بسم الله الرّحمن
الرّحِيم
Setiap bahasa
yang ada didunia ini sudah pasti semuanya memiliki kaidah dan sistem
tersendiri. Begitu pula dengan bahasa Arab, satu-satunya bahasa yang mampu
mengungkapkan keagungan al-Qur’an yang bahkan estetikanya tidak tertandingi
oleh bahasa apapun ini memiliki karakter tersendiri dalam masalah kaidah
kebahasaan. Dari sini pula muncul kitab-kitab kowaid bahasa Arab yang tidak
lain untuk mengungkap dan memudahkan dalam mepelajari bahasa Arab. Salah satu
kitab yang berkaitan dengan hal ini adalah kitab Jami’ ad-Durus karya
Syekh Musthafa al-Ghalayaini. Kitab ini terbilang cukup lengkap dan unik
dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang sekelas dengannya.
Dalam sub bab kitab tersebut terdapat pebahasan mengenai Harfu Ma’ani
yang sudah tidak asing bagi pelajar linguistik Arab. Sub bab tersebut berkaitan
erat dengan ilmu Balaghoh dimana ilmu ini cukup meng-cover ilmu tentang
makna yang syarat dalam mengungkap perbedaan makna yang disebabkan oleh keadaan
(Muqthadhal Hal) yang berbeda atau konteks pemaknaan.
Dari siniliah kami mencoba menyusun istilah-istilah yang ada dalam
kitab tersebut khususnya dalam sub bab Kharful Ma’ani yang diharapkan
mampu memberikan kontribusi keilmuan khususnya dalam perkamusan kebahasaan.
Kamus ini berisi tentang istilah-istilah yang ada dalam kitab Jami’ ad-Durus
khususnya dalam sub bab Kharful Ma’ani dimana istilah-istilah nahwu-sharf
diambil dari sub bab Kharful Ma’ani.
Kamus yang dinamakan dengan “Ma’ani Fi Jami’ ad-Durus” ini
terdiri dari 5 (lima) kolom; dimulai dari kolom harf, kolom lafadz,
kolom ma’na mu’jam, kolom ma’na istilah, dan diakhiri dengan
kolom amsal. kolom harf dimaksudkan untuk memudahkan dalam
mengkategorikan kata yang ingin dicari yang dimulai dari huruf hamzah
hingga ya’. Kolom lafadz dalam kamus ini disusun dengan model Nidzam
al-Nuthqi (Sistem Artiulasi) yaitu penyusunan kata berdasarkan pada huruf pertama
yang diucapkan dari sebuah kata tanpa harus mencari kata dasarnya serta
pengurutan lafadznya dimulai dari hamzah hingga ya’
(Taufiqurraman, 2008: 272) yang bertujuan untuk memudakan pembaca khususnya
kalangan non-Arab serta siswa ditingkat pemula, disisi lain penekanan kamus ini
lebih ke makna istilahnya.
Kolom makna mu’jam dimaksudkan untuk mengetahui makna kata
sesuai dengan aslinya atau makna kamus. Adapun makna Istilah adalah poin
dari kamus ini, yaitu memaparkan makna istilah dalam penggunaannya didalam ilmu
nahwu sharf yang tentunya juga berimplikasi dalam pemakaian kata dalam
ilmu bahasa Arab. Sedangkan kolom amsal dimaksudkan untuk memberikan
contoh penggunaan kata tersebut sehingga lebih cepat dan mudah dalam memahami
makna kata tersebut.
Kamus ini dinamakan dengan “Ma’ani Fi Jami’ ad-Durus” karena
memang berisi tentang pembahasan tentang ma’ani khususnya tentang “Kharfu
al-Ma’ani”. Penyusun menyadari apa yang
diungkapkan oleh Al Muhammad Hasan al-‘Imadi (1996: 7):
إني رأيت أنه
لايكتب إنسان كتابا في يومه إلاّ وقال في غده:
لو غير هذا
لكان أحسن، ولو زيد كذا لكان يستحسن،
ولو قدم هذا
لكان أفضل، ولو ترك هذا لكان أجمل.
Aritinya:
“Saya
yakin bahwa tidaklah seseorang membuat karya tulis pada hari ini,
melainkan
keesokan harinya dia akan berkata:
jika
bagian ini dirubah, tentu lebih indah.
Jika
bagian ini ditambah, tentu lebih jelas.
Jika
yang ini didahulukan, niscaya lebih menawan.
Jika
yang itu dihilangkan, niscaya lebih rupawan.”
Oleh karena itu kami sangat terbuka atas kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Akhirnya
penulis berdo’a semoga kamus ini bermanfaat, dan sebagai amal jariyah. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang turut
menbantu dalam proses pembuatan kamus ini, khususnya Dr. H. Turkis Lubis selaku
pembimbing dalam studi ilmu Ma’ajim, Jazakumulullah Khairan Katsira,
Jazakumullah Ahsanal Jaza’.
HURUF
|
KATA
|
MAKNA BAHASA
|
ISTILAH NAHWU SHARF
|
CONTOH
|
أ
(Alif)
|
إِبْداَلٌ
|
Pengganti
|
Menghilangkan satu huruf dan meletakan huruf lain pada tempat
huruf yang dibuang tersebut.
|
الشَاسِب و الشَّزِب
|
أَحْرُف
إطْلاَقٍ
|
Huruf-huruf untuk memanjangkan kata
|
Huruf-huruf yang lahir pada saat memanjangkan harakat rawi (akhir
bait).
|
….والعِتَابَا # .... أَصاَباَ
|
|
أَحْرُف
الاسْتِفْهام
|
Huruf-hururf pertanyaan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah pertanyaan.
|
أ، هَلْ
|
|
أَحْرُف
التَّحْصِيْص و التّنْدِيْم
|
Huruf-huruf penghususan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna penghususan.
|
هَلّاَ، أَلاَّ، لَوْمَا، لَولاَ، ألاَّ
|
|
أَحْرُف
التَشْبِيْه
|
Huruf-huruf untuk menyerupakan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk menyerupakan sesuatu.
|
كَ، كَأَنَّ،
|
|
أَحْرُف
التَّفْسِيْر
|
Huruf-huruf penjelas
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah pentafsiran atau
penjelasan. Biasanya sangat banyak terdapat huruf tafsir dalam kitab-kitab
tafsir al-Qur’an.
|
أَيْ، أَنْ
|
|
أَحْرُف
التَّعْلِيْل
|
Hururf-huruf perincian
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk merinci makna sebuah kata dalam
kalimat.
|
كَي
|
|
أَحْرُف
التّمَنِّي
|
Hururf-huruf untuk harapan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna harapan yang tidak
mungkin terjadi.
|
لَيْتَ، لَوْ
|
|
أَحْرُف
التَّنْبِيه
|
Hururf-huruf pengingat
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna pengingat dalam
sebuah kalimat.
|
ألاَ، أمَا، هَا، يَا
|
|
أَحْرُف
التَوْكِيْد
|
Huruf-huruf penguat
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah penguatan dalam suatu
kaliamat.
|
إنَّ، أَنَّ، لاَمُ، الابْتِداء، نون التَوكيد، قَدْ
|
|
أَحْرُف
الجرّ
|
Huruf-huruf jar
|
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk bisa dan dihukumi jar.
|
فِي، مِنْ
|
|
أَحْرُف
الجَزْم
|
Huruf-huruf jazm
|
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk bisa dan dihukumi
jazm.
|
لَمْ، إِنْ
|
|
أَحْرُف
الجَوَاب
|
Huruf-huruf jawab
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah jawaban dari sebuah
kalimat tanya.
|
نَعَمْ، بَلَى، إِيّ، أَجَل، جَيْرِ، إنَّ، لاَ، كَلاَّ.
|
|
أَحْرُف
الرَّدْعِ
|
Huruf-huruf penolakan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna penolakan.
|
كَلَّا
|
|
أَحْرُف
الاسْتِقْبَال
|
Huruf-huruf untuk masa lampau
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna kata yang akan
datang.
|
س، سَوْفَ، لام الأمرِ، لاَناهِيَة، إِنْ، إِذْمَا
|
|
أَحْرُف
الشَّرْطِ
|
Huruf-huruf syarat
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah kalimat yang bermakna
syarat.
|
إِنْ، إذْ ما، لَوْ، لَوْلاَ، لَوْمَا، أَمّا، لَمّا
|
|
أَحْرُف
الصِّلَة
|
Huruf-huruf pemisah
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk memisahkan satu kalimat dengan
kalimat lainnya.
|
إِنْ، أَنْ، مَا، مِنْ، البَاء
|
|
أَحْرُف
الطَّلَب
|
Huruf-huruf permintaan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permintaan.
|
لاَم الأمْرُ، لا ناهِيَة
|
|
أَحْرُف
العَرْضِ
|
Huruf-huruf Permintaan
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permintaan namun
dengan cara yang lembut dan santun.
|
ألاَ، أمَا، لَو
|
|
أَحْرُف
العَطْفِ
|
Huruf-huruf athaf
|
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk menyambung satu
kata dengan kata sesudahnya dengan huruf athaf sehingga dihukumi sama
I’rabnya.
|
وَ، ثُمَّ،
|
|
أَحْرُف
المُشَبِّهَة بِلَيْسَ
|
Huruf-furuf yang serupa dengan laisa
|
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk sebuah makna
penyerupaan atau untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
|
مَا، لاَتَ، لاَ
|
|
أَحْرُف
المَصْدَرِيَة
|
Huruf-huruf masdar
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna permulaan kalimat.
|
أَنْ، أَنَّ، كَيْ، مَأ، لَوْ، هَمْزَة التَسْوِيَة
|
|
أَحْرُف
المعَانِي
|
Huruf-huruf yang bermakna
|
Suatu yang tidak memiliki makna sebelum disusun dengan kalimat.
|
Huruf jer, huruf nafi, huruf athaf dll
|
|
أَحْرُف
النِّدَاء
|
Huruf-huruf untuk memanggil
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna panggilan.
|
أ، يَا
|
|
أَحْرُف
النَّفْيِ
|
Huruf-huruf nafi
|
Huruf-huruf yang digunakan untuk sebuah makna peniadaan atau
ketidak adanya sesuatu.
|
مَا، إِنْ، لاَ، لاَتَ، لَنْ.
|
|
أَحْرُف
النَّهْي
|
Huruf-huruf larangan
|
Huruf-huruf yang digunakan dalam kalimat untuk sebuah makna dan
tujuan larangan.
|
لاَ،
|
|
أُخْرَ
ج أُخْرَى
|
Akhir
|
Kata yang harus dibaca tanwin dalam kedudukan apapun. Oleh karena
itu harus dibaca sesuai dengan keadaan jumlahnya (rafa’, nasab, aau jar).
|
مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَطَالِبَاتٍ أُخَرٍ.
|
|
أَدَاةٌ
ج آدوات
|
Seperangkat kata
|
kalimat yang mengikat antara musnad dan musnad ilaih atau antara
satu jumlah dengan julah lain.
|
Terkadang adawat terdiri dari huruf seperti huruf jar, athaf dll
|
|
اِسْتِثْنَاءٌ
|
Pengecualian
|
Mengecualikan
isim yang berada setelah illa’ (إلَّة)
dan akhwatnya dari hukum isim yang berada sebelumnya
(mustasnaminhu).
Akwat
illa’ ada 8, yaitu: إلاَّ،
لاَيَكُونُ، غَيْرُ، سِوَى، خَلاَ، عَدَا، حَاشَا، لَيْسَ.
|
جَاءَ التّلْمِيْذ إِلاَّ عليٌ
|
|
اِسْتِئْنَاف
|
Memulai
|
Suatu jumlah awalan yang tidak mempunyai kaitan dengan jumlah
sebelumnya dalam hukum I’rab-nya.
|
Huruf isti’naf hanya ada dua: Wawu dan ya’.
|
|
الإسْتِفْهَمُ
|
Meminta Kefahaman
|
Huruf yang menunjukan kata tanya untuk meminta kejelasan suatu
nama, bilangan, atau sifat.
|
حرف استفهم: هل، ما، أ، كَمْ، مَتَى وغير ذلك.
|
|
إِسْمٌ
|
Kata benda
|
Kata yang menunjukan satu makna tanpa terikat waktu
|
رجلٌ، عًصًا، تُفَّاحَةٌ
|
|
إسْمٌ
إشَارَة
|
Kata penunjukan
|
Kalimat isim yang menunjukan hal trtentu, melalui isyarat nyata
dengan tangan atau benda lainnya, jika ia wujud dihadapannya atau melalui
isyarat tidak nyata bila tidak tampak dihadapannya.
|
هَذِهِ، هَذَا، ذَا، ذالِكَ وغير ذلك
|
|
إسْمٌ
غَيْرُ مُنْصَرِفْ
|
Kata yang tidak bisa di tasyrif
|
Setiap kalmat isim yang tidak bertemu dengan tanwin. Atau tidak
menerima tanwin karena ilat (penyebab) yang mencegah dibaca tanwin.
|
زَيْنَبَ، أَحْمَرَ، أَحْمَدَ، وغير ذلك
|
|
إشْفَاقٌ
|
Harapan
|
Seperti Tarojji tetapi harapan tersebut dibenci oleh Allah
|
هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ
|
|
إِضاَفَةٌ
|
Sandaran
|
Pertalian suatu struktur antara dua kaimat isim yang menyebabkan
kalimat isim yang kedua tersebut dibaca jar selamanya.
|
كتابُ أحْمَدِ.
|
|
إِعْرَابٌ
|
Menampakan dan Menerangkan
|
Perubahan akhir kata karena amil-amil yang masuk. Perubahan yang
dimaksud adalah keadaan (kedudukan) pad akhir kata tersebut.
|
حَضَرَ مُحَمَّدٌ
Muhammad menjadi marfu’ karena yang mengubahnya, karena itu
kedudukannya sebagai fa’il atau sobjek.
|
|
أَمْ
|
Tetapi
|
Am diagi dua: 1) am muttasilah, yaitu am yang berada setelah
hamzah taswiah, yakni hamzah yang beriringan setelah lafadz sawa’. 2) am
mnqathi’ah, yaitu am yang tidak didahlukan oleh hamzah taswiyah atau hamzah
yang dimaksud sebagai ta’yin, tetapi ia berfunsi sebagai pembatal (idhrab)
seperti halya lafadz bal.
|
1)
سواء
ٌ....أم لَمْ تُنْذِرْهُمْ.
2)
أم
يقولُونَ اْتَراهُ
|
|
أَمَّا
|
Adapun
|
Huruf syarat dan taukid yang pada umumnya ia menjadi tafsl
(perincian).
|
أَمَّا فِيْ الدَّار فَزَيدٌ
|
|
أَنَّى
|
Dari mana
|
Salah satu adat istifham yang adakalanya digunakan untuk memaknai
maknanya “kaifa” (bagaimana) dan adkalanya memakai makna maknanya “min aina”
(darimana)
|
يَا مَرْيَمَ أَنَّى لَكِ هَذَا
|
|
أَيَّانَ
|
Kapan
|
Salah satu adat istifham untuk menanyakan zaman yang akan datang.
Biasanya digunakan untuk menanyakan perkara yang mengagungkan atau
menakutkan.
|
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمَ القِيَمَة
|
|
أَيْنَ
|
Dimana
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan tempat.
|
أَيْنَ أَنْتَ؟
|
|
أَيَّ
|
Mana
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk membedakan salah
satu dari dua perkara yang bersekutu dalam perkara yang ada pada keduanya.
|
أَيَّ الفَرِيْقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامَا
|
|
ب (ba’)
|
بَدَلٌ
|
Pengganti sesuatu
|
Tabi’ (lafadz yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa
memakai perantara antara ia dan matbu’-nya.
|
أَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ
|
بَلَى
|
Ya
|
Huruf jawab yang berada setelah nafi,dengan maksud menetapkan
(istbat) jawan.
|
أَلَسْتُ بِربِّكُمْ ؟ قَلُو بَلَى
|
|
بِنَاءٌ
|
Menumpuk
|
Keadaan akhir sebuah kata yang tidak berubah dan tetap dalam satu
bentuk saja bukan diakhiri oleh huruf illah (alif, wawu, atau ya’)
|
جَاءَ محمدٌ
|
|
ت
(Ta’)
|
تَثْنِيَة
|
Dua
|
Kalimat yang menunjukan hitungan dua, dengan menambahkan alif dan
nun pada huruf akhirnya bila dalam keadaan rafa’, nasab ataupun jar.
|
رَأَيْتُ المُسْلِمِيْنَ
|
تَحْتَ
|
Dibawah
|
Merupakan isim yang menunjukan makna jihah (arah). Ia dibaca
sebagai dzaraf makan (keadaan tempat) dan biasanya mengikat pada idhafah.
|
الرَّأْسُ تَحْتَ القَلَنْسُوَةِ
|
|
تَحْذِرْ
|
Peringatan
|
Memperingatkan mitra pembicaraan atas suatu perkara yang terjadi
agar ia menghindarinya. Atau pengertian lain adalah isim dibaca nashab
sebagai maf’ul bih dan amil yang dibuang dengan perkiraan makna
(إِحْذَر ) :berhati-hatilah.
|
إِيَّاكَ أَنْ تَفْعَلَ كَذَا
|
|
تَخْتَصُّ
|
Tertentu
|
Penghususan dalam suatu kalimat untuk sesuatu tertentu.
|
هَذا المَبْنَى خَاصٌ لطالب الجَدِيْدِ
|
|
تَرَجِّيْ
|
Harapan
|
Kalimat yang menunjukan sesuatu harapan yang masih mungkin
terjadi (Kebalikan dari Tamanni).
|
لَوْأَنْجَحُ فِي الإخْتِبَار
|
|
تَشْبِيْهٌ
|
Menyerupakan
|
Menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain karena adanya
kesamaan dengan bantuan adat tasybih seperti kaf, dll.
|
العِلمُ كالنُّورِ
|
|
تَصْرِيْف
|
Perubahan
|
Ilmu yang mempelajari mengenai strktur kata dan huruf-hurufnya,
dari mulai huruf asli, tamban, shahih, illat, dan ibdal.
|
فَتَحَ-يَفْتَحُ-فَتْحًا....
|
|
تَعْجِيْز
|
Melemahkan
|
Salah satu kalam yang bertujuan untuk melemahkan pembicaraan.
|
يالَبَكْرٍ أَنْشُرُا لِي كُلَيْبَا
|
|
تَفْرِيْقٌ
|
Berbeda
|
Memisahkan antara dua dari macam yang satu.
|
مَا نَوَالُ الغَمَام وَقتَ الرَّبِيع كَنَوَلِ الأمِيْر يَوْمَ
سَخَاءِ
|
|
تَقْدِيْرٌ
|
Kenyataan
|
Lafadz atau kata yang hukumnya dikira-kirakan karena adanya ilat.
|
يومُ رَمضانَ
|
|
تَقْرِيْرٌ
|
Pengulangan
|
Pengulangan kata atau kalimat yang salah satu tujuannya untuk
menguatkan perkara atau tuntutan.
|
كُمْ كُمْ، جَاءَ أَحْمَدُ
|
|
تَمَنِّي:
مُسْتَحِيْلٌ
|
Harapan
|
Kalimat yang menunjukan sesuatu harapan yang tidak mungkin
terjadi.
|
باليتنين قَدَّمْتُ لِحَيأتِي
|
|
تَنْبِيْهٌ
|
Peringatan
|
Kalimat yang ditunjukan untuk memberikan peringatan terhadap
seseorang.
|
إِعْمَلُوْ عَلَى مَا شِئْتُمْ
|
|
تَنْفِي:
مَنْفِيْ،
نَفِي
|
Kecuali
|
Suatu kalimat atau kata yang dikecualikan.
|
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ إلَّا نَظِيْفٌ
|
|
تَنْوِيْن
|
Bersuara
|
Nun mati pada akhir sebuah isim yang diucapkan, tetapi idak
ditulis karena dianggap tidak perlu dan cukup diganti dengan mengulang
harakat huruf terakhir dalam penulisannya.
Tanwin menurut ahli nahwu ada 10 diantaranya tanwin iwadh, tanwin
ziyadah, tanwin muqabalah, tanwin tanqir, tanwin tamkin, tanwin hikayah, tanwin syadz, dll
|
كِتَابٍ، مُحَمَّدٍ
|
|
تَوْكِيْدٌ
|
Menguatkan
|
Tabi’ (lafadz yang mengikuti) yang berfungsi untuk menghilangkan
anggapan lain yang berkaitan dengan lafadz yang di-taukid-kan.
|
جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ
|
|
ث
(Tsa’)
|
ثُلاَثِيٌّ
|
Tiga
|
Kalimat yang bangunannya terdiri dari tiga huruf asli yang
disebut fa’ fi’il kalimat, ain fi’il kalimat, dan lam fi’il kalimat. Tsulasi
ini terdiri dari tsulasi mazid dan stulasi mujarrad.
|
فَعَلَ، فَتَحَ، يَفْرَحُ
|
ثَمَّ
|
Memperbaiki
|
Isim Isyarah yang tidak dapat ditashrif, serta mabni fathah yang
menunjukan makna tempat yang jauh dan ia tidak didahului oleh huruf tanbih
(peringatan) serta tidak bertemu dengan kaf mukhathab.
|
ثَمَّ جَمَاهِيْرٌ مُحْتَشِدَةٌ
|
|
ثُمَّ
|
Kemudian
|
Tsumma ada dua: 1) sebagai huruf athaf: yaitu huruf yang
berfungsi sebagai persekutuan dari segi hukum, serta pada lazimnya ia
berfungsi sebagai makna tartib.
2) sebagai huruf permulaan kalam: yaitu huruf yang berfungsi
untuk mengawali kalam baru.
|
حَضَرَ المُعَلِّمُ ثُمَّ الطُلاَّبُ
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللهُ ثُمَّ يُعِيْدُهُ
|
|
ج
(Jim)
|
جَامِدٌ
|
Keras
|
Kalimat isim yang tidak diambil dari bentuk kalimat fi’il.
Adapun fi’il jamid yang menyerupai huruf, ia dapat mendatangkan
makna yang bebas dari pengertian zaman dan perbuatan yang dikategorikan pada
kalimat fi’il seperti
بِئْسَ، نِعْمَ، عَسَى
|
حَجَرٌ
|
جَرُّ
|
Penyeretan
|
Salah satu I’rab yang hanya masuk pada kalimat isim. Yaitu setiap
amil yang selalu menjadikan bacaan jar pada kalimat isim, baik amil amil
tersebut berupa huruf atau pun idhafah.
|
صُبْحِي فِيْ المَسْجِدِ
|
|
جَزْمٌ
|
Memutus atau Memisahkan
|
Perubahan khusus yang ditandai dengan harakat kasrah atau tanda
tanda lain yang menggantikannya. Dan jazm ini salah satu I’rab yang hanya
masuk pada kalimat fi’il.
|
لَمْ يَلِدْ
|
|
جَمْعُ
|
Kumpulan
|
Mengumpulkan kata dalam kalimat yang perkaranya berbilangan dalam
satu hukum.
|
إنَّ الشّبَاب والفَرَغ والجدّه مُفْسِدَةٌ لِلمَرْءِ
|
|
جَمَع
التَكْسِيْر
|
Pecah
|
Isim
yang menunjukkan bilangan lebih dari dua (baik jenis laki-laki atau
perempuan) disertai perubahan bentuk dari mufradnya.
|
أَسْبَاب، رِجالٌ
|
|
جَمَع
المُؤَنَّث السالِم
|
Beberapa
(banyak) perempuan
|
Isim
yang menunjukan bilangan lebih dari dua (permpuan) dengan tambahan alif dan
ta’ diakhirya.
|
جَاءَ الزَّيْنَبَات
|
|
جَمَع
المُذَكَّر السالِم
|
Beberapa
(banyak) laki-laki
|
Isim
yang menunjukan bilangan lebih dari dua (laki-laki) dengan terdapat tambahan
diakhirya dan bisa dihilangkan tambahnnya dan diathafkan yang semisal
dengannya.
|
فَرَحَ المُخَلَّفُونَ
|
|
جُمْلَةٌ
|
Kalimat
|
Suatu struktur kalam yang tersusun dari musnad dan musnad ilaih
atau murakkab isnad.
|
الحَمْدُ لِلهِ.
|
|
جَوَابٌ
|
Jawaban
|
Kalimat yang menunjukan jawaban setelah adanya kalimat tanya atau
syarat.
|
قالُوْ بَلَى
|
|
ح (kha’)
|
حَالٌ
|
Keadaan
|
Isim
mansub yang menjelaskan keadaan sohibul halnya waktu terjadinya
perbuatan yang masih samar.
|
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا
|
حَذْفٌ
|
Membuang
|
Satu
kata yang salah satu harakat atau hurufnya dibuang karena adanya alasan
tertentu.
|
صُنْ أَصلُهُ أُصْوُنْ
|
|
حَرْفُ
العَامِل
|
Huruf yang beramal
|
Suatu yang merubah I’rab di akhir atau selainnya dalam kalmat.
|
Huruf jar, nawasib mudhari’ kharfu jazm dll.
|
|
حَرْفٌ،
الأَحْرُف
|
Ujung
/ Tepi
|
Satu
kata yang tidak mempunyai makna jika tidak digabung dengan kata yang lainnya.
Huruf berarti kata yang tidak bisa dimasuki oleh tanda-tanda isim dan fi’il.
|
مِن، ل، ف، إلي وغير ذلك
ذَهَبْتُ مِن البيت
|
|
خ
(Kho’)
|
خَبَرٌ
|
Kabar
|
Kalimat
yang menyempurnakan makna mubtada’ baik berupa jumlah ismiah atau pun jumlah
fi’liyah. Maksudnya khabar itu yang disandarkan kepada mubtada’ dan
mubtada’lah yang merafa’kan khabar.
|
زَيْدٌ
قَائِمٌ
|
خَفْضٌ
|
Rendah
|
Harakat
kasrah yang disebabkan oleh suatu amil atau yang mewakilinya.
|
بَكْرٍ
|
|
خَلاَ
|
Kosong
|
Huruf
jar yang menyerupai za’idah istisna’ jika tidak didahului oleh ma masdariyah.
|
جَاءَ
الطلاَّبُ خَلاَ زَيْدٍ
|
|
د(Dal)
|
دُعَاءٌ
|
Pemanggilan
|
Permohonan
sesuatu dari yang lebih rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi. Apabila
terjadi dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi maka ungkapannya disebut
amr (perintah). Dan apabila setara kedudukannya maka disebut iltimas.
|
رَبِّ اغْفِر لي
|
ذ(dzal)
|
ذَا
|
|
Dza
memiliki beberapa bagian: 1) dza bagian dari asma’ as-sittah. Ia selalu
terikat oleh susunan idhafah yang di idhafahkan kepada selain ya’ mutakallim.
Rafa’nya dengan wawu, nashabnya dengan alif dan jarnya dengan ya. 2) dza
bagian dari isim isyarah yaitu untuk menunjukan makna tempat (dekat), mabni
sukun dalam keadaan rafa’, nasab, jar. Digunakan untuk mufrad mudzakar baik
berakal atau tidak. 3) dza bagian dari isim maushul dengan syarat harus
didahului oleh ma atau man istifhamiyah.
|
جَاءَ ذُو مالٍ
ذَا هِرٌ
مَنْ ذَا جَاءَ، مَا ذَا فَعَلْتَ؟
|
ر (Ro’)
|
رَفْعٌ
|
Tinggi
|
Perubahan
khusus yang ditandai dengan harakat dhammah atau tanda lain yang
menggantikanya.
|
يَقُومُ عَليُ
|
ز
(za’)
|
زَجْر
)حرف الزجر) زئدة
|
Tambahan
huruf
|
Huruf
untuk menghalangi (mencegah) dari amal.
|
إنّماَ
|
زَمَنٌ
|
Zaman
|
Kata
yang menunjukkan waktu. Zaman ini maksudnya bagian dari dzaraf.
|
والعَصْرِ
|
|
زِيَادَةٌ
|
Tambahan
|
Menambahkan
satu huruf dari semua huruf bermakna yang berfungsi untuk menguatkan. Ziyadah
huruf ma’ani tersebut adalah:
ب،
مَا، إِنَّ، ت، ك،
|
Menambahkan huruf ba’ pada
khabarnya laisa, ataumenambah ma pada inna untuk membatasi.
|
|
س (Sin)
|
س
|
Huruf
Sin
|
Huruf
tanfis dan istiqbal yang selalu masuk pada kalimat fi’il mudhari’ mustbat.
Oleh karenanya ia murni untuk menunjukan zaman istiqbal (yang akan terjadi),
mabni fathah tidak mempunyai mahal I’rab serta tidak beramal. Namun
adakalanya bermakna istimrar (tetap) seperti:
سَيَقُوْلُ
السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاس .... الأية
|
سَأُقْبِلُكَ اليَوْمَ
|
ش
(syin)
|
شَرْطٌ
(جَوَابُ
شَرْطٍ)
|
Syarat
|
Menghubungkan
suatu perkara kepada perkara lain yang disertai wujudnya adat (perabot)
syarath, dimana perkara kedua tersebut tidak akan nyata tanpa wujudnya
perkara pertama ini. Bentuk yang menunjuk kepada dua kalimat dan kaitannya dengan
bantuan adat/alat yang disebut huruf syarat.
|
إِنْ
تَدْرُسْ تَنْجَحْ
|
ص (Shad)
|
صَحِيْح
|
Benar
|
Kalimat
isim atau fi’il yang semua huruf asalnya terbebas dari huruf illat.
|
كَتَبَ
|
صِلَّةٌ
(حَرْفُ
الصِّلَة)
|
Sambungan
|
Kalimat
yang memuat dhamir. Adapaun a’id merupakan dhamir yang kembali pada mausul.
|
قَدْ
أفْلَحَ المُؤْمِنُونَ الذّيْنَ هُمْ في صلاًتِهِمْ خَاشِعُونَ
|
|
صِفَّةٌ
|
Sifat
|
Sifat
disebut juga na’at dalam ilmu nahwu. Yaitu kalimat yang mengikuti kepada
kalimat yang diikutinya baik dalam hal I’rabnya maupun nakirahnya.
|
قامَ زَيْدٌ العَاقِلُ
|
|
ض Dzad))
|
ضَمِيْرٌ
|
Menyembunyikan
|
Kata
ganti nama yang menunjukan untuk mutakallim, mukhattab, atau ghaib.
|
تُ، تِ، تَ، نَا، تُمَا، كَ،هُنَّ، هُم.
Dll
|
ط (Tha)
|
طِبَاقٌ
|
Tingkatan
|
Keadaan
dua kalimat yang berlawanan maknanya, baik keduanya isim atau fi’il atau
huruf.
|
اللَّيْلِ والنَّهَأر
|
طَلَبَ
|
Mencari
|
Menuntut
suatu perkara yang tidak diperoleh hasilnya pada saat tuntutan itu terjadi.
|
يُسْعِدُنِي
|
|
ظ (Dza’)
|
ظَرْفٌ
|
Wadah
|
Isim
yang dibaca nasab dengan memperhatikan makna (pada / di dalam) untuk
menjelaskan waktu atau tempat.
|
تَحْتَ، اليَوْمَ، صَبَاحً.
Dll
|
ظَهِيْرٌ
|
Jelas
|
Sesuatu
yang langsung nampak zatnya tidak tersembunyi. Maksunya hukumnya dan
kedudukanya jelas tidak dikira-kirakan.
|
فَتَحَ مُحَمَّدٌ البَابَ
|
|
ع
(A’in)
|
عَامِلٌ
|
Yang
bekerja
|
Sesuatu
yang mempengaruhi pada struktur kalimat sehingga ia dapat menjadikannya
dibaca nashab< rafa’, jarr, atau jazm.
|
Seperti huruf jarr, huruf nasab
dll
|
عَرْضٌ
|
Permohonan
|
Permohonan
dengan lunak (tidak keras).
|
مِنْ فَضْلِك، .....
|
|
عَطْفٌ
|
Kembali
|
Mengikutkan
ma’tuf (kalimat yang mengikuti) terhadap ma’tuf alaih (kalimat yang diikuti)
dalam I’rab yang jelas dengan bantuan huruf athaf seperti wawu, tsumma dll.
Athaf juga dibagi dua, yautu; athaf nasaq dan athaf bayan.
|
جَاءَ زَيْدٌ وَخَالِدٌ
|
|
عَطْفٌ
بَيَن
|
Athaf
penjelasan
|
Tabi’
yang berupa isim jamid (lawan dari isim musytaq) dan berfungsi untuk
menjelaskan mathbu’nya jika berupa isim ma’rifat dan berfungsi mentakhsis
(menghususkan) mathbu’nya jika berupa isim nakirah.
|
جَأءَ مُحَمَّدٌ أَبُوْكَ
|
|
عَطْفٌ
نَسَقْ
|
Athaf
susuan
|
Athaf
yang diantara tabi’ dan mathbu’nya terdapat salah satu dari sepuluh
huruf-huruf athaf.
|
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَمَحْمُدٌ
|
|
عَمَّ
|
Dari
apa
|
Lafadz
amma merupakan rangkaian dari huruf jar ‘an dan ma istifhamiyah
yang dibuang alif-nya karena dimasuki oleh huruf jar.
|
عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ
|
|
غ (Ghain)
|
غَيْرَ
|
Selain
|
Seperti
lafadz illa. Lafadz yang mu’rab dengan ketentuan I’rab sebagaimana pada
kalimat isim yang berbeda setelah illa. Dan kalimat yang datang setelahnya
dibaca jar selamanya, atau dibaca nasab sebagai istisna’ atau dibaca rafa’
sebagai badal.
|
مَا نَجَحَ غَيْرُ زَيْدٍ
|
ف
(Fa’)
|
فَاعِلْ
|
Pelaku
(Subjek)
|
Isim
yang dibaca rafa’ yang disebutkan setelah fi’il.
|
نَصَرَ أَحْمَدٌ، يَضْرِبُ مُحَمَّدٌ
|
فِعْلٌ
|
Peristiwa
|
Kata
yang menunjukkan makna (pekerjaan) dan terkait dengan salah satu dari tiga
batasan waktu yakni masa lampau, masa sekarang, masa yang akan datang.
|
نَصَرَ، يَنْصُرُ، اُنْصُرْ
|
|
فِعْلُ
المَاضِ
|
Peristiwa
Lampau
|
Kata
kerja untuk waktu yang telah lalu.
|
نَصَرَ
|
|
فِعْلُ
المُضَارِع
|
Peristiwa
Sekarang / Lampau
|
Kata
kerja untuk waktu sekarang atau yang akan datang.
|
يَنْصُرُ
|
|
فِعْلُ
الأَمْرِ
|
Peristiwa
Perintah
|
Kata
kerja bermakna perintah.
|
اُنْصُرْ
|
|
ق
(Qaf)
|
قَسَم
(حَرْفُ
القَسَم)
|
Sumpah
|
Huruf
jar yang masuk kepada isim zhahir yang tidak bergantung kecuali
dengan kata yang mahdzuf. Qosam adalah sumpah atas nama Allah atau
selannya untuk menguatkan pembicaraan dan membenarkan penuturnya.
|
واللهِ لَأَفْعَلَنَّ كَذَا
|
قَدْ
|
Sungguh
|
Kod
yang masuk pada fiil madzi memiliki makna tahqiq (penegasan) dan taqrib
(kedekatan waktu / hampir).
Kod
yang masuk pada fiil mudhari’ memiliki makna taqlil (sedikit / kadang-kadang)
dan tasir (sering).
|
قد أَفْلَحَ المؤمِنون
قد يَجُوْدُ الْبَخِيْلُ
|
|
ك
(Kaf)
|
كَانَ
|
Ada
|
Amil yang seiring masuk dalam mubtada’ dan khabar dan beramal
merafa’kan isimnya dan menasabkan khabarnya.
|
كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا
|
كَأَنَّ
|
Seperti
|
Salah satu akhwat inna yang beramal menasabkan isim dan
merafa’kan khabarnya. Fungsinya untuk memberi tasybih (penyerupaan)
|
كَأَنَّ زَيْدٌ أسَدٌ
|
|
كَلاَمٌ
|
Kalimat
|
Sebuah istilah mengenai lafadz yang tersusun dan bermakna
lengkap, diamana ia memberikan pemahaman sehingga mitra pendengarnya merasa
puas. Adapun syarat kalam adalah: lafadz, murakkab, mufidz, dan wadh’a.
|
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ
|
|
كَمْ
|
Berapa
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan bilangan
yang masih samar.
|
كَمْ لَبِثْتُمْ
|
|
كَيْفَ
|
Bagaiman
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menentukan keadaan.
|
كَيْفَ حَالُكَ
|
|
ل
(Lam)
(Mim) م
|
لَ
|
|
Huruf lam ada beberapa macam: 1) lam ibtida’; yaitu huruf
permulaan kalam yang tidak beramal yang mempunyai dua fungsi menguatkan
kandungan jumlah dan menghilangkan zaman hal (yang sedang terjadi). 2) lam
amr; yaitu huruf jazm thalabi yang berada pada fi’il mudhari’. 3) lam jawab;
yaitu lam yang berada pada jawab qosam (sumpah). Lam ini tidak mempunyai
mahal I’rab dan juga tidak beramal. 4) lam huruf jar; yaitu huruf lam yang
dibaca kasrah yang bisa mengejar-kan pada isim dhahir dan isim dhamir. 5) lam
ta’lil; yaitu lam yang masuk pada fi’il mudhari’ yang ber-amal me-nasab-kan
melalui an yang boleh disimpan sesudahnya menurut madzhab basrah. 6) lam
juhud; yaitu lam yang berada setelah kana manfi yang berfungsi untuk
menguatkan nafi.
|
1)
لأَنْتُمْ
أَشَدُّ رَبَّه
2)
فَلْيَسْتَحِبُّوا لِي
3)
لَوْ
جِئْتَ لَأَكْرَمْتُكَ
4)
لِلهِ تَعَالَى
5)
جِئْتُ
لِأُقَابِلُكَ
6)
لَمْ
يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ
|
لاَ
|
Tidak
|
La dalam istilah nahwu sharf ada beberapa macam: 1) la nahi:
yaitu huruf thalabi yang menunjukan makna larangan. 2) La athaf: yaitu huruf
la yang bertujuan menafikan hukum ma’thuf setelah terjadinya istbat pada
maf’ul alaih.
3) la nafi: yaitu huruf yang beramal seperti halnya fi’il-fi’il
naqish yang merafa’kan isim dan menasabkan khabar-nya.
4) la nafi jinsi: yaitu huruf la yang meniadakan seluruh (umum)
jenis dan beramal seperti
Inna (إِنَّ).
|
1)
لاَتُشْرِكْ بِللهِ
2)
جَاءَ
زَيْدٌ لاَ جَالِدٌ
3)
لاَرَجُلٌ أَفْضَلُ مِنْكَ
4)
لاَرَجُلُ فِي الدَّارِ
|
|
لَعَلّ
|
Barang kali
|
Saudara
inna yang beramal menasabkan isimnya dan me-rafa’-kan khabarnya. Adat yang
menunukan makna harapan yang disenangi atau dibenci.
|
لَعَلَّ الشَّبَابَ يَعُوْدُ
|
|
لَعَلَّ
|
Harapan
|
Salah
satu adat untuk mengungkapkan kalimat harapan (tarajji).
|
لعلَ الله يَحْدَث بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرا
|
|
لَكِنَّ
|
Tetapi
|
Salah
satu saudaranya inna (إنَّ) yang beramal me-nasabkan isim dan
merafa’kan khabar-nya. Huruf ini berfungsi untuk istidrak (atau menyusul kan
perkataan) dan taukid (penguat).
|
لَكِنَّ
|
|
لَمَّا
|
Bukan
|
Salah
satu huruf nafi yang khusus berada pada fi’il mudhari’. Ia selalu
men-jazm-kan fi’il dan mengembalikan maknanya menjadi madhi (telah terjadi).
Adapun yang masuk kedalam fi’il madhi maka maknanya bukan nafi tetapi
mengira-ngirakan khina (حِيْنَ).
|
لَمَّا يَقُمْ زَيْدٌ
|
|
لَيْسَ
|
Tidak
|
Fi’il madhi naqis ya dan juga jamid (statis) yang beramal
me-rafa’kan mubtada’ sebagai isimnya dan menasabkan khabarnya.
|
لَيْسَ زَيْدٌ قَائِمًا
|
|
مَا
|
Apa
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menanyakan dalam
menjelaskan isim atau hakikat.
|
ما الإنْسَان؟
|
|
مَا
|
|
Ma terdiri dari beberapa macam: 1) ma syartiyah: yaitu ma isim
syarath jazm yang butuh pada fi’il syarath dan jawab-nya. Ma ini sebagai perabot
jazm yang menjazm-kan dua fi’il, yaitu fi’il syarat dan fi’il jawab syarat.
2) ma maushul: yaitu isim maushul yang digunakan sama untuk bentuk mufrad,
tasniyah, atau jama’ baik mudzakar atau muannas. Namun kebanyakan
digunakan untuk yang tidak berakal. 3) ma zaidah: yaitu huruf tambahan yang
tidak beramal serta tidak memlikiki makhal I’rab. Dan biasanya terletak
setelah idza, mata dan huruf jarr. 4) ma nafiyah yang tidak beramal: yaitu
huruf nafi yang tidak memiliki mahall (kedudukan) I’rab. Ma tersebut selalu
menafikan fi’il madhi, fi’il mudhari’ dan jumlah ismiyah. 5) ma kaffah: yaitu
huruf ma zaidah (tambahan) yang mencegah sesudah ma dari beramal. Biasanya ma
ini bertemu dengan inna dan saudaranya.
|
1)
مَا
تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ
2)
أَعْجَمبَنِى
مَا رَكِبْتُ
3)
مَتَى
مَا تَأْتِ أُعَلِّمُكَ
4)
مَا
حَصَرَ المُعَلِّمُ
5)
إنَّمَا
الصَّدَقَةُ للفُقَرَاء
|
|
مَا
نَفْي
|
Tidak ada
|
Nafiyah yang tidak ber-amal yaitu huruf nafi yang tidak memiliki mahall
(kedudukan) I’rab. Ma nafi tersebut selalu menafikan fi’il mudhari’ dan
jumlah ismiah.
|
ما حَضَرَ المُعَلِّمُ
|
|
مُبْتَدَاءٌ
|
Permulaan
|
Kalimat isim yang dibaca rafa’ yang biasanya terletak di awal
kalimat yang bebas dari amil lafadz.
|
زَيْدٌ قَائِمٌ
|
|
مَبْنَي
|
Bangunan
|
Kata yang keadaan akhirnya tetap pada satu keadaan bukan karena
amil dan bukan karena I’tilal (kata itu diakhiri dengan huruf illah).
|
نَصَرَ
|
|
مَتَى
|
Kapan
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menjelaskan zaman,
baik zaman yang sudah lewat atau akan datang.
|
متي جِئْتَ؟
|
|
مَجْرُورٌ
|
Yang terendah
|
Kata yang dibaca (dan mahalnya) jarr. (lihat di bab jim khususnya
kata jarr)
|
في المَسْجِدِ
|
|
مَجْزُوْمٌ
|
Yang dipisah
|
Kata yang dibaca (dan
mahalnya) jazm. (lihat di bab jim khususnya kata jazm)
|
لَمْ يَلِدْ
|
|
مَذْهَبٌ
|
Tempat berjalan
|
Suatu aliran ilmu nahwu seiring berjalannya zaman yang sudah
dimulai sejak turunnya al-Qur’an, misalnya madzhab kuffah, madzhab Basrah,
madzhab Baghdad dll
|
Madzhab Basrah, madzhab Kuffah, madzhab
|
|
مَرْفُوْعٌ
|
Yang terangkat
|
Kata yang dibaca (dan mahalnya) rafa’. (lihat di bab ra’
khususnya kata rafa’)
|
جَاءَ يُوْسُفٌ
|
|
مُسْتَقْبَلٌ
|
Masa yang akan datang
|
Kata kerja yang menunjukan makna yang akan datang atau sekarang.
(lihat fi’il mudhari’)
|
سَأقْبَلك
|
|
مُشَبَّهَةٌ
|
Yang diserupakan
|
Kata yang diserupakan atau disamakan dengan yang lain karena
adanya qorinah dengan menggunakan adat tasybih.
|
مُحَمَّدٌ كالبَشَر
|
|
مَصْدَرٌ
|
Sumber
|
Lafadz yang menunjukan perbuatan yang bebas dari makna zaman
serta menyimpan huruf-huruf fi’ilnya secara lafadz.
|
عِلْمًا
|
|
مُعْرَبٌ
|
Berubah
|
Kata yang bisa berubah keadaan akhirnya baik perubahan itu
terjadi secara lafadz atau secara taqdir yang disebabkan oleh amil yang
mendahuluinya.
|
السَّمَاءُ، الرَّجُلُ، يَكْتُبُ
|
|
مِنْ
|
Dari
|
Huruf jar yang selalu meng-jar-kan isim dzahir dan isim dhamir.
Dan min memiliki beberapa makna, setidaknya ada tujuh makna utama dari huruf
jer yaitu min ini.
|
مِنَ المَسْجِدِ
|
|
مَنْ
|
Siapa
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menjelaskan perkara
yang berakal.
Namun man juga bisa sebagai 1) man syartiyah: yaitu man isim
syarat jazm yang ber-amal men-jazm-kan dua fi’il syarat dan jawab. Seperti;
مَنْ يَقْرَأْ أَقْرَأْ
2) man maushulah: yaitu man isim maushul
yang mengandung makna alladzi yang kebanyakan digunakan untuk yang berakal,
sama pemakaiannya untuk mudzakar, muannas, tasniyah atau jama’. Seperti;
مَن فِيْ السَّمَاواَتٍ وَمَنْ فِيْ الأرْض
3)
man zaidah (tambahan): yaitu tidak beramal. Seperti;
كَفَى بِنَا فَضْلًا عَمَّنْ غَيْرِنَا
|
مَنْ أَنْتَ؟
|
|
مَنْصُوْبٌ
|
Yang ternasabkan
|
Kata yang dibaca (dan mahalnya) nasab. (lihat di bab nun
khususnya kata nasab)
|
لَنْ يَذْهَبَ
|
|
ن
(Nun)
|
نَئِبُ
الفَاعِل
|
Menghilangkan subjek
|
Isim yang dibaca rafa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
|
قُطِعَ الغُصْنُ
(Dahan itu telh dipotong)
|
نَحْوٌ
|
Arah, Contoh
|
Ilmu yang membahas bidang kajian mengenai aturan struktur kata
dalam hubungannya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan
ujaran.
|
جَاءَ مُحَمَّدٌ
Kalimat tersebut kemudian diketahui kedudukan harakat, I’rab dll
dengan bantuan ilmu nahwu.
|
|
نَكِرَةٌ
|
Tidak mengetahhui
|
Setiap
isim yang jenisnya bersifat umum, salah satu jenis idak memiliki kehususan
yang membedakannya dengan jenis yang lain: atau bisa juga dikatakan bahwa
isim nakirah adalah semua isim yang dapat diawali alif dan lam (ال).
|
رَجُلٌ، فَرَسٌ
|
|
نَصَبٌ
|
Tegak dan Lurus
|
Perubahan khusus yang ditandai dengan harakat fathah atau
tanda-tanda yang lain yang menggantikannya. Dan ini juga salah satu dari
keempat I’rab yang ada.
|
لَنْ أُحِبَّ الْكَسَلَ
|
|
و (Wawu)
|
وَ
|
Dan
|
Salah satu huruf athaf yang digunakan untuk menghubungkan ma’thuf
dengan ma’thuf alaih yang setara.
|
جَاءَ مُحَمَّدٌ و أَحْمَدٌ
|
ه (Ha’)
|
هَلْ
|
Apakah
|
Salah satu adat istifham yang digunakan untuk menuntut kebenaran.
|
هَلْ قَرَاءْتَ
القُرْآن؟
|
ي (Ya’)
|
يَا
|
Wahai / hai
|
Salah satu huruf nida’ yang diguakan untuk memanggil baik jauh
atau pun dekat.
|
يَا مُحَمَّد
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Warsan Munawir. Al-Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997.
Drs.
AH. Akrom Fahmi. Ilmu Nahwu & Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab) Praktis dan
Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1999.
Imam
Syaifuddin Mu’minin. Kamus ilmu Nahwu & Sharaf. Jakarta: Amzah,
2008.
K.H.
Moch. Anwar. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan Imrithi Berikut
Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
M.
Muhyiddin Abdul Hamid. Ilmu Nahwu Terjemahan Tuhfatus Saniyah Syarah
Ajurumiyah. Jogjakarta: Media Hidayah, 2010.
Syekh
Musthafa al-Ghalayaini. Jami’ ad-Durus al-Arabiyah juz I. Beirut:
Maktabah Asriyah, t.t.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar