Minggu, 30 Oktober 2016

MENGENAL KARL MARX (1818-1883): Kontribusi Pemikiran Karl Marx untuk Kesusasteraan


Tidak ada yang bisa memprediksi pemikiran-pemikirannya akan menjadi sebuah sistem pemerintahan. Dan membentuk organisasi-organisasi dengan ideologi yang bersebarangan dengan negara adikuasa. Mereka menjadi satu kubu yang disebut blok timur. Mereka dikenal dengan komunis dan sosialis. Lawan mereka adalah blok barat, kapitalis dan liberalis. Keduanya berseteru dan mencari sekutu.
I’tikad baiknya akan kondisi sosial di Jerman, membuatnya memikirkan bagaimana agar orang-orang proletar mendapat kedudukan yang layak sebagaimana orang-orang borjuis. Ia pernah memprediksi pada akhirnya kapitalis akan tergerus oleh kondisi ekonomi dan politik. Dan untuk pertentangan mengenai komunitas kapital dan proletar, ia akan berubah menjadi sosialis dan selanjutnya orang-orang proletar tadi akan menjelma sebagaimana mereka telah menghadapi orang-orang di atas dan menjadikan mereka tersubordinasi. Mereka menjadi komunis.
Berawal dari Georg Wilhelm Frederich Hegel (1770-1831), seorang filsuf yang pernah mempertentangkan antara filsafat dan sejarah. Sehingga ia dipersepsi telah melakukan rekayasa data sejarah kepada filsafat. Tokoh ini menjadi penting karena pemikirannya menular kepada Karl Marx. Hegel memiliki prinsip sendiri dalam menjelaskan sejarah, yakni orisinil, kritis, dan filosofis. Hegel menekankan pada aspek orisinil karena pada sejarah harus mendeskripsikan kejadian-kejadian berdasarkan masa terjadi atauu yang paling mendekati. Namun tidak bisa disangkal bahwa pandangan mereka terhadap sejarah kelak akan berbeda dengan pandangan orang-orang yang mereka tulis. Pandangan sejarah orisinal tersebut, jelas Hegel, memunculkan sebuah pendangan universal. Para sejarawan universal melakuan penelitian-penelitian terhadap sejarah sebuah kelompok, sebuah negeri atau bahkan dunia. Dua problem menyulitkan mereka. Pertama, mereka kesulitan untuk menentukan batas cakupan penelitian mereka kepada tempat, masa, atau orang-orang tertentu? Kedua, mereka dipusingkan oleh problem bagaimana berlaku adil kepada pandangan-pandangan selain pandangan-pandangan mereka sendiri? Apakah mereka sedang memahami spirit masa-masa lain atau hanya memakai data sejarah untuk menegaskan pandangan mereka sendiri? Apakah mereka sedang memahami spirit masa masa-masa lain atau hanya memakai data sejarah untuk menegaskan pandangan mereka sendiri? Untuk merespon dua hal ini, tegas Hegel, para sejarawan biasanya mengakhiri penulisan sejarah pragmatis, kritis, dan fragmentaris (Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 262). Sehingga bagi Hegel, pemikiran-pemikiran Hegel ini adalah studi sejarah menjelaskan manifestasi progresif ‘Pikiran’, yang terjadi di sepanjang fase yang melibatkan pertempuran(Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 412).
Karl Marx hanya dengan memperhatikan keadaan masyarakat Jerman pada abad ke-19, merumuskan bahwa untuk memperbaiki masyarakt dengan cara saling menutupi posisi sosial di masyrakat, dan semestinya harus diubah pada setiap sendi-sendinya dengan radikal. Pada diksi dan pemilihan yang lebih tepat, pemahaman dan pemikirannya, dinamakan materialisme dialektis dan materialisme historis. Ia juga memiliki rumusan sendiri tentang negara dan demokrasi.
Bagi kritiks sastra Marxis, secara eksplisit menjelaskan bahwa kedudukan-kedudukan masyarakat secara sosial dan politik akan berwujud pada karya sastra. Kondisi-kondisi di negaranya atau kebijakan pemerintah akan nampak pada karya sastra. Saat itu kondisi di Jerman sangat memungkinkan kritik kondisi masyarakat dalam bentuk karya sastra. Ideologi-ideologi masyarakat dikategorikan dalam pencipataan karya sastra. Sehingga baginya kesusasteraan dan seni termasuk bidang ideologis, tetapi memiliki suatu hubungan dengan ideologi yang bahkan kurang langsung ketimbang yang dijumpai dalam hal sistem agama, hukum, dan filsafat (Roman Selden: 1993, hal 23)
Seharusnya masyarakat sadar akan esensi karya sastra yang berfungsi secara gradual kepada masyarakat. Tidak apolitis dan kecenderungan ekonomi. Sehingga karya sastra adalah bagian dari masyarakat yang mencerminkan kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Bagi yang lama dan yang baru, adalah konsepsi yang seharusnya masih bersinggungan dengan masa depan masyarakat. Masalah bagi Marx, adalah menerangkan bagaimana sebuah seni dan kesusasteraan dihasilkan dalam suatu organisasi kemasyarakatan yang sangat kuno masih dapat memberikan kesenangan estetik kepada kita dan dipandang “sebagai suatu ideal standar dan mustahil dicapat”. Ia tampaknya menerima dengan enggan suatu “keabadian” tertentu dan “keuniversalan” dalam kesusasteraan dengan kesenian, karena hal ini akan menjadi kesepakatan yang pokok kepada salah satu dasar pikiran ideologi borjuis(Roman Selden: 1993, hal 23).   

1.      Siapa Karl Marx?
2.      Bagaimana buah pemikiran Karl Marx?
3.      Apa Kontribusi Karl Marx dalam kesusasteraan?

1.      Memahami dan mengetahui secara singkat atau mendalam riwayat hidup Karl Marx (1818-1883)
2.      Memahami buah pemikiran Karl Marx untuk kondisi kesusasteraan dan kultural dalam masyarakat.
3.      Mengetahui kontribusi teori dan gagasan Karl Marx untuk kesusasteraan


            Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang hidup di abad XIX, dan pengaruh pemikirannya nampak di abad XX. Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama dari Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. Setengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub para doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
 Dia memulai studi hukum di Universitas Bonn pada 1835. Namun dia pindah ke Universitas Berlin setahun setelahnya atas perintah Bapaknya usai terluka dalam sebuah perkelahian dan ditahan sebab mabuk-mabukan. Di Berlin dia mengalihkan minatnya dari hukum ke filsafat dan sangat berpengaruh oleh ide-ide Hegel dan para penafsirnya seperti Bruno Bauer dan Ludwig Feurbach. Dia dianugerahi gelar doktor lantaran disertasinya tentang perbedaan-perbedaan antara ide-ide Demokritus dan Epicurus pada 1841, namun sebab tak bisa menjadi dosen, dia menjadi wartawan untuk mencari nafkah. Awalnya dia menulis dan mengedit Rheinische Zeitung, sebuah koran liberal demokrat, namun setelah koran ini dibredel oleh pemerintah Prussia pada 1843 dia pindah ke Paris untuk menulis buat Deutsch- Franzosische Jahrbucher. Di Paris, di menjelajahi ide-ide ekonomi, politik, sejarah, filsafat serta mulai bersahabat dengan Frederich Engels (1820-1895), anak seorang pengusaha tekstil kaya, yang juga tertarik dengan filsafat Hegel. Marx dan Engels manulis Die Heilige Familie (1845, terj. The Holy Family, Selected Writings, hal.131-155), telaah kritis terhadap filsafat Bauer, sebelum Marx dan keluarganya dipaksa pindah dari Berlin dan Brussle (Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 410-411).
Karl Marx kawin dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan. Mereka hidup di Paris.
Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan pemerintah Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif.
            Karl Marx pernah menghimpun komunitas komunis di seluruh dunia di Brussles. Bersama Engels berkarya dan mengomentari filsafat Jerman dan Prancis populer serta ide-ide sosialis. Secara aktif ia menulis di New York Tribunne, aktif dalam gerakan-gerakan pembaruan politik dan kerap berbeda pemikiran dengan anggota komunis dan sosialis lain. Ia juga pernah berpartisipasi pada Liga Komunis di London pada tahun 1847. Yang menghadiri liga tertarik dengan keyakinan dan tujuan Karl Marx dan Engels, sehingga menciptakan karya Das Kommunistische Manifest. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Karl Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya
            Ketika menjelang kematian, Karl Marx masih melakukan aktivitas sebagaimana yang sudah-sudah, sebagaimana hari-hari ia biasa jalani. Ia bangun pada pukul tujuh, minum beberapa cangkir kopi pahit, dan kemudian masuk ke ruang belajarnya, di sana ia membaca dan menulis sampai pada pukul dua siang. Setelah cepat-cepat menyelesaikan makanannya ia kembali bekerja sampai waktunya makan malam, yang dilakukannya bersama-sama dengan keluarganya. Setelah itu ia akan berjalan-jalan sore di Hampstead Heath, atau kembali ke ruang belajarnya, di sana ia bekerja sampai pukul dua atau tiga dini hari (Isaiah Berlin: 2000, hal 425).
            Kalimat yang dilontarkan oleh Ahli Sosiologi Rusia Kovalensky mengenai Karl Marx bertentangan dengan orang-orang di tahun-tahun berikutnya, yakni ‘sebagai seorang lelaki yang pemurun dan sombong, yang terang-terangan menolak semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan borjuis. Dalam kenyataannya ia adalah seorang pria Angelo-Jerman yang berpendidikan baik, sangat sopan, seorang lelaki yang hubungan dekatnya dengan Heine telah menumbuhkan di dalam dirinya suatu nada sindiran yang menyenangkan, dan seorang yang dipenuhi dengan keriangan hidup, syukurlah kehidupan pribadinya menyenangkan sekali’(Isaiah Berlin: 2000, hal 427).
            Pada tanggal 14 Mei 1883, ia mengakhiri usia karena abses telah tumbuh di jantungnya. Posisinya pada saat itu adalah sedang duduk di ruang belajarnya. Saat itu juga ia sedang berada di London.   

Dalam “Economic and Philosophical Manuscripts”, Marx menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya, dan keterasingan dari speciesnya (jenisnya) ((Harry Ritter, 1986:4-5)Sutarjo Adisusilo, 2007: 155). Dalam masyarakat industri yang kapitalistis, yang berdasarkan milik pribadi, manusia khususnya kaum buruh hanyalah alat dalam proses produksi. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 155).

Sebelum kita melangkah pada materialisme historis maka kita lebih dahulu melihat serba singkat gagasan Marx tentang materialisme dialektis. Memang kedua hal ini kait-mengkait sehingga tidak jarang bahwa pemikiran Marx ditera dengan kedua nama tersebut, karena keduanya memang membuat nama Marx mencuat ke permukaan diantara pemikiran para filsuf besar abad ke-19. Tetapi perlu disadari bahwa Marx sendiri tidak pernah menggunakan nama-nama tersebut. Nama “materialisme historis” diperkenalkan oleh Engels ketika Marx telah meninggal, sedang nama “materialisme dialektis” diperkenalkan oleh pemikir kenamaan Russia yang bernama G. Plekhanov tahun 1891 ((Bentens, 1983:79)Sutarjo Adisusilo, 2007: 158-159). Dengan kedua nama terkenal itu nampak jelas betapa besar pengaruh Hegel terhadap Marx, sebab metoda dialektika menjadi dikenal masyarakat berkat Hegel menerangkan proses sejarah Idee Absolut atau Rob Absolut. Dengan proses dialektika terjadi gerak maju dari taraf rendah ke taraf yang lebih tinggi dengan nama pertentangan dan persatuan. Dengan demikian, dialektika mencakup suatu pola ulangan dari antagonisme yang disusul oleh penyesuaian. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 158-159).
            Gagasan Karl Marx memunculkan apa yang lumrah disebut sebagai New Left (Kiri Baru). Konsepsi pemikrian Karl Marx banyak diambil oleh seorang filsuf, yakni Hegel. Tentang idealisme. Konsep tentang manusia dan panca indera perihal usaha untuk memperoleh kebenaran (truth). Penjelasannya; kebenaran itu sangat luas dan apa yang diketahui manusia tentang kebenaran hanya bagian-bagiannya saja. Untuk mendapatkan keseluruhannya bisa ditangkap oleh pikiran manusia melalui proses dialektik. Yakni proses analisa yang berasal dari tesis-pernyataan/teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan dalam karangan- melalui antitesis, menuju sintetis, dan seterusnya seperti itu yang dimulai dari awal. Ketika terbersit kebenaran yang menyeluruh itu maka ia dinamakan ide mutlak, yang menandai berakhirnya kegiatan dialektis.
            Gagasan-gagasan yang ada saat terjadinya proses dialektia ini adalah yang pertama gagasan bahwa semua berkembang dan terus-menerus berubah, dan yang kedua adalah gagasan bahwa semua memiliki hubungan satu sama lain. Jadi, boleh dikatakan bahwa dialektik adalah gerak maju dari taraf rendah ke yang lebih tinggi dengan suatu irama pertentangan dan persatuan. Dengan kata lain, dialektik mencakup suatu pola ulangan dari antagonisme yang disusul oleh penyesuaian (Prof. Miriam Budiarjo: 2008, hal 142).
            Landasan mengenai teori dalam masyarakat Karl Marx berangkat dari ide mutlak Hegel. Karena pada dasarnya pergumulan keputusan kebenaran yang dikemukakan Hegel berasal dari konflik. Sebuah asas yang membantunya merumuskan teori perkembangan masyarakat. Secara sistematis untuk mencapai revolusi, ia akan menyelesaikan dulu materialisme dialektik sebagaimana konsepsi Hegel tentang ide mutlak, dan darinya menghasilkan konsep-konsep untuk mengenal perkembangan masyarakat dalam segi sejarah. Ia menamainya dengan materialisme historis.
            Materialisme dialektik adalah paham tentang hukum dialektik yang berasal dari dunia materi. Yang berbeda dengan paham idealisme yang mengatakan bahwa hukum dialektik berasal dari dunia abstrak. Lebih dari ajarannya tentang materialisme dialektik adalah setiap benda dan keadaan mengalami perlawanan di setiap segi-segi entitasnya. Sesuai dengan hukum dialektika, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setiap obyek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk penghancuran diri sendiri untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai pengahancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat-lompat melalui gerak spiral ke atas dan tidak melalui gerak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi, maka selesailah perkembangan dialektis.
            Sedangkan pada materialisme historis adalah paham untuk menganalisa perkembangan masyarakat di setiap kurun waktu. Dan materi yang kecenderungan mengalami analisa oleh Marx adalah ekonomi, maka kerap disebut analisa ekonomis terhadap sejarah. Perubahan dalam masyarakat disebabkan oleh hukum-hukum dialektik sehingga mengantarkan mereka menjadi masyarakat sebagaimana sekarang. Bagi Marx, proses perkembangan dialektik dimulai oleh struktur bawah; masyarakat dan juga akan menggerakkan struktur atas. Segi ekonomi struktur bawah memiliki basis yang terdiri dari dua aspek, yakni cara berproduksi dan hubungan ekonomi. Pada cara berproduksi biasanya mereka akan menghasilkan teknik-teknik dan alat-alat. Dan pada hubungan ekonomi masyarakat akan melaksanakan sistem yang ada pada masyarakat seperti sistem hak-milik, pertukaran dan distribusi barang. Dan dari stuktur ini akan menciptakan basis baru seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep-konsep hukum, kesenian, agama, dan ideologi. Yang disebut juga struktur atas.
            Dan pada saat di mana Marx berada, masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat kapitalis. Gerak dialektis ini mulai pada saat komune primitif berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dan karena itu mengenal pula pembagian dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune primitf pada suatu ketika menjadi masyarakat budak, terjadi pertentangan antara kelas budak dan kelas pemilik budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feodal yang pada gilirannya pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas-penggarap tanah-pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi-berubah menjadi masyarakat kapitalis (Prof. Miriam Budiarjo: 2008, hal 144). Namun untuk mewujudkan itu, kaum proletar harus mengambil alih tampuk kekuasaan dengan cara-cara kekerasan dan paksaan. Revolusi.
            Bagi penafsir gagasan Karl Marx, ada Eduard Bernstein (1850-1932), yang berpendapat ketidakharusan memakai cara-cara kekerasan dan paksaan, kehidupan kaum komunis bisa dicapai-tanpa kelas sosial dan keterikatan yang bebas dan tiada eksploitasi- dengan cara parlementer dan atas dasar hak pilih umum. Pemikiran ini sebenarnya ditujukan kepada negara eropa yang sudah maju industrialisasinya, yang perlu ditambah, diubah, dan dilengkapi. Dan bagi yang belum sampai pada tahap demikian, pemikiran Marx ditafsirkan dengan khusus menjadi Marxisme-Leninsme/komunisme oleh penguasa Rusia seperti Lenin, Stalin, Khrushchec, dan kawan-kawan.    

Marx berkeyakinan bahwa ide dan cita-cita memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk yang cenderung membenarkan tindakan-tindakannya dengan memberi alasan-alasan, meskipun sebagian besar alasan-alasan itu kadang kala tidak menerangkan sepenuhnya tindakannya, melainkan menyesatkan orang lain mengenai tujuan dan asal tindakan tersebut. Atas dasar ini maka gagasan-gagasan atau ide-ide yang dihasilkan manusia bersifat ideologis, intinya membela dan menjaga kepentingan suatu kelas atau kelompok tertentu. Tentu saja hal itu tidak dinyatakannya sedemikian rupa sehingga orang yang dapat menerimanya sebagai yang benar. Dari itu semua, beberapa pengertian ideologi perlu disoroti lebih jauh. (Sutarjo Adisusilo, 2007: 164).

Marxisme berawal dari tulisan-tulisan Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini mencakup ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya dalam kehidupan sosial (Lorens Bagus: 2000, hal 575). Marxisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bahwa/kelas buruh. Menurut analisa Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan global.
Berbeda dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai “sosialisme ilmiah”. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah merupakan dasar bagi sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah menemukan hukum objektif perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme historis adalah hukum-hukum gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang paling universal. Marx menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti sains yang pasti dan eksak. Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat (Franz Magnis Suseno: 2001, hal 136-137).
Marxisme pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu penafsiran terhadap perubahan proses-proses dalam masyarakat, akan tetapi merupakan sebuah terori yang menyatakan bahwa hukum objektif perkembangan masyarakat dapat ditetapkan sama seperti halnya penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga bisa bersifat pasti dan universal. Dengan mengajukan sosialisme ilmiah sebagai penerapan hukum dasar alam pada masyarakat, teori Marx seakan-akan dibenarkan oleh ilmu-ilmu alam, karena memiliki objektivitas seperti ilmu-ilmu alam (Franz Magnis Suseno: 2001, hal 2001).

Landasan mengenai kontribusi Karl Marx bagi kesusasteraann ada pada pemikirannya tentang studi sejarahnya. Khususnya tentang kondisi masyarakat. Bahwa, masyarakat telah melalui sejumlah ‘mode produksi’ yang berbeda: bentuk-bentuk atau tahap-tahap pengorganisasian ekonomi, yang ditandai oleh kekhasan bentuk relasi-relasi produksi. Bentuk-bentuk pengorganisasian ekonomi tersebut adalah mode komunal primitif, mode kuno, feodalisme, dan kapitalisme. Dalam masyarakat komunal primitif, kepemilikan bersifat komunal ketimbang pribadi. Kerja bersifat komunal atau dilakukan oleh keluarga-keluarga tertentu, dan tak ada pembagian kerja yang tegas antara keterampilan perkotaan dan pertanian pedesaan dan antara kerja spesialis dan kerjan non-spesialis (Marnie Hughes-Marrington: 2008, hal 417). Contoh pengorganisasian ekonomi ini dimulai sejak awal-awal sejarah Eropa.
 Pengorganisasian ekonomi mode kuno berlangsung dengan sistem pemisahan kerja antara di desa dan kota (namun kerja didominasi oleh kerja di kota). Contoh masyarakatnya seperti di Yunani, Romawi, dan beberapa wilayah Timur Tengah.
Bagi sistem pengorganisasian ekonomi feodal terjadi keitka jatuhnya Romawi. Yakni kaena penjajahan, maka akan menimbulkan relasi pengorganisasian ekonomi antara budak dan para pemimpin sosial dan militer masyarakat.
Kapitalisme muncul karena tiga kondisi, di akhir Abad Tengah. Pertama, bermunculannya buruh-buruh. Mereka bukan bagian dan unsur-unsur alat-alat produksi. Kedua, penumpukan besar kapital dagang. Dan yang ketiga karena kerja perkotaan mengalahkan sistem serikat kerja.
Artinya landasan tentang pengorganisasian ekonomi dalam masyarakat adalah realita yang memungkinkan orang-orang miskin menjadi kelas terbawah. Sejarah memproduksi kebenaran tidak lagi berangkat dari ide, namun karena kebendaan. Apa yang dimiliki oleh masyarakat dalam sistem sosial menunjukkan status. Maka berangkat dari kesusasteraan yang realis, ide-ide Karl Marx memiliki apresiasi kepada masyarakat kelas bawah untuk mau bergerak dan maju. Serta mengikutkan sistem keadilan dan kesejahteraan yang ada untuk masyarakat. Corak penceritaannya kerap seputar sejarah dan usaha rakyat kecil menggapai kedudukan.
Satu kata untuk menyebut kontribusi Karl Marx dalam kesusasteraan. Yakni Realisme sosialis. Sebuah aliran modern yang berawal dari realisme, namun disusupi dengan sejarah dan pengalaman hidup. Seperti Pramoedya Ananta Toer. Salah satu poin dari konsep realisme sosialis adalah, ia akan memberikan keberanian kepada rakyat untuk mewujudkan orientasi terhadap sejarahnya. Tak hanya berhenti pada realita, namun terus menjadi proses dialektika untuk menemukan kebenaran.
            Karena berangkat dari filsafat Marxis, maka konsepsi pemikirannya pun menganalisis manusia secara keseluruhan, dan menggambarkan sejarah revolusi manusia juga secara keseluruhan. Dalam definisi Pramoedya, “Realisme sosialis merupakan metode yang meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis mempergunakan pandangan yang struktural fundamental” (Eka Kurniawan, 2000).
            Bagi Eka Kurniawan, realisme sosialis sesungguhnya merupakan teori seni yang mendasarkan pada kontemplasi dialektik antara seniman dan lingkungan sosialnya. Seniman ditempatkan tidak terpisah dari lingkungan tempatnya berada. Hakikat dari realisme sosialis ini bisa dikatakan menempatkan seni sebagai wahana “penyadaran” bagi masyarakat untuk menimbulkan kesadaran akan keberadaan dirinya sebagai manusia yang terasing (teralienasi, dalam istilah marxis) dan mampu menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki kebebasan. Sebelumnya, sejarah dipandang sebagai suatu gerak yang tetap, mutlak, dan alamiah. Perkembangan selanjutnya dari cara pandang ini adalah munculnya pemahaman baru mengenai sejarah. Sejarah mulai dipandang sebagai perubahan yang justru tergantung kepada diri manusia itu sendiri.
Realisme sosialis memberikan ruang kepada orang lemah (proletar) sebagai manusia-manusia yang menentukan dan pencetus sejarah. Karena itu anggapan mereka adalah sejarah tidak bersifat mandiri atau berada di luar jangkauan manusia. Bagi Feurbach, manusia dengan pikiran dan perbuatannya mampu menentukan arah dari gerak sejarah. Sehingga aliran ini tidak lagi memihak kepada realisme dari kehidupan orang-orang borjuis. Yang kerap dikenal dengan realisme borjuis.

1.      Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang hidup di abad XIX, dan pengaruh pemikirannya nampak di abad XX. Karl Marx lahir di Trier, Jerman, pada 5 Mei 1818. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub para doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan. Pada tanggal 14 Mei 1883, ia mengakhiri usia karena abses telah tumbuh di jantungnya. Posisinya pada saat itu adalah sedang duduk di ruang belajarnya. Saat itu juga ia sedang berada di London.  
2.      Dalam “Economic and Philosophical Manuscripts”, Marx menerangkan bahwa dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan dari sesama manusianya, dan keterasingan dari speciesnya (jenisnya).
3.      Materialisme dialektik adalah paham tentang hukum dialektik yang berasal dari dunia materi. Yang berbeda dengan paham idealisme yang mengatakan bahwa hukum dialektik berasal dari dunia abstrak. Lebih dari ajarannya tentang materialisme dialektik adalah setiap benda dan keadaan mengalami perlawanan di setiap segi-segi entitasnya. Sesuai dengan hukum dialektika, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. materialisme historis adalah paham untuk menganalisa perkembangan masyarakat di setiap kurun waktu. Dan materi yang kecenderungan mengalami analisa oleh Marx adalah ekonomi, maka kerap disebut analisa ekonomis terhadap sejarah.
4.      Karena berangkat dari filsafat Marxis, maka konsepsi pemikirannya pun menganalisis manusia secara keseluruhan, dan menggambarkan sejarah revolusi manusia juga secara keseluruhan. Dalam definisi Pramoedya, “Realisme sosialis merupakan metode yang meneruskan filsafat materialisme dalam karya sastra serta meneruskan pandangan sosialisme-ilmiah. Dalam menghadapi persoalan masyarakat, realisme sosialis mempergunakan pandangan yang struktural fundamental

Bagus,Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 2000.
Berlin, Isaiah, Biografi Karl Marx, Surabaya:  Pustaka Promethea, 2000.
Budiarjo, Prof. Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Hardiman, F.Budi, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari Machiavelli sampai Nietzschi, Jakarta: Erlangga, 2011.
Adisusilo, J.R, Sutarjo, SEJARAH PEMIKIRAN BARAT; DARI YANG KLASIK SAMPAI YANG MODERN, Yogyakarta: Universitas Sanata Drama, 2007.
Hughes, Marnie, Warrington, 50 Tokoh Penting dalam Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Selden, Raman, Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993.
Suseno, Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia, 2001.
Eka Kurniawan.blog.com, diunggah pada tanggal 23 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar