“Tuntutlah ilmu
meski ke negeri Cina”. “Pungutlah hikmah itu dari bejana apapun ia berasal,
karena sesungguhnya hikmah itu harta kaum Muslim yang hilang”. (Nabi Muhammad
SAW)
Menggali
Nalar Saintifik Peradaban Islam[1]
Bagian pertama: urgensi revitalisasi khazanah Islam
Hancurkan dunia sampai berkeping-keping bila tidak sesuai
dengan-mu, dan ciptakan dunia yang lain dari kedalaman wujudmu. Betapa pedihnya
manusia merdeka yang hidup di dunia yang diciptakan oleh manusia lain. (Muhammad
Iqbal 1873-1938)
Bangkitlah, dan ciptakan dunia baru, Bungkus dirimu dalam api, dan
jadilah seorang Ibrahim, Jangan mau tunduk kepada apa pun kecuali kebenaran, Ia
akan menjadikanmu seekor singa jantan. (Muhammad Iqbal 1873-1938)
Jangan hinakan pribadimu dalam imitasi. Bangunlah, hai kau yang
asing terhadap rahasia kehidupan. Nyalakan api yang tersembunyi dalam debumu
sendiri. Wujudkan dalam dirimu sifat-sifat Tuhan (Muhammad Iqbal 1873-1938)
Revolusi Tauhid memiliki tiga pilar: 1. Revitalisasi Khazanah Islam
Klasik, 2. Menentang Imperialisme Kultural dan Peradaban Barat, 3. Analisis
atas Dunia Islam. (Hassan Hanafi)
Bagian kedua: peran Filsafat dan pemikiran Islam
Tradisi keilmuan islam berguna untuk membangun keautentikan
peradaban Muslim itu sendiri. Tanpa apresiasi akan tradisi Islam, kita tidak
mungkin menghidupkan dan mengembangkan kembali etos keilmuan Muslim yang amat
tinggi. Sedangkan tradisi intelektual itu sendiri tidak akan memiliki cukup
vitalitas jika tidak memiliki keautentikan sampai batas-batas tertentu.
Keautentikan itu antara lain dapat diperoleh dari adanya akar dalam sejarah. (Nurcholish
Madjid)
Pemikir Muslim modernis liberal dan aktivis reforms radikal
(seperti Wahabi) adalah dua sisi dari koin yang sama. Kedua gerakan itu telah
melakukan subversi terhadap nilai-nilai dan ajaran tradisi Islam. Kaum modenis
menganut doktrin-doktrin pokok pemikiran Barat dengan mentalitas inferior yang
muncul dari kesalah pahaman mengidentifikasi kekuasaan Barat sebagai ideologi
Barat. Sementara itu, kaum reformis puritan lari tugang-langgang dari situasi
seperti itu menuju fanatisme dan sentimentalisme kesalehan. Kaum modernis gagal
menawarkan solusi karena mereka mulai dengan kapitulasi intelektual, sementara
kaum puritan gagal lantaran mereka hanya menyediakan solusi-solusi perantara
yang bersifat fideistik dan voluntaristik. (Joseph Lumbard 2004)
umat Islamlah yang pertama kali mengangkat ilmu pengetahuan menjadi
isu kemanusiaan global diatas sekat-sekat ras dan kebangsaan yang telah
berlangsungberabad-abad seblum kedatangan Islam. (Nurcholish Madjid)
Posisi Wahyu dalam Peradaban Islam
Dapat dikatakan dengan tegas bahwa al-Qur’an merupakan faktor
pendorong pertama bagi kaum Muslim untuk mempelajari ilmu-ilmu rasional, baik
ilmu kealaman maupun matematika dan filsafat. (Al-allamah Thabathaba’i)
Menjunjung Tinggi Orisinalitas
Meskipun
aku hidup dimasa belakangan, (namun) aku menawarkan apa yang tidak bisa
ditawarkan oleh orang-orang masa terdahulu.
(Abu al-Ala’ al-Ma’arri)
[1] Karya Husain
Hariyanto, 2011. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam.
Jakarta Selatan: Mizan, cet. I.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar