Rabu, 19 Oktober 2016

EKSTRIMISME DI TIMUR TENGAH DAN ANTISIPASI RESPON UMAT ISLAM

EKSTRIMISME DI TIMUR TENGAH DAN ANTISIPASI RESPON UMAT ISLAM
Selasa, 18 Oktober 2016
Seminar kali ini tema besarnya adalah “Ekstrimisme di Timur Tengah” dengan pembicara utama Prof. Dr. Sayyed Moffid Hoseini Kouhsari dari Mustafa Internasional University Iran. Saya menjadi ingat memori di S1 waktu belajar Dirasat al-Mujtama’at al-Araby yang poin utamanya membahas terkait Timur Tengah terlebih yang berkaitan dengan konflik masyarakatnya yang membawa pikiran menjadi lebih emosional saat membahasnya.
Pada awalnya, beliau ingin membicarakan tentang apa saja yang sudah dibahas dan kontribusinya dari sebuah ilmu pengetahuan, khususnya terkait ilmu Humaniora, namun beliau juga diminta oleh Direktur SPs Prof. Dr. Masykuri Abdillah MA untuk membahas tema ini, mengingat beliau adalah orang asli Iran yang menjadi satu-satunya negara yang ditakuti oleh Israel karena kehebatannya dibidang Nuklir.
Namun karena yang diminta berkaitan dengan ekstrimisme maka beliau pun menyangupi untuk berusaha mencoba berbicara terkait tema yang diajukan oleh Direktur diforum diskusi khusus mahasiswa SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini (dan tentunya ada penerjemahnya yaitu Prof. Mufid, karena kami para mustami’ belum mampu memahami bahasa asli Iran).
Beliau memulai membahas terkait Islam minoritas (Islam minoritas disini yang dimaksud adalah Islam yang sudah terpecah dan berbentuk sekte Sunni dan Syiah) di Timur Tengah. Pada saat ini khususnya umat Islam minoritas mengalami ekstrimisme. Baik Sunni maupun Syiah. Syiah minoritas melakukan ekstrimisme dengan melakukan propoganda dengan canel TV, majalah dll melakukan fitnah kepada para sahabat dll yang dianggap telah merebut kekuasaan Imam Ali.  
Agenda Israel Raya di Timur Tengah seperti di Urdu juga gencar dengan bantuan Barat. Maka Iran muncul untuk melawannya yang saat itu Iran sendiri sebenarnya sedang menuju revolusinya pada tahun 1979. Imam Khumaini menyatakan dengan tegas bahwa Israel harus dihapuskan. Dukungan penuh dari Khumaini untuk Palestina untuk Islam bukan untuk Syiah meskipun dirinya adalah pemimpin Syiah, inilah bentuk produktifitas beliau.
Gerakan Muqowwamah ini tidak terjadi pada kelompok kecil Syiah saja, namun juga masuk pada mereka yang menyerukan kebebasan Palestina. Gerakan Hizbullah di dukung penuh oleh Syuria, Inilah letak strategi Syuria sebagai jalan menuju ke sana. Hanya saja Syuria dimasa Basyar Asad menolak tawaran Iran sehingga Syuria dihancurkan (bergolak).
Di Syuria yang bergejolak itu akhirnya yang menjadi korban gerakan ektrimisme ini adalah Sunni atau Ahlus Sunnah, sekolah-sekolah yang berbau Sunni dihancurkan jadi sangat aneh jika dikatanan Syiah yang menjadi korban dalam hal ini karena mereka lah yang pada awalnya memulai (meskipun awalnya untuk mendukung kebebasan Palestina).
Jika melihat geo politik maka sebenarnya ini semua bukan perang Syiah-Sunni melainkan eksistensi Israel, Arab Saudi misalnya juga sudah mulai melakukan diplomasi-diplomasi dan kerjasama dengan begitu jelas tanpa ada kesamaran-kesamaran lagi.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar