Sabtu, 12 November 2016

Sekilas Biografi Para Sastrawan Arab Modern dan Karyanya II


Sekilas Biografi Para Sastrawan Arab Modern dan Karyanya II
Dalam tulisan ini sastrawan Arab modern yang akan dipaparkan mulai dari Bahroin, Saudi Arabia, Aden, Irak, Suriah, Libanon, Palestina, Mesir, Libia, Tunisia, Maroko, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Selain menjelaskan sekilas biografinya, juga akan dipaparkan beberapa hasil penelusuran karyanya dari Antologi Puisi Arab Modern.
Adapun pembahasan lebih lengkap terkait Perkembangan Sastra Modern[1] bisa dibaca di sini Perkembangan Sastra Arab Modern.
A.    Sastrawan Palestina
1.      FADWA TUQAN (1917-   )
Fadwa Tuqan lahir di Nablus, Palestina. Ia salah satu penyair wanita yang terkenal di dunia Arab, disamping dua penyair wanita setanah airnya, Nazik al-Mala’ikah dan Salma al-Jayyusi. Ia telah menerbitkan beberapa kumpulan sajaknya, seperti: Wajadtuha (Aku Telah Menemukannya), Wahdi Ma’ al-Ayyam (Sendiri Bersama Hari Demi Hari) dan A’tima Hubban (Beri Kami Cinta). Karya-karya ini memperlihatkan semangat pesimistis dan memberontak, dipengaruhi tragedi Palestina.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Takkan Kutukarkan Cintanya
Betapa kebetulan ini,
Kebetulan yang manis bagai mimpi,
Mempertemukan kita disini dinegeri jauh ini.
Disini kita, dua jiwa sesama asing ini,
Dipersatukan Dewi Seni,
Yang membawa kita jauh tinggi
-seakan jiwa kita sebah lagu-
Mengapung di udara Mozart dan di dunianya yang sahdu.
Kau berkata: betapa dalam matamu,
Betapa manis wajahmu.
Kau katakan itu dengan gairah hatimu yang bergema sunyi,
Karena kita tidak sendiri,
Dan di matamu ajakan,
Dan dihatiku kemabukan
Tak terpikirkan.
Aku perempuan, maka maafkan ketinggian hatiku,
Bila bisikanmu membelai hatiku: betapa dalam matamu,
Betapa manis wajahmu.
2.      HARUN HASYIM RASHID (sekitar 1930-   )
Ia lahir di tahun 1930 di Palestina. Rasyid termasuk salah seorang yang terpenting di antara penyair-penyair Palestina yang tinggal di daerah kekuasaan kaum Zionis hingga kini.
Buk-bukunya yang sudah terbit antar lain: Safinah al-Ghadab (Kapal Kemarahan) Ma’ al-Ghuraba (Dengan Orang-Orang Asing), Awdat al-Ghuraba’ (Kembalinya Orang-Orang Buangan), Ghazzah fi Khait al-Nar (Gaza di Garis Pertempuran) Ard al-Thawrat (Tanah Pergolakan) dan Hatta Ya’ud Sha’buna (sampai Rakyat Kita Kembali). 
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Orang Palestina
Orang Palestina aku,
Orang Palestina namaku.
Dengan tulisan terang,
Disegala medan pertempuran
Telah kupahatkan namaku,
Mengaburkan segala sebutan.
Huruf-huruf namaku melekat padaku,
Hidup bersamaku, menghidupi aku,
Mengisi jiwaku dengan api
Dan berdenyut di urat-urat nadi.
Orang Palestina aku,
Itu namaku, kutahu.
Itu menyiksa dan menyiksa dan menyusahkan aku,
Mata mereka memburu aku,
Mengejar dan melukai diriku,
Karena namaku orang Palestina.
Dan sesuka mereka
Mereka telah membuatku aku mengembara.
Aku telah hidup sekian lama
Tanpa sifat tanpa rupa,
Dan sesuka mereka,
Mereka lontarkan padaku segala nam dan sebutan nista.
Penjara-penjar dengan pintu-pintu lebar terbuka
Mengundang aku,
Dan di segala pelabuhan udara di dunia ini
Deketahui nama dan sebutanku
-angin khianat membawa aku,
Menghamburkan aku.
Orang Palestina-
Nama itu mengikuti aku, hidup bersamaku;
Orang Palestina, itu tertakdir padku
Melekat padaku, menggairahkan aku.
3.      MUHAMMAD AL-MAGHUT (1930)
Ia dilahirkan di Nablus, Palestina tahun 1930. Al-Maghut termasuk salah seorang penyair terbaik dari angkatannya yang menulis “sajak prosa” (Prosepoem)”. Dua himpunan sajaknya yang sudah diterbitkan: Huzn fi Daw’ al-Qamar (Duka di Terang Bulan) dan Ghurfah bi Malayin al-Judrun (Kamar dengan Sejuta dinding), keduanya ditandai dengan nada yang keras dan bersifat kecaman.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Mimpi
Di abad atom dan otak elektronik
Di zaman wangian, lampu remang dan nyanyian
Aku bercerita padnya tentang orang Badui yang bersenandung
Tentang perjalanan ke padang pasir
Di punggung unta
Dan buah dadanya yang muda tengadah mendengarkan aku
Seperti anak-anak kecil yang duduk seputar nyala api
Tengadah mendengarkan cerita yang menarik hati
Kami mengimpikan padang pasir
Seperti rahib mengimpikan lengan perempuan
Dan anak yatim mengimpikan sebuah seruling.
4.      SALMA AL-JAYYUSI (1922-   )
Ia dilahirkan di Safad, Paletina. Al-Jayyusi pada mulanya belajar di Perguruan tinggi Arab di Jerusalem, kemudian di Universitas Amerika di Beirut, dan akhirnya di London, dimana ia menulis disertasinya tentang puisi Arab modern. Karya puisinya yang berkisar terkait tragedi Palestina adalah: al-Awdah min al-Nab’ al-Halim (Kembali Dari Pancuran Mimpi) dan Araf al-Rih (Peramal Angin).
Ia salah satu penyair wanita Palestina terkenal selain juga Nazik dan Fadwa.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Elegi[2] Buat Para Syuhada
Aku tahu bahwa mereka mati, “agar tanah air hidup untuk selamanya”,
Tanah air ini, tanah orang-orang terbunuh, padang berendam darah;
Aku tahu bahwa kemerdekaan merah dan inilah tebusannya,
Tebusan yang menyeramkan, segala kuyup dalam ratapan tangis yang basah,
Aku tah, namun duka di hatiku tak mau tahu itu semua.
Aku meratapi setiap mata yang kehilangan sinar kehidupan,
Setiap jiwa yang menghembuskan nafas penghabisan.
5.      TAUFIQ  SAYIGH (1923-1971)
Ia dilahirkan di Suriah tahun 1923, lalu kemdian pindah bersama keluarganya ke Tiberis, Palestina. Ia belajar di Perguruan Tinggi Arab di Jerusalem, Universitas Amerika di Beirut, dan Universitas Harvard. Ia mengajar bahasa Arab di Universitas Cambridge dan Universitas London dan mulai tahun 1968 hinga wafatnya pada bulan Januari 1971 ia menjadi lektor penijau dalam bahasa-bahasa Timur Tengah dan Ilmu Perbandingan Sastra di Universitas California, Berkeley. Tahun 1961 ia menerbitkan majalah dua bulanan, Hiwar, yang merupakan forum bagi gagasan-gagasan orisinal dan kadang-kadang kontroverisal. Majalah itu terbit hingga tahun 1966.
Sebagai salah satu penyair Arab modern, ia terkenal dengan karya-karyanya seperti: Thalathun Qasidah (Tiga puluh sajak), al-Qasidah kaf (Sakak “K”) dan Muallaqat Taufiq Sayiqh (Oda Taufiq Sayigh).
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Dan Kemudian
Kulewatkan musim-musim pansku dalam kehampaan
Dan musim-musim dinginku dalam ketakutan
Hidupku kereta api melintas antara keduanya
Berpeluit melengking tanya:
Dan kemudian?
Bersama kopi pagiku
Dan kemudian?
Sepanjang jam-jam kerjaku
Dan kemudian?
Menghadapi halaman-halaman kosong kertas gersang
Berselubung selimut diatas ranjang
. . .
Dan bertanya
Dan kemudian
Aku telah memboroskan hari-hari hidupku.
Sajak 22
Sebelum selubung penghabisan terbuka,
Adalh pada cinta kita suatu tercela
Tersembunyi, begitu pedihnya.

Aku buku bagimu, begitu pun kau bagiku.
Dan di rak ribuan buku;
Kau adik bagiku, dan aku abang bagimu,
Dan seluruh dunia sesama saudara.
Bila kau tiada dan bila aku pun tiada,
Cinta pun akan gemetar, namun tak sirna.
Kita tak tahu (tindakkah demikian?)
Bahwa pada cinta kita ada suatu cela,
Tersembunyi, begitu pedihnya. 

B.     Sastrawan Libanon
1.      ALBERT ADIB (1908-   )
Adib lahir di Meksiko, ia tinggal dan belajar selama beberapa tahun di Mesir. Kemudian ia pindah ke Libanon. Pada tahun 1942 ia mendirikan majalah al-Adib yang menjadi fokus penting bagi angkatan baru penyairpenyair dan penulis-penulis Arab.
Adib merupakan salah seorang dari perintis-perintis gerakan sajak bebas, dan sajaknya yang kemudian diterjemahkan dan dipaparkan dibawah ini memperlihatkan eksperimentasinya dengan bentuk puisi baru itu.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Kesetiaan
Aku tak pernah mencintaimu
Tetapi mencintai diriku sendiri dalam dirimu
Bayang-bayang sebuah impian
Dan aku tahu bahwa dihatimu
Aku hanya tebusan kekalahan
Bagi cintamu yang tersia dulu
Kita hidup bersama
Maka ciptalah sebuah cerita dusta dari kita
Yang menyesakkan jiwa kita, pedih nyeri
Sedang dunia menganggap kita suatu nyanyian abadi
O penghinaan terhadap cinta
Kau bukan milikku, aku bukan milikmu
Aku akan pergi, kau akan pergi
Dua orang asing yang hidup bersama
Dengan meninggalkan segala dusta
Di belakang mereka.
2.      ALI AHMAD SA’ID  (ADONIS) (1930-   )
Ia lahir di Suriah tahun 1930. Adonis mendapat pendidikan menengahnya ddi Turtus dan Lattakia, dan kemudian mendapat gelar kesarjanaannya dari Universitas Suriah di Damaskus. Ia mulai menulis puisi pada masa permulaan tahun lima puluhan, mula-mula dengan tema-tems yang berilhamkan politik. Tahun 1956 ia meninggalkan Suriah karena alasan politik dan menetap di Libanon. Tahun berikutnya ia bekrja sama dengan Yusuf al-Khal dalam menerbitkan Majallat Shi’r (Majalah Puisi). Belakangan ia menrbitkan hariannya sendiri, Mawaqif (Sikap).
Karya-karyanya meliputi: Qalat al-Ard (Bumi berkata) Qasa’id Ula (Sajak-sajak Awal), Aghani Mihyar al-Dimaskhqi (Nyanyian Mihyar orang Damaskus) Awraq fi al-Rih (Daun-Daun di Angin) kitab al-Tahawwulat wa al-Hijrah fi Aqalim al-Layl wa al-Nahar (Buku perubahan dan perpindahan daerah Malam dan Siang) dan al-Masrah wa al-Maraya (Pentas dan Cermin). Ia juga menyusun antologi puisi Arab klasik dalam dua jilid. Ia salah satu penyair kontemporer yang paling berpengaruh di dunia Arab.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Dialog
Jangan katakan bahwa cintaku
Sebentuk cincin atau gelang.
Cintaku ialah pengepungan benteng lawan
Ialah orang-orang nekat dan pemberani,
Sambil menyelidik mencari-cari, mereka menuju mati.
Jangan katakan bahwa cintaku
Ialah bulan.
Cintaku bunga api bersemburan.  
Burung
(Sebuah Mimpi)
Aku mendengarkan:
Seekor burung di Gunung Sinnin
Menyanyi hingga suaranya dibenam senyap
Hingga nyanyiannya menjadi seperti
Mata pisau
Meratap parau, melukai
Dingin kota.
Darah Menyembur
(Sebuah Mimpi)
Aku bermimpi:
Suara ini tak akan pernah menjadi
Suaraku.
Kau mayat yang terlentang
Aku darah menyembur dari peradaban yang dibantai,
Menyalakan api kematian,
Memadamkan api kematian.
Menara
(Sebuah Mimpi)
Menara itu menangis
Ketika orang asing datang membelinya
Dan mendirikan diatasnya sebuah cerobong.
Syahid
Ketika kulihat di pelupuk matanya yang menyala
Dan tak kutemukan pohon-pohon palma di wajahnya
Dan ta kutemukan bintang-bintang,
Aku pun berpusar-pusar sebutar kepalanya
Bagai angin dan pecah bagai bulan.
3.      BISHARA AL-KHURI (1890-1964)
Penyair Libanon ini termasuk penyair neo-klasik.  
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Keremajaan dan Keindahan
Keremajaan dan keindahan ialah keagungan yang menjadi milikmu.
Adakah mahkota yang lebih indah dari itu?
Kejelitaan menyerahkan takhtanya, dan bertanya kami padanya:
Untuk siapa itu? Lalu dia pun menunjuk padamu, Juita.
Maka biarlah disana bertakhta jiwamu,
Sepeti bening langit bertakhta dimatamu.
Jika keremajaan memancarkan keindahan,
Engkaulah sumber segala keindahan.
Tak akan bulbul berlagu,
Kalau ia tak membisikan rindu di telingamu
Taman pingsan dalam kemabukan, cintaku
Ketika harum dupa mengalun dari dadamu.
Mawar bunuh diri karena iri padamu,
Dan darahnya menyembur kedua pipimu.
Dan rama-rama meninggalkan bunga kesayangannya, cintaku
Ketika sampai padanya napas hangat dari mulutmu.
Orang-orang telah membuat lambang keindahan dari dirimu,
Dan penuh khusuk mereka pun tunduk bersimpuh di kakimu.
4.      ILYAS ABU SHABAKAH (1904-1947)
Ia dilahirkan di New York tahun 1904, Abu Shabakah kemudian kembali bersama orang tuanya ke Libanon ketika ia masih sangat muda. Ia belajar di Perguruan Tinggi Aynturah, mendapat pelajaran yang sempurna tentang Bahasa dan Sastra Arab maupun Prancis. Ia meinggal pada tahun 1947 ketika usianya 43 tahun.
Ia dipandang sebagai salah seorang diantara penyair-penyair romantik terkemuka dalam persajakan Arab. Kumpulan sajakya meliputi: Afa’i al-Firdaus (Ular-Ular Firdaus) al-alhan (nyanyian-nyanyian) dan Nida’ al-Qalb (Himbauan Hati). Ia juga banyak menerjemahkan karya-karya sastra Prancis, baik klasik maupun romantik.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Nafsu Mati
Memberontak terhadap kuasa langit dan
Muak pada semesta insan
Pada nasib menaruh dendam
Oleh takdir dibikin geram
Kecuali embun malamnya, semua kubenci
Yang ada pada fajar dinihari.
Aku relah terlanjur membenci terang bahagia
Dan mencintai kelam deita.
Dari apa yang kulihat, hanya darah
Yang membangkit gairah
Memberontak aku pada kuasa langit dan semesta insan.
Percantik dirimu bagiu,
Dan tuan anggur untukku.
Jangan pikirkan esok hari
Yang mungkin tiba ketika tak akan bangun lagi.
Apa arti keabadian bagi kita?
Terlalu dalam rahasianya.
Cinta, sekali telah menyala,
Terbentanglah jalan kearah binasa.
Maka biarlah kita mati, tangan begandeng tangan
Dan menguburkan sinar kehidupan
Diantara nafsu badan
Dan anggur berkilauan.  
Tidur Penaku
. . .
Telaga itu akan memberi mereka yang papa kesegaran baru
Dan telaga kepenyairanku akan membangkitkan hayat pada pustaka yang beku.
Dan kini tidur penaku, dengan pulas, dan jangan berisik lagi,
Dan kau, halaman-halaman kertas, tidurlah; pikiranku pun tidur kini.
Dan ya, fajar, tunggu, jangan terbit dulu,
Karena gelap akan kubenamkan segala renunganku.
5.      KHALIL HAWI (1925-    )
Ia lahir tahun 1925 di Shuwair, Libanon, Hawi mendapat pendidikan di Universitas Amerika, di Beirut kemudian di Universitas Cambridge di Inggris, diman dia menulis desertasinya tentang Gibran. Belakangan ia menjabat guru besar satra Arab di Universitas Amerika di Beirut.
Ia dipandang sebagai ponyair  yang terkemuka. Karya-karyanya seperti: Bayadir al-Ju (Lantai Penumbukan Bagi Lapar), Nahr al-Ramad (Sungai Abu) dan al-Nay wa al-Rih (Seruling dan Angin). Karya-karyanya terebih yang berisifat sosial memperlihatkan sifat intelektual.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Jembatan
Cukuplah bagiku anak-anak dari sesamaku,
Karena dalam cinta mereka kudapatkan anggur dan perbekalanku.
Cukuplah bagiku panenan di ladang-ladang,
Dan pesta panenan,
Pesta yang kembali berulang
Bila disusun sebuah lampu baru dinyalakan.
Tidak pada mereka yang mati cintaku kuberikan,
Dengan wangian dan emasnya, harta dan anggurnya,
Karena keturunan mereka dilahirkan sebagai kelelawar tua.
Manakah dia yang akan menghancurkan, menghidupkan kembali dan memperbarui?
6.      SAID AQL (1912-  )
Ia dilahirkan di Zahlah, Libanon tahun 1912. Aql termasuk salah seorang penyair Libanon yang terkemuka. Sebagai penyair romanik dan kemudian simbolis, karya puisnya banyak mempengaruhi angkatan penyair-penyair muda melakukan pelanggaran besar terhadap estetika puisi Arab klasik.
Karya-karya Aql antara lain: Bint Yaftah (Puteri Yafta), Rindalah, Ajmal Minki? La! (Lebih Indah dari Kau? Tidak!) Lubna in Haka (Mestikah Libanon Bicara) dan Ka’s li Khamr (Piala Anggur).
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Samra
Samra, O impian masa kanak yang indah,
Bibir yang kikir, tak terjamah,
Jangan mendekat padaku,
Tinggilah sebagai angan-angan keindahan hari esokku.

Hatiku penuh dengan kehampaan
Yang manis; mak jangan masuki; jangan,
Aku takut ia akan sesak nanti
Ditindih ciumanmu lembab wangi,
Dan lenyap ke ufuk-ufuk yang jauh suram
Lewat bulu-bulu matamu yang berpantis hitam.
7.      SALAH LABAKI (1906-1955)
Ia dilahirkan di Brazil tahun 1906, Labki datang ke Libanon tahun 1908. Ia belajar di Perguruan Tinggi Hikmah di Beirut dan di Aynturah. Ia mendirikan sositas sastra Libanon, Ahl al-Qalm dan menjadi penyair simbolis yang terkemuka. Ia telah menrbitkan kumpulan sajaknya, Hanin (Kerinduan) Mawaid (Rendezvous) Sa’am (Kebosanan), Urjuhat al-Qamar (Buaian Bulan) dan Ghuraba (Orang-orang Asing).
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Kelahiran Penyair
Sendiri, ya Rabbi, sendiri, mabuk karena kebosanan dan kemuakan,
Sendiri, seakan matahari tak terbit di dunia ini seperti dijanjikan,
Sendiri, meski musim semi riang bertepuk tangan dan cahaya bersinar,
Dan segala ufuk bergetarkan lagu yang riang memancar,
Segala ufuk, diman-mana penuh mawar bertimbun mawar,
Sendiri dengan musim dingin, saling menimpakan dingin masing-masing,
Seindiri, tanpa seorang pun sebagai bapa dan saudara, begitu asing,
Aku bukan sebagian dari debu ini, bukan sebagian dari hasad dan benci.
Telah kutinggalkan semua, dan sendiri, aku hanya hidup dari mimpi,
Dan keputusan segala ikatan kecuali cinta antara aku dan dunia ini.
Malam
Malam menaruh kasihan pada mata yang ak bisa tidur,
Tangannya menunda-nunda sinar fajr di ufuk timur.
Malam merdakan segal jeritan dn mulut matahari,
Dan melenyapkan keangkuhan bukit-bukit tinggi.
Betapa muliakau, malam, pengampun laku hina makhluk fana
Dan segala aib yang diperbuat manusia.
Kau sebuah senyum diantara puncak-puncak gunung,
Mata air yang tak kering-kering bagi segala ampun.
Segala yang indah ebagai anugrah dari tanganmu yang indah:
Kesunyian yang menakutkan, keagungan yang megah.
8.      UNSI AL-HAJJ (197-   )
Ia dilahirkan di Beirut tahun 1937. Pada awalnya ia seorang wartawan di harian a-Nahar, kemudian ia segera dikenal sebagai penyair dan kritikus sastra terkemuka. Amat terpengaruh oleh sastra Prancis, ia telah menghasilkan beberapa terjemahan, terutama dari karya-karya Prevert, Breton dan Artaud. Ia seorang peserta yang aktif dalm gerakan sasta yang dirintis oleh Majallat Shi’ir (Majalah Puisi), dan dewasa ini ia menjadi pimpinan redaksi satra dan seni pada harian al-Nahar.
Kumpulan puisinya diantaranya: Lan (Tak Pernah), al-Ra’s al-Maqtu’ (Kepala yang Terpenggal) dan Madi al-Ayyam al-Atiyah (Silamnya Hari-Hari Mendatang). Sajak-sajaknya memperlihatkan kecenerungannya yang surrenalistik.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Dialog
Aku berkata:
Katakan padaku, kau sedang memikirkan apa?
-          Aku memikirkan mataharimu yang tak menerangiku, o cintaku.
Aku berkata:
Katakan padaku, kau sedang memikirkan apa?
-          Aku memikirkan kau, dan bagaimana kau bisa tahan dengan hatiku yang dingin ini.
Aku berkata:
Katakan padaku, kau sedang memikirkan apa?
-          Aku memikirkan kemampuanmu, o cintaku, memikirkan bagaimana kau mampu mencintaiku, sedang aku tak mencintaimu.
Dia berkata:
Katakan, kau sedang memikirkan apa?
-          Aku memikirkan keadaanmu dan aku sedih karenamu, Sayang.
Aku juga memikirkan mataharimu yang tak melelehkanmu,
Memikirkan kesabaranku yang membuat kau tunduk,
Dan cintaku yang membuat kau bersimpuh takluk,
Dan kemudian mendepakmu,
Ya Sayang,
Aku memikirkan nanyian-nyanyian perkabungan,
Ya Sayang,
Aku memikirkan pembunuhan.
9.      YUSUF AL-KHAL (1917-  )
Al-Khal lahir di Tripoli, Libanon, tahun 1917. Ia belajar di Universitas Amerika di Beirut, Lebanon. Ia kemudian juga mengajar di universitas tersebut selama beberapa tahun. Tahun 1947 ia menjadi redaktur majalah Sawt al-Mar’ah (Suara Wanita). Tahun 1948 karir jurnalistiknya membawa di ake New York dimana dia bekerja pada sekretariat PBB sampai tahun 1952; kemudian ia menerbikan koran al-Huda sampai saat pulangnya ke Libanon pada tahun 1955. Dua tahun setelah itu ia menerbitkan Majallat Shi’r (Majalh Puisi) yang merupakan forum paling berpengaruh bagi gerakan sajak bebas dalam puisi Arab. Belakangan ia pun menduduki jabtan sebagai salah seorang redaktur pada kantor penerbit Dar al-Nahar di Beirut.
Buku-bukunya sendiri yang sudah terbit seperti; al-Bi’ir al-Mahjurah (Sumber ang ditinggikan) al-Hurriyah (Kemerdekaan), Qasa’id al-Arba’in (Sajak-Sajak pada Usia Empat Puluh) Qasid Mukhtaroh (Sajak-Sajak Pilihan) dan Hirudiyah (Herodias). Selain itu, ia juga menerjemahkan karya-karya puisi seperti T.S. Eliot, Ezra Pound, Robert Frost, dll.
Berikut beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Usia
Kita hapus gelombang dingin dari wajah kita ini
Dan tuturkan pada diri sendiritentang musim semi:
Bagaimana angin terenyum berseri,
Burung-burung menyanyi,
Pohon-pohon menari;
Bagaimana benih merentangkan akar-akarna ditanah
Dan berbuah.

Dan tuturkan pada diri sendiri cerita musim demi musim itu.
Tetapi gelombang itu mengendap dalam di nadi-nadi kita dan lenyap.
Kita kira gelombang itu lenyap,
Namun tiba-tiba tampak ia
Disini, dirambut yang memutih ini atau pula
Di bibir yang mengering tua.

Adapaun biografi dan karya sastrawan dari Bahroin, Saudi Arabia, Aden, Irak, Suriah, Mesir, Libia, Tunisia, Maroko, Amerika Utara, dan Amerika Selatan bisa dilihat di Sekilas Biografi Para Sastrawan Arab Modern dan Karyanya I.

[1] Penyerbuan Napoleon ke Mesir pada tahun 1798 bagaimanapun juga dapat dipandang sebagai awal penyusupan pengaruh Barat ke dunia Arab dan penyebab proses modernisasi dengan masalahnya yang menimbulkan keruwetan dan hasil-hasil yang didapatnya sebagai keuntungan termasuk juga perkembangan sastra Arab modern. Selengkapnya bisa dibaca di Perkembangan Sastra Arab Modern.
[2] Ratapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar