Posted by : Cak_Son
Sabtu, 24 Maret 2018
PERTEMUAN IKATAN ALUMNI (IKAL) UIN SE
INDONESIA: MEMBINCANG PERAN DAN KONTRIBUSI ALUMNI UIN
Alumni UIN se Indonesia yang tergabung
dalam Ikatan Alumni (IKAL) UIN bertemu di hotel UIN Jakarta, Syahida Inn.
Pertemuan mereka selama 2 hari yakni pada tanggal 21-22 Maret 2018 ini ingin
membincang peran dan kontribusi alumni UIN se Indonesia. Acara Konferensi Nasional
Alumni UIN se-Indonesia ini tentu saja difasilitasi oleh UIN Jakarta. Hal itu
karena selain diketuai oleh Sukron Kamil dekan Fakultas Adab UIN Jakarta, juga
karena acara ini selalu diselenggarakan di UIN Jakarta.
Di hotel Syahida Inn UIN Jakarta itulah
pertemuan ini berlangsung dengan cukup sukses. Semua berjalan rapi sesuai yang
diharapkan. Hal ini penulis singgung sedikit karena dahulu di hotel dengan 6
lantai ini pernah di deklarasikan ISIS cabang Indonesia. Ditambah lagi ada
beberapa alumni UIN Jakarta yang “tersangkut kasus” terorisme. Oleh sebab itu,
wajar jika setiap ada pertemuan besar di sini akan selalu dikawal dan di jaga
polisi karena kasus “kecolongan” tersebut. Hahaha lucu ya? Oke, kembali lagi ke
poin utama.
Penulis Selfi di Ruang Makan Lt.6 Hotel Syahida Inn |
Rektor UIN Jakarta, Prof. Dede Rasyada
dalam sambutannya tentu merespon kegiatan ini dengan baik selain juga
memberikan beberapa kritikan seperti kegiatan ini sudah seaharusnya sudah tidak
meminta fasilitas UIN Jakarta lagi melainkan dengan dana mandiri mengingat
kegiatan ini adalah untuk alumni UIN itu sendiri. Di sisi lain, Rosyada juga
mengkritik kegiatan ini yang ternyata juga membahas terkait urusan ilmiah yang
seharusnya masalah ini diurus oleh Rektorat dan Dekanat bukan para alumni. Rosyada
mengkritik melalui Sukron Kamil bahwa pertemuan ini seharusnya berbicara tentang
hal-hal yang “strategis”.
Dua kritik ini disampaikan beliau kepada
ketua kegiatan ini yakni Sukron Kamil yang saya menyetujuinya di kritik yang
kedua adapun kritik yang pertama saya kurang setuju mengingat kami para alumni
juga sedikit banyak ingin bersilaturrahim dan bernostalgia bersama kampus UIN
tercinta. Kami para alumni di poin ini ingin tetap menjadi tamu UIN sehingga
wajar jika UIN harus tetap “mengfasilitasi” kami yang menjadi bagian dari
networkingnya.
Rektor UIN Jakarta tersebut dalam
pemaparannya juga terdengar menyanjung UIN Yogyakarta dan UIN Malang yang
dianggap sudah benar arah perjalanannya. Tentu saja hal ini setelah memaparkan
kehebatan UIN Jakarta terlebih dahulu yang ingin selevel dengan UGM dan universitas
internasional lainnya.
Acara yang dihadiri oleh utusan alumni UIN
se Indonesia ini mayoritas pesertanya dari UIN Jakarta sebagai tuan rumah,
kemudian beberapa utusan dari Palembang, Lampung, Palangkaraya, Banten dan
Semarang. Adapun UIN Yogyakarta dan UIN Malang agaknya tidak mengirimkan
delegasinya.
Saya sendiri yang alumni UIN Malang sebenarnya
bukan bagian dari dari peserta kegiatan ini, namun karena Prof. Sukron Kamil
meminta saya untuk bertemu dengan beliau di hotel Syahida Inn yang menjadi
tempat diselenggarakan pertemuan alumni UIN tersebut, maka dengan senang hati
saya selain untuk menyelesaikan urusan saya dengan Prof. Sukron Kamil, saya
sekalian menjadi tertarik untuk sekedar menjadi pendengar mereka. Itung-itung
dapat ilmu gratislah ya.
Penulis dan Peserta Konferensi Mendengarkan Sambutan Prof. Dede Rosyada |
Para peserta ini wajib mempresentasikan
makalahnya di hari pertamanya saat mengikuti kegiatan ini. Adapun di hari
keduanya, yang menjadi inti diskusi, mereka semua membahas bagaimana kedepannya
terkait acara alumni UIN se Indonesia ini. Salah satu delegasi UIN Aceh juga
bahkan dengan semangat mengusulkan agar tahun depan acara ini diadakan
di tempatnya mengajar, yakni di UIN yang berada di serambi Makkah itu.
Diantara makalah yang dipresentasikan
mereka adalah: prospek alumni UIN dalam bidang hukum dan ketatanegaraan yang dipresentasikan
oleh Dr. Adam seorang Hakim Konstitusi RI, menyelamatkan generasi milenial oleh Dr. Marliawati seorang anggota DPR RI, pengembangan koperasi syariah oleh
Dr. Amalia dosen UIN Jakarta, peran UIN Jakarta dalam pemberdayaan perempuan
oleh Hartimah, dll. Selain mereka, juga turut menyumbang Prof. Din Syamsuddin
yang tidak kalah lamanya dalam memberikan materi diskusi layaknya kuliah umum,
dan Profesor UIN Jakarta lainnya.
Sukron Kamil sendiri sebagai pimipinan
diskusi di hari ke dua sekaligus menjadi penutup kegiatan pertemuan alumni UIN
se Indonesia ini juga menyampaikan bahwa diantara yang paling khas dari
intelektual Indonesia itu adalah mereka memiliki masa untuk reformasi. Misalnya
Cak Nur (Nurchalis Madjid) dengan yayasan Paramadina-nya, Amin Rais dengan
Muhammadiyah-nya, dan Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) dengan NU-nya. Semua
itu, baik Paramadina, Muhammadiyah dan NU tidak lain untuk melembagakan ide
mereka selain juga untuk pembudayaan dan reformasi.
Dalam penutupnya, Kamil menyampaikan
pertanyaan untuk kita semua bahwa: "Apa peran alumuni dalam pengembangan
alumni? Apa sumbangan alumni? Seberapa banyak Alumni dalam merekrut alumni
lannya?" Kamil juga berpesan bahwa: "kita para alumni UIN harus just do it
(lakukan saja) dulu yang kita bisa, dan tidak usah hal-hal yang besar-besar
dulu, dalam bahasa agama, ibda’ binafsik. Karena bagaimanapun kita
minoritas secara kualitas meskipun mayoritas secara kuantitas."
Saya
kira itu saja poin-poin galeri kali ini yang ingin saya bagi kepada kalian
semua. Jika bagi Anda ini memang bermanfaat, mohon share tulisan ini agar yang
lain juga bisa membacanya. Terima Kasih. Ihdinassiratalmustaqim.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Related Posts :
- Back to Home »
- GALERI »
- PERTEMUAN IKATAN ALUMNI (IKAL) UIN SE INDONESIA: MEMBINCANG PERAN DAN KONTRIBUSI ALUMNI UIN