Sabtu, 08 Oktober 2016

Syair Abu Atahiyah



Syair[1] Ibnu Atahiyah
Biografi Ibnu Atahiyah
Nama lengkapnya adalah Ismail bin al-Qosim bin Suaid bin Kaisan yang masyhur dengan Abu al-Atahiyah. Beliau dilahirkan di Kufah tahun 130 H (748 M) dari sebuah keluarga miskin yang kakek buyutnya adalah keturunan nasrani. Ketika Khalid bin Walid menduduki kota Kufah, beliau termasuk anak muda yang ditawan dan kemudian dikirim ke Khalifah Abu Bakar untuk didik yang kemudian masuk islam dan mendalami ajarannya.
Sejak remaja beliau sudah pandai melantunkan syair. Saat itulah beliau mulai dikenal dan mulai merantau ke Baghdad dan mulai terlibat dalam kancah pemerintahan. Bahkan dikabarkan beliau dekat dengan setidaknya empat khalifah Bani Abbasiyah. Karena itulah beliau adalah salah satu penyair yang kondang di zamannya.[2]

1.      Syair Tentang Zuhud Ibnu Atahiyah

والمرء آفته هوى الدنيا،       والمرء يطغى كلما استغنى
انى رأيت عواقب الدنيا،       فتركت ما أهوى لما أخشى
فتركت فى الدنيا وجدتها،      فاذا جميع جديدها يبلى
واذا جميع أمورها دول،       بين البرية قلما تبقى
وبلوت أكثر أهلها، فاذا         كل أمرئ في شأنه يسعى
ولقد بلوت فلم أجد سببا،       بأعز من قنع، ولا أعلى
ولقد طلبت ولم أجد كرما،     أعطي بصاحبه من التقوى

Seseorang akan binasa karena mencintai dunia
Seseorang akan menjadi sombong setiap kali merasa kaya
Sesungguhnya aku sudah melihat akibat-akibat dunia
Lalu kutinggalkan yang kucintai karena aku takut
Aku tinggalkan dunia beserta sifat barunya
Karena suatu saat semua yang baru itu hancur
Segala seuatu yang ada didunia adalah berputar.
Dikalangan manusia tiada satupun yang kekal
Aku juga menguji penghuninya, tiba-tiba setiap orang berusaha untuk urusan diri sendiri.
Sesungguhnya akupun telah mencoba tapi tidak mendapatkan yang lebih mulia dan lebih tinggi dari sifat menerima
Sesungguhnya akupun telah mencari kemulian tapi tidak memperoleh yang lebih mengangkat pelakunya dari pada taqwa. (29)

تزود من الدنيا التقى والنهى، فقد                      تنكرت الدنيا وحان انقضاؤها
غدا تخرب الدنيا، ويذهب أهلها                       جميعا، وطوى أرضها وسماؤها
ترق من الدنيا إلى أي غاية                            سموت اليها، فالمنايا وراءها

Bekalilah dirimu di dunia dengan taqwa dan kepintaran
Karena dunia telah berubah dan jika saatnya tiba kelak akan runtuh
Dan seluruh penghuninya akan lenyap bumi dan langit akan terlipat.
Naiklah dari dunia kepada tujuan yang kamu akan mencapainya,
Karena maut menyusul dibelakangnya. (22)

لاتعظم الدنيا، فإن جميع ما                فيها صغير، لوعلمت، حقير

Janganlah kau besar-besarkan dunia karena sesungguhnya seluruhnya adalah kecil. Seandainya kamu tahu, bahkan ia begitu hina. (148)

يا مؤثر الدنيا وطالبها،                     والمستعد لمن يفاخره
نل ما بدالك ان تنال من ال                دنيا، فإن الموت آخره

Wahai orang yang mementingkan mencari dunia
Juga orang yang mempersiapkan untuk orang yang membanggakan
Dapatkanlah dunia yang nampak dapat kau peroleh,
Karena akhir dunia adalah kematian. (179)

ألم تر أنما الدنيا حطام،                    وأن جميع ما فيها غرور؟

Tidaklah kamu lihat bahwa dunia adalah kesenangan belaka tak berguna
Dan sesungguhnya semua yang ada hanyalah tipuan. (161)

إنما الدنيا كفيء تولى                       وكما عاينت فيه الضبابا
نار هذا الموت في الناس طرا             كل يوم قد تزيد التهابا
إنما الدنيا بلاء وكد                         واكتئاب قد يسوق اكتئابا

Sesungguhnya dunia hanyalah laksana bayangan yang berpaling
Seperti kau melihat kabut didalamnya
laksana api kematian bagi semua orang
Setiap hari hanya bertambah menyala
Dunia hanyalah cobaan dan keletihan
Serta duka cita yang mendorong munculnya duka cita lain. (56)

إنما الدنيا متاع، بلغة                       كيفما زجيت في الدنيا زجت
رحم الله امرأ انصف من                  نفسه اذ قال خيرا أو سكت

Sesungguhnya dunia hanyalah sebuah kesenangan sementara, cukup memadai
Seandainya kamu menghindarinya maka kamu akan terhindar.
Allah selalu kasih kepada orang yang adil terhadap dirinya.
Ketika ia mengatakan yang baik atau diam sama sekali. (72)

هم القاضى بيت يطرب                    قال القاضى لما عوتب:
ما في الدنيا إلا مذنب                       هذا عذر القاضى، واقلب

Harapan hakim adalah sebuah rumah yang menyenangkan
Ia berujar saat dikecam: dunia hanya dipenuhi orang yang berdosa
Itulah alasan hakim, namun kenyataannya justru berbalik. (67)

ولا تعدل الدنيا جناح بعوضة                         لدى الله أو مقدار نغبة طائر

Dunia tidak bisa disamakan dengan sayap lalat (Serangga)
Dihadapan Allah atau ukuran seteguk air yang diminum burung. (153)

2.      Syair Tentang Kecintaan Terhadap Allah

الا ان اليقين عليه نور،                     وان الشك ليس عليه نور
وان الله لا يبق سواه                        وان تك مذنبا، فهو الغفور

Ingatlah sesungguhnya keyakinan itu memiliki cahaya
Dan keraguan sungguh tidak memiliki cahaya
Allah senantiasa kekal sedang yang lainnya tidak kekal
Dan jika kau berbuat salah, Dia Maha Pengampun (160)

سبحان من لم تزل له حجج               قامت على خلقه بمعرفته
قد علموا انه اله                             ولكن عجز الواصفون عن صفته

Maha Suci Engkau yang selalu memiliki dalil
Yang didasarkan pada penciptaan untuk mengenal-Nya.
Mereka tahu bahwa Dia adalah Tuhan
Namun mereka lemah dalam menggambarkan sifat-Nya. (96)

لك الحمد يا ذا العرش، يا خير معبود،                          ويا خير مسؤول، ويا خير محمود
شهدنا لك، اللهم أن لست محدثا،                                  ولكنك المولى ولست بمحجود
وأنك معروف ولست بموصوف                                 وأنك موجود ولست بمحدود
وأنك رب لاتزال ولم تزل                                         قريبا بعيدا غائبا غير مفقود

Segala puji bagi-Mu yang memiliki Arsh ,Duhai yang paling baik untuk disembah
Duhai penanggung jawab terbaik, Duhai sebaik-baik yang dipuji
Kami bersaksi kepada Mu, Bahwa Engkau bukan sesuatu yang baru
Namun kau adalah Tuhan Penguasa dan tak dapat diingkari
Engkau dikenal namun tak dapat digambarkan
Engkau ada namun tak dapat di definisikan
Engkau Tuhan yang senantiasa ada,
dekat, jauh, tak nampak namun bukan berarti tiada. (112)

الحمد لله الواحد الصمد                     فهو الذي به رجائى وسندى
عليه أرزاقنا فليس مع ال                  له بنا حاجة إلى أحد

Segala puji bagi Allah yang Maha Esa dan tempat berlindung
Dia lah harapanku dan tempat ku bersandar
Dialah yang memberi kita rizki
Hanya kepada-Nya lah kita bergantung (121)

3.      Syair Tentang Kematian

لا يستقال اليوم، ان                         ولى، ولا للأمر رد
لا تغفلن، فإنما                               أجالكم نفس يعد

Dia tidak diberhentikan sekarang,
Jika berkuasa dan kekuasaan tidak dapat dikembalikan,
Janganlah kamu lalaikan
Karena ajalmu hanya jiwa yang kembali (124)

ليت شعرى فاننى لست أدرى                         أي يوم يكون آخر عمرى

Duhai syaiku, aku tidak tahu
Hari apa umurku akan berakhir (150)

ليت شعرى تزودت من ال                            زاد، يا هذا، لهول المطلع
يوم يهدوك محبوك الى                                ظلمة القبر، وضيق المضطجع

Duhai syairku, aku berbekal dengan bekal
Wahai bapak karena dunia hebat permulaanya
pada hari kamu dibimbing oleh kekasihmu
kepada siksa kubur, sementara tempat berbaring saat itu sempit. (224)

يا عباد الله! كل زائل                       نحن نصب للمقادير الجوار

wahai hamba Allah, semuanya akan musnah
kita dihadapkan takdir Allah yang berlaku (157)

ما زادك السن من مثقال خردلة                       الا تقرب منك الموت تقريبه

setiap bertambah usiamu walaupun sbesar biji sawi
hanya akan mendekatkanmu pada kematian ang terus merambat mendekatmu (65)

الموت حق ولكن لم أزل مرحا                        كأن معرفتي بالموت انكار

kematian adalah suatu kebenaran tetapi aku masih saja sombong
seakan-akan pengetahuanku tentang mati adalah pengingkaran (159)

الموت باب وكل الناس داخله                         يا ليت شعري، بعد الباب ما الدار
الدار جنة خلد، ان علمت بما                          يرضى الاله، وان قصرت فالنار

kematian adalah pintu dan semua manusia akan masuk didalamnya
duhai, setelah pintu itu rumahnya apa?
Rumahnya adalah syurga yang kekal jika anda mengamalkan apa
Yang diridhoi Allah jika anda mengabaikanya maka balasannya adalah neraka. (147)

ولقد رأيت الموت يفرس، تارة،                      جثث الملوك، وتارة يتخبط

Sungguh aku melihat kematian itu kadangala memangsa
bangkai raja-raja, kadangkala memukul keras. (213)

قطع الموت كل عقد وثيق                  ليس للميت بعده من صديق
من يمت يعدم النصيحة والاش            فاق من كل ناصح، وشفيق

kematian selalu memotong setiap ikatan yang kuat
namun tak ada teman bagi seorang mayit setelah itu
seorang yang mati tidak lagi membutuhkan nasihat
unggul dari semua penasihat dan pengasih (249)

4.      Syair Tentang Pesan Moral

جزى الله عنى صالحا بوفائه             أضعف أضعافا له في جزائه
بلوت رجالا بعده في أخائهم              فما زددت الا رغبة في اخائه
صديق اذا ما جئت أبغيه حاجة           رجعت بما أبغي، ووجهي بمائه   

Allah telah memberi pahala kepada seorang saleh lantaran menepati janji-Nya
Dan melipat gandakan pahalanya
Aku menguji beberapa orang selain dia tentang rasa persaudaraan
Tetapi aku hanya bertambah senang dengan rasa persaudaraan dia.
Dia seorang sahabat yang apabila aku datang mengharap kebutuhan
Maka aku pulang dengan membawa apa yang aku harapkan danwajahku dengan airnya. (25)

وارع الجوار لأهله متبرعا               بقضاء ما طلبوا من الحاجات 

Peliharalah tetangamu dengan memberi sumbangan kepada keluarganya
Serta dengan memenuhi kebutuhan yang mereka harapkan (77)

لا تغرنك العيون فكم أع                   مى تراه وأنه لبصير

Janganlah kau terpedaya oleh mata, betapa banyak orang buta
Yang kau lihat, padahal sesungguhnya ia melihat. (144)

وجدت له على اللهوات بردا               كبرد الماء حين صفا وطابا

Kau dapatkan padanya kesejukan dikerongkongan
Bagaikan sejuknya air dikala ia bening dan lezat. (38)

وكنا كالغصون، اذا تثنت                  من الريحان مونعة رطابا

Kita seperti dahan, jika ia merunduk
Lantaran bunga yang harum baunya menjadi masak buah kirma muda yang basah (39)

كأنك قد هجمت على مشيى،              كما هجم المشيب على شبابى

Engkau seolah mengecam (menyerang) masa tuaku
Seperti masa tua mengecam masa mudaku (51)

فلم أر حظا كالقنوع لأهله                 وأن يجمل الانسان ما عاش في الطلب

Aku tidak pernah melihat nasib baik seperti orang yang rendah diri pada keluarganya
Atau seperti orang yang hidupnya biasa meminta-minta (53)

احذر الأحمق واحذر وده                  إنما الأحمق كالثوب الخلق
كلما رقعته من جانب                       زعزعته الريح يوما فانخرق
أو كصدع في زجاج فاحش               هل ترى صدع زجاج يلتصق
فاذا عاتيته، كى يرعوى                   زاد شرا وتمادى فى الحمق

Jauhilah orang yang kurang akal dan jauhilah mencintainya
Orang yang kurang akal hanyalah seperti baju yang usang
Setiap mau menambalnya dari satu sisi
Maka angin akan menggoncangkanya hingga koyak
Atau seperti pecahan kaca yang jelek
Apakah kau melihat pecahan kaca yang menempel
Jika kau mencelanya agar ia sadar dari kebodohannya 
Maka bertambah buruk dan semakin parah kurang akalnya (254)

أراك وكلما فتحت بابا                      من الدنيا فتحت عليك نابا

Aku melihat-Mu setiapkali engkau membuka pintu dunia
Kau juga membuka (pintu) ampunan (39)

صفة الزمان حكيمة وبليغة                ان الزمان لشاعر وخطيب

Sifat masa adalah bijaksana dan penuh keindahan
Karena sesungguhnya masa itu kepunyaan sastrawan dan penasihat (45)

ولقد يكلمك الزمان بألسن                  عربية وأراك لست تجيب

Terkadang zaman berbicara denganmu dalam bahasa Arab
Dan aku melihatmu tidak menjawab (46)

طلبتك يادنيا، فاعذرت في الطلب         فما نلت الا الهم والغم والنصب

Aku memohon kepadamu wahai dunia! Namun aku bedalih dalam permohonanku
Karena itu aku peroleh hanyalah kedudukan, kesedihan, dan kelelahan (53)  

Analisa Syair Abu Atahiyah dari Ilmu Balaghoh
Dari berbagai syair Abu Atahiyah yang sudah dipaparkan diatas dapat kita ketahahui beberapa poin, (1) bahwa uslub yang lebih dominan dalam syairnya adalah uslub ma’ani dibandingkan dengan uslub bayan. (2) Abu Atahiyah lebih sering memakai uslub tasbih dibandingkan dengan istiarah (namun tidak ditemukan uslub majaz mursal). (3) Tema sentral kesufiyan Abu Atahiyah dalam syairnya adalah (makam) zuhud (4) dengan  diksi dan ritmenya yang sangat sederhana.[3]


[1] Syair secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu الشعر dari akar kata: شعر-يشعر-شعرا-وشعورا yang berarti mengetahui, merasa, sadar dan mengarang puisi (syair). Lihat Ibnu Manzur, Lisanul Arab (Beirut: Dar al-Fikri, 1990) jilid IV, cet. I hal: 406. Adapun secaraterminologis masih belum terbilang final meskipun pengertian yang sudah ada cukup mewakili, bahkan kata syair sendiri secara etimologi ada yang berbeda dari lisan al-Arab, misalnya pendapat Jurzi Zaidan yang mengartikan syair dengan nyanyian (ghina’) / lantunan (al-insyad). Lihat Ahmad Husain a-Thamawi, Jurji Zaidan (Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyah al-Ammah li al-Kitab, 1992), hal: 46.
[2] Majid Tharrad, Diwan Abi al-Atahiyah, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1995), hal: 11-12.
[3] Disarikan dari Tesis Ida Nursida, Uslub Balaghiyah Dalam Syair Sufi Abu Al-Atahiyah dan Al-Hallaj, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar