Kamis, 30 April 2020

I’rab dan Bina’bagian II


(8.1) I’rab dan Bina’bagian II
Sebelum masuk Kaidah selanjutnya yaitu Jumlah Ismiyah, terlebih dahulu saya uraikan pembahasan I’rab dan Bina’ atau Mu’rob dan Mabni bagian II. Karena itu maka di sini akan saya bahas I’rab dan Bina’bagian II dan sekilas kaidah selanjutnya yaitu Jumlah Ismiyah.

I’rab dan Bina’bagian II.
Materi Kaidah sebelumnya adalah Mu’rob dan Mabni. Mu’rob berarti ada perubahan di akhir kata sedangkan Mabni berarti tidak ada perubahan diakhir kata meskipun ditempatkan dalam keadaan apapun. Karena itulah, jika sebuah kata itu Mu’rob maka bisa dilihat tanda perubahannya dalam I’rob.
Lihat tabel I pembagian I’rob berikut ini:

(Tabel I tersebut saya dapatkan dari almarhum guru saya, K.H. Ilyas Ahmad Jaza’. Oleh karena itu mohon berkenan memberikan fatihah terlebih dulu kepada beliau, Lahul Fatihah...)
Dalam tabel I di atas maka kata yang Mu’rob akan berubah ditandai dengan harokat atau huruf yang sesuai dengan keadaannya kata tersebut.
Perhatikan contoh berikut ini:
1.     جَاءَ مُوْسَى (Musa datang)
2.     ضَرَبَ محمدٌ مُوْسَى (Muhamad Memukul Musa)
Contoh nomor 1 Musa jadi Sobjek dan contoh nomor 2 Musa jadi Objek. Meskipun posisinya berbeda namun tidak ada perubahan harokatnya dalam kata Musa. Hal itu karena kata Musa termasuk Mabni.
3.     ضَرَبَ اللهُ مثلاً (Allah memberikan perumpamaan)
4.     نَدْعُ اللهَ (Kita berdoa kepada Allah)
Contoh nomor 3 Allah jadi Sojek dan contoh nomor 4 Allah jadi Objek. Kata Allah adalah Mu’rob dan karena posisinya berbeda maka kata Allah bisa berubah harokatnya. Hal itu karena kata Allah termasuk Mu’rob.
Dari beberapa contoh di atas maka jelas bahwa kata yang Mu’rob itu berubah sesuai posisinya adapun kata yang Mabni tidak akan berubah. Nah, perubahan (Mu’rob) ini maka seperti dalam penjelasan kemarin, yaitu ada 4 yang kemudian disebut I’rob.
1.      I’rob Rafa’ tandanya. . .
2.      I’rob Nasab tandanya. . .
3.      I’rob Jazm tandanya. . .
4.      I’rob Khafd/Jer tandanya. . . (lihat Tabel I di atas).
Maka pembahasan selanjutnya adalah: apa saja yang masuk/dibaca Rafa’, apa saja yang masuk/dibaca Nasab, apa saja yang masuk/dibaca Jazm dan apa saja yang masuk/dibaca Khafd/Jer. Dari sinilah maka kita masuk ke kaidah halaman 33 di buku Dars. Yaitu Jumlah Ismiyah yang berupa Mubtada dan Khabar. Di mana Mubtada dan Khabar adalah salah satu dari yang masuk/dibaca Rafa’.
Perhatikan tabel II berikut ini:
No.
Yang Dibaca Rafa’ (Marfu’)
Contoh
No
Yang Dibaca Nasab (Mansub)
Contoh
No
Yang Dibaca Jer/ Khafd (Majrur)
Contoh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
الفاعل
نائب الفاعل
المبتداء
الخبر
اسم كان
خبر إن
التابع: 
النعت
العطف
التوكد
البدل
جاء زيد
يُضرب زيد
الزيدون قائمون
زيد قائم
كان زيد قائما
إن زيدا قائم

رأئيت زيد العاقل
جاء زيد وأحمد
جاء زيد نفسه
أكلت الخبز ثلثه
1.
2.


3.

4.

5.

6.

7.
8.

9.


10.


11.

12.
13.
14.
15.
المفعول به          
المفعول لأجله
المفعول معه        

المصدر

ظرف الزمان       
ظرف المكان        
الحال

التمييز


المستثنى

اسم لا               

المنادى              
خبر كان
اسم إن
التابع
ضربت زيدا
قام زيد إجلالا لمحمد
جاء الأمير والجيش
ضربت ضربا
صمت اليوم

جلست أمام الكعبةِ
جاء زيد راكبا
اشتريت عشرين غلاما
قام القوم الا زيدا
لا غلامَ رجلٌ حاضرٌ
يا رَسولَ اللهِ
1.







2.


3.
مخفوض بالحرف (حرف جر، حرف قسم، مذ، منذ)

مخفوض بالإضافة

تابع للمخفوض
محمد في المسجد





جاء عبد العزيزِ

مررت بزيد العالمِ

Mubtada dan Khabar adalah salahsatu yang harus dibaca Rafa’ sebagaimana dalam tabel II.
Kata yang bisa menjadi Mubtada: Isim Mausul, Isim Isyarah, Isim Dhomir, Jama’ Taksir, Jama’ Muannas Salim, Jama’ Mudzakar Salim, Isim Mustanna (baik laki/PR), Isim Mufrod (baik laki2/PR).
Tentu saja maka kata yang menjadi Mubtada dan Khabar maka harus ditandai Rafa’, jika kata yang menjadi Mubtada atau Khabar itu Mabni maka tanda Rafa’nya dikira-kirakan, seperti kata Musa dalam contoh nomor 1 di atas, itu tanda Rafa’nya dikira-kirakan. Contoh lain:
هذا أحمد  (ini Ahmad) maka kata Hadza yang jadi Mubtada ini harus Rafa’ dan tanda Rafanya dikira-kirakan karena Hadza termasuk kata yang Mabni. Namun jika jumlah atau kalimatnya seperti ini: المسجدُ كَبِيْرٌ (Masjid itu Besar) maka kata Masjid itu Mubtada dan Harus dibaca Rafa’. Karena al-Masjidu ini kata yang Mu’rob maka tandanya sesuai dengan I’rob Rafanya yaitu Dhommah sebagaimana tabel I. Kenapa al-masjid tanda I’robnya Dhommah? Hal itu karena Masjid adalah Isim Mufrod dan Isim Mufrod dalam I’rob Rofa’ tandanya Dhommah. lihat tabel I. Sampai sini jelas ya? Jika belum jelas diperhatikan dan dibaca lagi, (termasuk tabel I), kalau belum jelas dan sudah baca 3x maka silahkan ditanyakan nanti di sesi tanya jawab.

Daftar Isi Kaidah Bahasa Arab Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar