isim musytaq) dan berfungsi untuk menjelaskan mathbu’nya jika berupa isim ma’rifat dan berfungsi mentakhsis (menghususkan) mathbu’nya jika berupa isim nakirah.
جَأءَ مُحَمَّدٌ أَبُوْكَ
عَطْفٌ نَسَقْ
Athaf susuan
Athaf yang diantara tabi’ dan mathbu’nya terdapat salah satu dari sepuluh huruf-huruf athaf.
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَمَحْمُدٌ
عَمَّ
Dari apa
Lafadz amma merupakan rangkaian dari huruf jar ‘an dan ma istifhamiyah yang dibuang alif-nya karena dimasuki oleh huruf jar.
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ
غ (Ghain)
غَيْرَ
Selain
Seperti lafadz illa. Lafadz yang mu’rab dengan ketentuan I’rab sebagaimana pada kalimat isim yang berbeda setelah illa. Dan kalimat yang datang setelahnya dibaca jar selamanya, atau dibaca nasab sebagai istisna’ atau dibaca rafa’ sebagai badal. 
مَا نَجَحَ غَيْرُ زَيْدٍ
ف (Fa’)
فَاعِلْ
Pelaku (Subjek) 
Isim yang dibaca rafa’ yang disebutkan setelah fi’il.
نَصَرَ أَحْمَدٌ، يَضْرِبُ مُحَمَّدٌ
فِعْلٌ
Peristiwa
Kata yang menunjukkan makna (pekerjaan) dan terkait dengan salah satu dari tiga batasan waktu yakni masa lampau, masa sekarang, masa yang akan datang.
نَصَرَ، يَنْصُرُ، اُنْصُرْ
فِعْلُ المَاضِ
Peristiwa Lampau
Kata kerja untuk waktu yang telah lalu.
نَصَرَ
فِعْلُ المُضَارِع
Peristiwa Sekarang / Lampau
Kata kerja untuk waktu sekarang atau yang akan datang.
يَنْصُرُ
فِعْلُ الأَمْرِ
Peristiwa Perintah
Kata kerja bermakna perintah.
اُنْصُرْ
ق (Qaf)
قَسَم  
(حَرْفُ القَسَم)
Sumpah
Huruf jar yang masuk kepada isim zhahir yang tidak bergantung kecuali dengan kata yang mahdzuf. Qosam adalah sumpah atas nama Allah atau selannya untuk menguatkan pembicaraan dan membenarkan penuturnya.
واللهِ لَأَفْعَلَنَّ كَذَا
قَدْ
Sungguh
Kod yang masuk pada fiil madzi memiliki makna tahqiq (penegasan) dan taqrib (kedekatan waktu / hampir).
Kod yang masuk pada fiil mudhari’ memiliki makna taqlil (sedikit / kadang-kadang) dan tasir (sering).
قد أَفْلَحَ المؤمِنون


قد يَجُوْدُ الْبَخِيْلُ
ك (Kaf)
كَانَ
Ada
Amil yang seiring masuk dalam mubtada’ dan khabar dan beramal merafa’kan isimnya dan menasabkan khabarnya.
كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا
كَأَنَّ
Seperti
Salah satu akhwat inna yang beramal menasabkan isim dan merafa’kan khabarnya. Fungsinya untuk memberi tasybih (penyerupaan)
كَأَنَّ زَيْدٌ أسَدٌ
كَلاَمٌ
Kalimat
Sebuah istilah mengenai lafadz yang tersusun dan bermakna lengkap, diamana ia memberikan pemahaman sehingga mitra pendengarnya merasa puas. Adapun syarat kalam adalah: lafadz, murakkab, mufidz, dan wadh’a.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ
كَمْ
Berapa
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan bilangan yang masih samar.
كَمْ لَبِثْتُمْ
كَيْفَ
Bagaiman
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan keadaan.
كَيْفَ حَالُكَ
ل (Lam)


































(Mim) م
لَ

Huruf lam ada beberapa macam: 1) lam ibtida’; yaitu huruf permulaan kalam yang tidak beramal yang mempunyai dua fungsi menguatkan kandungan jumlah dan menghilangkan zaman hal (yang sedang terjadi). 2) lam amr; yaitu huruf jazm thalabi yang berada pada fi’il mudhari’. 3) lam jawab; yaitu lam yang berada pada jawab qosam (sumpah). Lam ini tidak mempunyai mahal I’rab dan juga tidak beramal. 4) lam huruf jar; yaitu huruf lam yang dibaca kasrah yang bisa mengejar-kan pada isim dhahir dan isim dhamir. 5) lam ta’lil; yaitu lam yang masuk pada fi’il mudhari’ yang ber-amal me-nasab-kan melalui an yang boleh disimpan sesudahnya menurut madzhab basrah. 6) lam juhud; yaitu lam yang berada setelah kana manfi yang berfungsi untuk menguatkan nafi.  
1)      لأَنْتُمْ أَشَدُّ رَبَّه

2)      فَلْيَسْتَحِبُّوا لِي

3)      لَوْ جِئْتَ لَأَكْرَمْتُكَ

4)      لِلهِ تَعَالَى

5)      جِئْتُ لِأُقَابِلُكَ

6)      لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ
لاَ
Tidak
La dalam istilah nahwu sharf ada beberapa macam: 1) la nahi: yaitu huruf thalabi yang menunjukan makna larangan. 2) La athaf: yaitu huruf la yang bertujuan menafikan hukum ma’thuf setelah terjadinya istbat pada maf’ul alaih.
3) la nafi: yaitu huruf yang beramal seperti halnya fi’il-fi’il naqish yang merafa’kan isim dan menasabkan khabar-nya.
4) la nafi jinsi: yaitu huruf la yang meniadakan seluruh (umum) jenis dan beramal seperti
 Inna (إِنَّ).
1)      لاَتُشْرِكْ بِللهِ

2)      جَاءَ زَيْدٌ لاَ جَالِدٌ

3)      لاَرَجُلٌ أَفْضَلُ مِنْكَ

4)      لاَرَجُلُ فِي الدَّارِ
لَعَلّ
Barang kali
Saudara inna yang beramal menasabkan isimnya dan me-rafa’-kan khabarnya. Adat yang menunukan makna harapan yang disenangi atau dibenci.
لَعَلَّ الشَّبَابَ يَعُوْدُ
لَعَلَّ
Harapan
Salah satu adat untuk mengungkapkan kalimat harapan (tarajji).
لعلَ الله يَحْدَث بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرا
لَكِنَّ
Tetapi
Salah satu saudaranya inna (إنَّ) yang beramal me-nasabkan isim dan merafa’kan khabar-nya. Huruf ini berfungsi untuk istidrak (atau menyusul kan perkataan) dan taukid (penguat).
لَكِنَّ
لَمَّا
Bukan
Salah satu huruf nafi yang khusus berada pada fi’il mudhari’. Ia selalu men-jazm-kan fi’il dan mengembalikan maknanya menjadi madhi (telah terjadi). Adapun yang masuk kedalam fi’il madhi maka maknanya bukan nafi tetapi mengira-ngirakan khina (حِيْنَ).
لَمَّا يَقُمْ زَيْدٌ
لَيْسَ
Tidak
Fi’il madhi naqis ya dan juga jamid (statis) yang beramal me-rafa’kan mubtada’ sebagai isimnya dan menasabkan khabarnya. 
لَيْسَ زَيْدٌ قَائِمًا
مَا
Apa
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menanyakan dalam menjelaskan isim atau hakikat.
ما الإنْسَان؟
مَا

Ma terdiri dari beberapa macam: 1) ma syartiyah: yaitu ma isim syarath jazm yang butuh pada fi’il syarath dan jawab-nya. Ma ini sebagai perabot jazm yang menjazm-kan dua fi’il, yaitu fi’il syarat dan fi’il jawab syarat. 2) ma maushul: yaitu isim maushul yang digunakan sama untuk bentuk mufrad, tasniyah, atau jama’ baik mudzakar atau muannas. Namun kebanyakan digunakan untuk yang tidak berakal. 3) ma zaidah: yaitu huruf tambahan yang tidak beramal serta tidak memlikiki makhal I’rab. Dan biasanya terletak setelah idza, mata dan huruf jarr. 4) ma nafiyah yang tidak beramal: yaitu huruf nafi yang tidak memiliki mahall (kedudukan) I’rab. Ma tersebut selalu menafikan fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan jumlah ismiyah. 5) ma kaffah: yaitu huruf ma zaidah (tambahan) yang mencegah sesudah ma dari beramal. Biasanya ma ini bertemu dengan inna dan saudaranya.
1)      مَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ

2)      أَعْجَمبَنِى مَا رَكِبْتُ


3)      مَتَى مَا تَأْتِ أُعَلِّمُكَ



4)      مَا حَصَرَ المُعَلِّمُ


5)      إنَّمَا الصَّدَقَةُ للفُقَرَاء
مَا نَفْي
Tidak ada
Nafiyah yang tidak ber-amal yaitu huruf nafi yang tidak memiliki mahall (kedudukan) I’rab. Ma nafi tersebut selalu menafikan fi’il mudhari’ dan jumlah ismiah.
ما حَضَرَ المُعَلِّمُ
مُبْتَدَاءٌ
Permulaan
Kalimat isim yang dibaca rafa’ yang biasanya terletak di awal kalimat yang bebas dari amil lafadz.
زَيْدٌ قَائِمٌ
مَبْنَي
Bangunan
Kata yang keadaan akhirnya tetap pada satu keadaan bukan karena amil dan bukan karena I’tilal (kata itu diakhiri dengan huruf illah).
نَصَرَ
مَتَى
Kapan
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menjelaskan zaman, baik zaman yang sudah lewat atau akan datang.
متي جِئْتَ؟
مَجْرُورٌ
Yang terendah 
Kata yang dibaca (dan mahalnya) jarr. (lihat di bab jim khususnya kata jarr)
في المَسْجِدِ
مَجْزُوْمٌ
Yang dipisah
Kata yang dibaca  (dan mahalnya) jazm. (lihat di bab jim khususnya kata jazm)
لَمْ يَلِدْ
مَذْهَبٌ
Tempat berjalan
Suatu aliran ilmu nahwu seiring berjalannya zaman yang sudah dimulai sejak turunnya al-Qur’an, misalnya madzhab kuffah, madzhab Basrah, madzhab Baghdad dll
Madzhab Basrah, madzhab Kuffah, madzhab
مَرْفُوْعٌ
Yang terangkat
Kata yang dibaca (dan mahalnya) rafa’. (lihat di bab ra’ khususnya kata rafa’)
جَاءَ يُوْسُفٌ
مُسْتَقْبَلٌ
Masa yang akan datang
Kata kerja yang menunjukan makna yang akan datang atau sekarang. (lihat fi’il mudhari’)
سَأقْبَلك
مُشَبَّهَةٌ
Yang diserupakan
Kata yang diserupakan atau disamakan dengan yang lain karena adanya qorinah dengan menggunakan adat tasybih.
مُحَمَّدٌ كالبَشَر
مَصْدَرٌ
Sumber
Lafadz yang menunjukan perbuatan yang bebas dari makna zaman serta menyimpan huruf-huruf fi’ilnya secara lafadz.
عِلْمًا
مُعْرَبٌ
Berubah
Kata yang bisa berubah keadaan akhirnya baik perubahan itu terjadi secara lafadz atau secara taqdir yang disebabkan oleh amil yang mendahuluinya.
السَّمَاءُ، الرَّجُلُ، يَكْتُبُ
مِنْ
Dari
Huruf jar yang selalu meng-jar-kan isim dzahir dan isim dhamir. Dan min memiliki beberapa makna, setidaknya ada tujuh makna utama dari huruf jer yaitu min ini.
مِنَ المَسْجِدِ
مَنْ
Siapa
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menjelaskan perkara yang berakal.
Namun man juga bisa sebagai 1) man syartiyah: yaitu man isim syarat jazm yang ber-amal men-jazm-kan dua fi’il syarat dan jawab. Seperti;
مَنْ يَقْرَأْ أَقْرَأْ
2) man maushulah: yaitu man isim maushul yang mengandung makna alladzi yang kebanyakan digunakan untuk yang berakal, sama pemakaiannya untuk mudzakar, muannas, tasniyah atau jama’. Seperti;
مَن فِيْ السَّمَاواَتٍ وَمَنْ فِيْ الأرْض
 3) man zaidah (tambahan): yaitu tidak beramal. Seperti;
كَفَى بِنَا فَضْلًا عَمَّنْ غَيْرِنَا
مَنْ أَنْتَ؟
مَنْصُوْبٌ
Yang ternasabkan
Kata yang dibaca (dan mahalnya) nasab. (lihat di bab nun khususnya kata nasab)
لَنْ يَذْهَبَ
ن (Nun)
نَئِبُ الفَاعِل
Menghilangkan subjek
Isim yang dibaca rafa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
قُطِعَ الغُصْنُ
(Dahan itu telh dipotong)
نَحْوٌ
Arah, Contoh
Ilmu yang membahas bidang kajian mengenai aturan struktur kata dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. 
جَاءَ مُحَمَّدٌ
Kalimat tersebut kemudian diketahui kedudukan harakat, I’rab dll dengan bantuan ilmu nahwu.
نَكِرَةٌ
Tidak mengetahhui
Setiap isim yang jenisnya bersifat umum, salah satu jenis idak memiliki kehususan yang membedakannya dengan jenis yang lain: atau bisa juga dikatakan bahwa isim nakirah adalah semua isim yang dapat diawali alif dan lam (ال).
رَجُلٌ، فَرَسٌ
نَصَبٌ
Tegak dan Lurus
Perubahan khusus yang ditandai dengan harakat fathah atau tanda-tanda yang lain yang menggantikannya. Dan ini juga salah satu dari keempat I’rab yang ada.
لَنْ أُحِبَّ الْكَسَلَ
و (Wawu)
وَ
Dan
Salah satu huruf athaf yang digunakan untuk menghubungkan ma’thuf dengan ma’thuf alaih yang setara.
جَاءَ مُحَمَّدٌ و أَحْمَدٌ
ه (Ha’)
هَلْ
Apakah
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menuntut kebenaran.
هَلْ قَرَاءْتَ القُرْآن؟
ي (Ya’)
يَا
Wahai / hai
Salah satu huruf nida’ yang diguakan untuk memanggil baik jauh atau pun dekat.
يَا مُحَمَّد

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warsan Munawir. Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997.
Drs. AH. Akrom Fahmi. Ilmu Nahwu & Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab) Praktis dan Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1999.
Imam Syaifuddin Mu’minin. Kamus ilmu Nahwu & Sharaf. Jakarta: Amzah, 2008.
K.H. Moch. Anwar. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan Imrithi Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
M. Muhyiddin Abdul Hamid. Ilmu Nahwu Terjemahan Tuhfatus Saniyah Syarah Ajurumiyah. Jogjakarta: Media Hidayah, 2010.
Syekh Musthafa al-Ghalayaini. Jami’ ad-Durus al-Arabiyah juz I. Beirut: Maktabah Asriyah, t.t.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar