Sekilas
Biografi Para Sastrawan Arab Modern dan Karyanya I
Dalam tulisan
ini sastrawan Arab modern yang akan dipaparkan mulai dari Bahroin, Saudi
Arabia, Aden, Irak, Suriah, Libanon, Palestina, Mesir, Libia, Tunisia, Maroko,
Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Selain menjelaskan sekilas biografinya,
juga akan dipaparkan beberapa hasil penelusuran karyanya dari Antologi Puisi
Arab Modern.
Adapun pembahasan
lebih lengkap terkait Perkembangan Sastra Modern[1]
bisa dibaca di cak-son.blogspot dengan judul: Perkembangan Sastra Arab Modern.
A.
Sastrawan Irak
1.
AHMAD AL-SAFI AL-NAJAFI (1894-27 Juni 1977)
Ahmad al-Safi
al-Najafi lahir di Najaf, Irak, 1894 (dalam refeferensi lain 1897[2]),
al-Najafi melewatkan beberapa tahun dari masa mudanya di Iran bagian selatan.
Disana ia belajar bahasa Parsi dan menerjemahkan Ruba’iyat karya Umar Khayyam
kedalam bahasa Arab. Ia meninggalkan irak dan pergi ke Libanon dimana ia
tinggal. Meskipun ia termasuk penyair neo klasik, namun al-Najafi tidak begitu
memperdulikan kerapian bentuk dan sebaliknya, ia lebih mementingkan madi
puisinya. Diantara karya-karyanya: al-Aghwar (Kedalaman), Alhan
al-Lahib (Nyanyian Api), al-Anwaj (Ombak), Hisad al-Sijn
(Panen Penjara) dan al-Shallat (Kejatuhan).
Berkut beberapa
kutipan sajak-sajaknya:
Kebebasan Abadi
Lemparkan aku
dipadang datar, kalau aku mati:
Disana sama
manis bagiku hidup dan mati.
Jangan sekap
aku dalam kubur: amat kubenci penjara
Meskipun aku
sudah tiada.
Jika jisimku
menjadi mangsa nanti
Bagi
binatang-binatang buas dan burung-burung rajawali,
Maka akan
kulihat jisimku yang terpisah-pisah itu
Mengembara
terus dan membawaku kesegala penjuru.
Saat
O saat, yang
lelah karena irama tak berubah-ubah,
Aram bagimu
segala istirah;
Kau bergegas,
tak ada penghalang membuat surut
Langkahmu yang
berlari, cepat dan pasti bagai maut.
Siang dan malam
ialah milikmu,
Kau hancurkan
semua seperti musuhmu.
2.
BUALND AL-HAIDARI (1926- )
Ia dilahirkan
di Irak tahun 1926 dari keluarga Kurdish. Sebagai aktivis politik ia terpaksa
hidup dalam pengasingan dan kini tinggal di Libanon, dimana ia menerbitkan
harian al-Ulum.
Karya-karya
puisinya diilhami oleh pengalaman pribadi maupun oleh kesadaran sosial.
Diantara himpunan puisinya: Aghani al-Madinah al-Maytah (Nyanyian Kota
Mati), Khutuwat fi al-Ghurbah (Jejak Kaki di Negeri Asing) dan Rihlat
al-Huruf al-Sufr (Perjalanan Surat-Surat Kuning).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Kegersangan
Lorong yang itu
juga,
Rumah-rumah-rumah
yang itu juga,
Saling
berpautan begitu kuatnya
Kebisuan yang
itu juga.
Kami bisa
berkata:
Esok akan
lenyap itu,
Dan dari setiap
rumah akan bangkit
Suara anak-anak
kecil yag membersit
Bersama cahaya
siang, kelorong itu.
Dan mereka akan
mengejek hari lampau kami,
Perempuan-perempuan
kami yang menggerutu
Mata kami yang
kuyu tak berseri lagi
Mereka tak tahu
apa kenangan itu
Mereka tak
mengeti jalan kuno itu
Dan mereka akan
ketawa karena mereka tak bertanya
Mengapa mereka
ketawa.
Pak Pos
O, Pak Pos,
Apa kau
inginkan dariku?
Aku terpisah jauh
dari dunia ini
Tentu kau
keliru
Karena bumi tak
membawa sesuatu yang baru
Bagi si
terbuang ini.
Apa yang ada
Masih tetap
seperti dulu juga,
Mengimpikan,
Menguburkan,
Dan mencoba
mendapatkannya kembali.
Orang-orang
masih tetap dengan pesta mereka-pesta mereka,
Dan prkabungan
menghubungkan pesta yan satu dengan yang lainnya.
Mata
orang-orang itu menggali kubur dalam jiwa mereka
Mencari-cari
kemegahan baru
Buat meredakan
lapar baru.
Cina masih
tetap dengan temboknya,
Dongeng yang
telah lalu dibawa kembali oleh waktu,
Bumi masih
tetap bersama Sisyphusnya,
Dan batu karang
yang tak tahu
Keinginannya.
O Pak Pos,
Tentu kau
keliru,
Karena tak ada
apa pun yang baru. . .
Kembalilah
kejalanmu semula,
Jalan yang
begitu sering mengantarkan kau ke tempat tujuanmu.
Apa kauingin
dariku?.
Usia Tua
Musim dingin
lagi,
Dan inilah aku,
Disini dekat
perapian api,
Mengimpikan
semoga ada perempuan yang mengimpikan aku,
Sihingga kiranya
aku dapat membenamkan di dadanya,
Rahasia yang
tak mungkin diperolokkannya;
Mengimpikan
semoga di tahun-tahunku yang memudar
Dapat aku
memancar bagai sinar
Sehingga dia
akan berkata:
Sinar ini aku
punya;
Tak usah
perempuan lain mendekat padanya.
Disini dekat
perapian ini,
Musim dingin
lagi,
Disini pula
aku,
Menganyam
mimpi-mmpiku dan takut akan itu.
Takut matanya
akan menghina
Kepalaku yang
dungu dan botak,
Jiwaku yang
menua mengelabu,
Takut kakinya
akan mendepak
Cintaku,
Disini dekat
perapian ini,
Perempuan akan
gampang menghinaku,
Sendiri,
Tanpa cinta,
tanpa perempuan, tanpa mmpi,
Dan esok aku
akan mati karena dingin dalam diri,
Disini, dekat
perapian ini.
3.
JABRA IBRAHIM JABRA (1919-
)
Jabra lahir
pada tahun 1919 di Betlehem, Palestina. Ia belajar di Perguruan Tinggi Arab di
Jerusalem dan kemudian di Universitas Cambridge. Kini ia tinggal di Irak dimana
ia terkenal sebagi novelis, kritikus dan penyair. Ia telah menerbitkan du
kmpulan sajaknya: Tammuz fi al-Madinah (Juli di Kota), al-Madar
al-Mughlaq (Lingkungan Tertutup).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Di Gurun-Gurun
Pengasingan
Musim semi demi
musim semi,
Di gurun-gurun
pengasingan ini,
Mau apa kami
dengan cinta kami,
Bila mata penuh
debu dan udara beku begini?
Tanah kami yang
hijau, palestina kami,
Bunga-bunganya
seakan sulaman pada gaun wanita kami,
Bulan maret
menghiasi bukit-bukitnya
Dengan bunga
narsis dan kembang piun seindah permata
Bulan april
mekar di padang-padang terbuka
Dengan kembang
dan bunga-bunga bagi pengantin jelita,
Bulan mei ialah
nyanyian pedesaan kami
Yang kami
nyanyikan selalu
Ditengah hari di
bawah bayang-bayang biru
Pohon-pohon zaitun di lembah-lembah kami,
Sementara di
ladang-ladang yang bermasakan
Kami menunggu
janji bulan juli
Dan tarian
riang di tengah panen.
Tanah kami
zamrud berkilauan,
Tetapi di
gurun-gurun pengasingan
Musim semi demi
musim semi,
Hanya debu yang
bersiut di wajah kami.
Maka mau apa lagi
kami dengan cinta kami
Bila mata dan
mulut kami penuh debu dan udara beku begini?
4.
MA’RUF AL-RUSAFI
Dia adalah penyair
Irak. Dalam persajakan Arab sajak-sajak al-Rusaf dapat digolongkan kedalam
sajak-sajak neo-Klasik.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Maha Jelita
Maha jelita
diantara segala bidadari, lebih purba dari insan
Kau pendamba
matahari, lebih purba dari bulan
Pendengaran
menangkapmu, sebelum segala petikan
Puisi menyanyikanmu,
sebelums segala petikan
Maka dengan
keindahanmu adlah engkau puteri ketenangan
Ruh cinta
terbang hendak melihat wajhmu
Bulan
merindukan terbitmu
Angin dini hari
dengan kagum memandangmu
Ingin ia
bernafas selembut bisik langkahmu.
5.
NAZIK AL-MALA’IKAH (1923- )
Ia lahir di
Baghdad tahun 1923, penyair wanita ini mempelajari sastra Arab di Universitas
Baghdad dan kemudian belajar di Priceton, dimana dia melakukan studi yang luas
dalam sastra Inggris. Sekembalinya ke Irak, dia memegang peranan yang terkemuka
dalam gerakan sajak bebas, baik lewat karya-karyanya sendiri maupun lewat kritik-kritiknya
yang penting.
Banyak himpunan
sajak-sajaknya yang sudah diterbitkan, termasuk di antaranya ialah Ashiqat
al-Layl (Pencinta Malam), Shazaya wa Ramad (Serpih dan Abu), Qararat
al-Mawjah (Dasar Geombang) dan Shajarat al-Qamar (Pohon Bulan).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Siapa Aku
Malam bertanya
siap aku,
Aku rahasianya
– yang cemas, hitam, dalam
Aku kebisuanya
yang penuh pemberontakan
Telah
kuselubungi hakikat diriku dengan kebisuan
Dan kusalut hatiku
dalam keraguan
Lalu penuh
khidmat, tinggal aku disini, diam
Memandang,
sementara abad-abad bertanya padaku,
Siapa aku
Angin bertanya
siapa aku
Aku ruhnya yang
heran, diingkari zaman
Aku, seperti dia,
tak pernah diam
Terus mengelana
tak ada akhirnya
Terus melangkah
tak ada hentinya
Bila sampai
kami di tikungan
Kami akan
mengira itu akhirnya penderitaan
Tapi kiranya –
bukan.
B.
Sastrawan Suriah
1.
NIZAR QABBANI (1923- )
Qabbani
dilahirkan di Damaskus tahun 1923. Ia mempelajari hukum dan kemudian masuk
dinas luar negeri yang ditempatkan di Beirut, Kairo, London, Peking, dan
Madrid. Ia berhenti dari dinas itu untuk mendirikan kantor penerbitannya
sendiri di Beirut. Ia relah menerbitkan beberapa kumpulan sajak. Meskipun cinta
merupakan tema yang dominan dalam karya-karyanya yang terdahulu, namun
belakangan ia lebih megarahkan perhatiannya kepada masalah-masalah sosial dan
politk, yang diungapkannya dalam bentuk sajak bebas yang langsung dan efektif.
Karya-karyanya
antara lain: Habbibati (Kekasihku) Qalat li al-Samra’ (si Gadis
Hitam Berkata Padaku), Qasa’id (sajak-sajak), Samba (samba), Anti
Li (Kau Punyaku) dan Fath (Pasukan Komando Palestna).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Hamil
Jangan pucat!
Disini aku mau
bicara cepat
Sungguh kupikir
Aku hamil
Kau berteriak
Seakan
tersengat, “tidak!
Biar anak itu
kita koyak”
Kau mau
campakan aku
Mulai
mengutukku
Tak apa
membuatku tunduk
Karena kutahu
kau busuk
Kuperintahkan
bujang datang
Mendorongku
keluar, kegang lengang
Kau yang
Menabur malu
dipinggangku
Dan
menghancurkan hatiku
Sehingga mau
pula bujang itu bilang
“Tuan tak ada
dirumah sekarang”
Padahal tuannya
dirumah pasti
Cuma takut ia
kini
Ketika
diketahuinya kehamilanku ini.
Apa?
Kau mau buang
diriku?
Sedang aku
disiksa rasa muntah ditenggorokanku
Dicekik rasa
mual
Dan tubuhku
mengandung ahli warismu yang sial
Sedang aku
diliputi aib
Dicekam
kenyataan yang suram
Bahwa aku hamil
sekarang. . .
Lima puluh lira
darimu itu membuatku ketawa
Buat siapa uang
itu? Buat siapa?
Tentu agar aku
dapat menyuruh gugurkan kandunganku
Dan menyuruh
jahitkan kain kapanku
Jadi itukah
hargaku
Harga
kesetiaanku, hai kau tumpukan segala kekotoran?
Aku tak datang
meminta uangmu yang bisuk itu
“terima kasih”.
Aku akan gugurkan janin itu
Aku tak butuh
ayah yang busuk untuk itu.
Aku Kereta Api
Duka
Aku pergi
menumpang ribuan kereta
Kumuatkan
dukaku disana
Kudaki
asap-asap rokok-ku
Kubawa alamat
pacar-pacarku
Siapa pacar-pacarku
dihari lalu?
Jalan kereta
Makin cepat dan
cepat juga
Dalam
perjalanannya
Memamah daging
jarak-jarak yang ditempuhnya
Merampas
padang-padang yang dilaluinya
Melulur
pohon-pohon yang dilaluinya
Menjilat kaki
telaga demi telaga
Kondektur
menanyakan karcisku
Dan tempat yang
kutuju
Adakah tempat
yang kutuju?
Tak ada hotel
dibumi ini yang tahu siapa aku
Dan juga alamat
pacar-pacarku
aku kereta api
duka
aku tak punya
tempat
perhentian
disepanjang
perjalanan
Tempat-tempat
perhentianku menyelinap lalu
Stasiun-stasiunku
menyelinap lalu.
2.
UMAR ABU RISHAH (1910- )
Ia dilahirkan
di Aleppo tahun 1910, abu Rishah belajar di Universitas Amerika di Beirut dan
kemudian di Inggris, dimana ia berkenalan sendiri dengan aliran-aliran sastra
Barat, terutama dengan aliran romantik inggris. Sekembalinya ke Suriah, ia
ditunjuk sebagai direktur perpustakaan nasional di Aleppo. Ia kemudian masuk
dinas di luar negeri menjabat Atase Kebudayaan Suriah untuk Liga Arab dan
kemudian Duta Besar untuk Brazil dan India. Karya puisinya yang terpenting
ialah kumpulan puisi yang berjudul Shi’ir (Puisi) yang diterbitkan tahun
1947, terutama ditandai dengan keindahan bentuk dan kepekaan rasa yang halus. 78
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya yang diambil dari bukunya tersebebut:
Perempuan dan
Patung
Lihat patung
itu, juita,
Terpahat dari
batu pualam,
Angkuh
memandang dunia,
Dengan pandang
mengejek tajam,
Dan melampaui
zaman demi zaman,
Ia mendaki ke
puncak keabadian.
Telanjang,
membius khayal
Dengan
ketelanjangannya yang pongah,
Ia nikmati
dengan kekal
Mata air
keremajaannya yang melimpah.
Cobalah pandang
dia
Seperti
perenung mengaguminya,
Maka matapun
akan menyelusuri keindahannya
Tak
lepas-lepasnya, terpesona.
Setelah
membuatnya menjadi
Lambang
keindahan abadi,
Pematung pun
belalu, tinggal putri mimpinya,
Tidak berubah,
tidak pula menua.
C.
Sastrawan Bahroin, Saudi Arabia, Aden
1.
IBRAHIM AL-ARID
Ia adalah
penyair Bahroin.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Sajak-Sajak
Adalah dalam setiap
diri kita
Seekor burung
di sangkar terpenjara
Siapa dapat
membebaskannya
Dialah yang
paling bahagia diantara kita
Andaikan dalam
mabuknya
Sang peminum
tahu pula
Bahwa yang
diminumnya ialah air mata
Akan sadarlah
ia senantiasa.
2.
MUHAMMAD ABDUH GHANIM
Ia adalah penyair
Saudi Arabia.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Ratapan Cinta
Kaulah, ya
Rabi, yang menciptakan penyair diantara kami
Dan kau jadikan
cinta (seperti dialaminya) suatu kepercayaan bagi kami
Segala yang
indah baginya ia cinta dengan sepenuh hati
Lalu dalam
keluhnya ia bisikan: cinta ialah kepdihan tersembunyi.
3.
ALI MUHAMMAD LUQMAN
Ia adalah
penyair Aden.
Berikut beberapa
kutipan sajak-sajaknya:
Seni dan
Penderitaan
Ya, tekukut,
jangan kau meratap duka
Jangan pula
cemas, karena kesedihan ada batasnya
Dan jangan
katakan “orang mengurungku di sangkar ini
Dengan harapan:
siapa menabur cinta akan memetik cinta pula nanti
Ia mendambakan
puisi dan kepandaian melahirkannya
Orang demikian
mengaku jujur dan ia
Berkhotbah dan
berdakwah untuk menipu sesama”.
D.
Sastrawan Mesir
1.
ABBAS MAHMUD AL-AQQAD
Diantara
bukunya yang sudah diterbitkan adalah al-Lughah al-Sha’irah (Bahasa
Kepenyairan).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Perpaduan
Tidaklah cinta
hanya mengandung persahabatan semata, anakku
Dan tidak pula
hanya permusuhan melulu
Dalam cinta
berbaur keduanya
Dalam cinta
terjadi perpaduan yang setara
Persahabatan
dan permusuhan di sana
Bergabung
bersama, keduanya seia
Dalam permainan
serah dan paksa
Tdakkah
demikian, wahai anakku?
Kesulitan Ganda
Mereka
mengatakan sebaiknya kulupakan dia dan tak usah kuratai pula,
Karena dalam
bercinta dia tak mau terikat janji.
Maka
kesulitanku di sini menjadi ganda;
Aku meratapi
orang yang tak patut kuratapi,
Sedang siapa
meratapi kekasih setia, maka dalam kerisauan hatinya
Terhadap orang
yang sepatutnya ia risaukan, akan terhiburlah dia.
2.
ABD AL-RAHMAN SHUKRI (1886-1958)
Ia dilahirkan
di Port Said, Mesir tahun 1886. Pendidikan menengahnya didapat di Iskandariyah
dan kemudian ia belajar di Sekolah Tinggi Guru di Kairo, dan mendapat gelar
sarjana pada tahun 1909. Setelah beberapa tahun belajar di Inggris, ia kembali
ke Mesir. Bersama al-Aqqad dan al-Mazini, ia membentuk grup Diwan, gerakan
pembaharu yang meperkuat gerakan semacam itu pula di Amerika Serikat (yaitu
al-Rabithah al-Qalamiyyah atau Liga Pena yang dipimpin Gibran dan rekan-rekan
penulis Syair-Amerika yang lain.
Ia menerbitkan Diwan
Abd al-Rahman Shukri dalam bentuk satu jilid.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Hidup
Hidup tak lain
dari kematian demi kematian melulu,
Kebaikan dan
kesenangan hanya pinjaman, lekas berlalu.
Ingin aku bagai
bunga yang hidup semusim panas saja:
Kemudian sirna
sebelum bencana musim dingin tiba.
Selamat Datang
Selamat datang
nasib yang disuratkan
Salam dan
hormat bagi penentu putusan.
Berikan padaku
segala piala hayat:
Senang dan
sangsai, mulai dan cacat.
Jika aku mesti
hidup, akn tertanggungkan juga hidup ini,
Jika aku mesti
mati, memang mati tak bisa dihindari.
3.
ABD AL-RAHMAN SIDQI
Penyair Mesir
ini sajak-sajaknya memperlihatkan aliran romantik.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Di Rumah
O kamar yang
bersebelahan dengan kamarku, kulihat
Pudar saja
warnamu, tinggal suram dan pucat
Kulihat pintu
yang sering kuketuk, terkunci saja selalu
Kau naungan
rindang bagi istriku, dan surga bagiku
Aku menyeru;
dia biasa cepat mendengar bila aku memanggilnya
Tapi kini hanya
suaraku sendiri yang bergema sebagai jawabannya
4.
AHMAD ABD AL-MU’TI HIJAZI (1935-
)
Dia lahir di
sebuah dusun di Delta Nil tahun 1935, Hijazi belajar di pendidikan Tinggi Guru
di Kairo. Ia mengembangkan kecenderungan-kecenderungan seorang sosialis, yang terbayang
dalam puisinya. Karya-karyanya meliputi: Madinah bila Qalb (Kota tak
Berhati), Lam Yabqa illa al-I’tiraf (Tiada Yang Tinggal Kecuali
Pengakuan), dan Uras (Horace).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Teks Untuk
Sebuah Lanskap
Matahari terbenam
di kaki langit musim dingin,
Matahari merah.
Awan-awan timah
Ditembus
berkas-berkas cahaya,
Dan aku,
seorang anak desa,
Disergap malam.
Mobil kami
melulur benang aspal,
Mendaki dari
desa kami ke kota
Dan ketika itu,
ingin aku
Sekiranya
dapat, menghebmuskan diri
Ke hijau daunan
yang lembab itu!
5.
AHMAD ZAKI ABU SHADI
Ia dilahirkan
di Mesir. Abu Shadi termasuk salah seorang penyair romantik yang penting disana
disamping Ali Mahmud Taha dan Ibrahim Naji. Ia pendiri majalah Apollo di Mesir
(tahun 1932).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Perhubungan
Abadi
Adakah mereka
kira aku dapat berpisah sama sekali dari padamu,
Sedang di
seluruh angkasa berdebar rindu pada keindahanmu?
Dan sedang di
udara semerbak harum nafasmu,
Dapatkah aku
bernafas tanpa menyentuh bibirmu?
Dan dimana pun
juga kau berada, tak ada yang lain akan kucari
Selain kau,
selain kau, ya semangat dan harapan hati!
Dan meskipun
aku menjadi debu nanti, tidaklah akan mati aku,
Karena adakah
akan mati debu yang selalu mengenangmu?
Sembahyang
Dekat tempat
tidur anak-anakku
Kubisikan
cintaku, dari kalbu
Seorang diri
dalam sembahyang malam ini
Sementara
mereka tenang dan sunyi
Lewat pandangan
mataku penuh restu
Kucium
mulut-mulut kecil dan tangan-tangan kecil itu
Dan kuikuti
naik turun nafas mereka
Karena cinta
semata
6.
ALI MAHMUD TAHA
Taha lahir di
al-Mansurah, Mesir. Meski ia seorang insinyur, ia dikenal sebagai anggota gurp
Apolo dan sebagai penyair romantik terkemuka di antara penyair-penyair Arab
kontemporer. Ia banyak melakukan perjalanan ke Eropa dan merekam kesan-kesannya
dalam sajak-sajak lirik, yang beberapa di antaranya dijadikan lagu dan menjadi
terkenal. Himpunan sajak-sajaknya antara lain: al-Mallah al-Ta’ih (Pelat Sesat),
Layali al-Malah al-Ta’ih (Malam Demi Malam Bagi Pelaut Sesat) dan Zahr wa Khamr
(Bunga dan Anggur).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Nyanyian
Pedesaan
Ketika air
membelai bayang-bayang pohonan,
Dan awan-awan
mencumbu cahaya bulan;
Burung-burung
mempedengarkan nyanyian mereka
Bergema di
antara embun dan bunga;
Dan merpati
menyatakan gairah hatinya,
Mendengkur pada
kekasihnya dan meratapi nasibnya;
Bibir-bibir
angin menyapu permukaan air dan
Mencium setiap
layar yang berlintasan;
Dari dalam
malam bumi memperlihatkan
Beragam bentuk
keindahan;
Di sana dalam
gelap berdiri pohon safsafat[3]
Seakan kelam di
seputarnya pun tak melihat,
Dan dalam
lindap bayang-bayangnya duduk aku
Dengan hati
risau dan tatapan sayu.
7.
KHALIL MUTRAN (1872-1949)
Lahir di tahun
1872 di Baalbek, Libanon, Mutran menamatkan pelajaran-pelajaran dasarnya di
Sekolah Dasar Timur di Zahlah. Ia pun kemudian masuk College Keuskupan Katolik
di Beirut, dimana ia mendapat pelajaran bahasa Prancis dari orang-orang yang
berbahasa itu. Ia juga mendapatkan latihan-latihan disana dalam hal
kaidah-kaidah bahasa Arab dari cendikiawan Libanon, Ibrahim al-Yaziji dan
saudaranya, Khalil. Sebagai akibat dari kegiatan politiknya menentang rezim
Turki, ia terpaksa bersuaka ke Paris, diamana ia mengejar
kepentingan-kepentingan intelektualnya.
Tahun 1892 ia
meninggalkan Paris dan pergi ke Mesir diamana ia menetap disana sampai akhir
hayatnya. Sejak tahun itu hingga 1894 itu ia memantapkan dirinya sebagai
wartawan yang cakap dan sebagai seorang penyair pembaharu yang berpengaruh
dalam angkatannya. Diantara karanya yang diterbitkan adalah Diwan, sebuah
kumpulan sajak yang terdiri dari 4 jilid.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajak dari Diwannya tersebut:
Mawar yang Mati
Apa yang kalian
cari dengan mengelana
Ya burng-burung
tang berseliweran kemana-mana?
Jawab mereka:
kami pernah tinggal dan menderita
Dia mawar
dikebun kami, memerintah dengan sepatutnya
Dan ditaati
segala yang ada disana
Namun tiba-tiba
saja kami lihat dia jatuh dari takhtanya
Dan hilang
entah kemana
Dan begitulah
maka kau lihat kami selalu mencari jejaknya
Atau
berkelompok-kelompok di tempat dimana dulu dia biasa berada.
8.
LEWIS AWAD (1915- )
Kelahran Mesir
1915 ini mendapat Pendidikan di Universitas Fuad I, Cambride, dan Princeton. Di
pelopor pertama yang serius dalam mengembangkan sajak bebas secara lebih sadar.
Diantara himpunan karyanya adalah Plutoland wa-Qasa’id Ukhra, Min Shi’r
al-Khassah, dengan kata pengantar yang membentangkan teori-teorinya, memuat
dua puluh sembilan saja: empat belas diantaranya berbahasa Arab literer dan
lima belas yang lain berbahasa percakapan Arab-Mesir. Belakangan ia juga
menjadi penasehat kebudayaan dan redaksi sastra pada surat kabar al-Ahram.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Cinta di
ST.Lazare
. . .
Kulihat
kapal-kapal membawa ikan-ikan buat Alaska, Gula buat Mauritius,
Kapas dan
bawang buat Mesir, teh buat Cina, candu buat India,
Burung nuri,
gajah, kosmetik buat Kutub Utara dan Selatan,
Dan senapan
mesin buat kawan dan lawan sekali.
Tapi tak
kulihat kapal Ago diantara semua itu.
9.
MUHAMMAD AL-FAYATURI (1930-
)
Ayahnya orang
Sudan dan ibunya orang Mesir. Ia melewatkan sebagian besar masa hidupnya di
Iskandaria. Ia mengabdikan diri dalam perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika.
Karyanya
meliputi: Aghani Ifriqiyah (Nyanyian Afrika) dan Ashiq min Ifriqiyah
(Kekasih dari Afrika).
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Buat Sepasang
Mata Tak Dikenal
. . .
Juita
Jika tiba-tiba
kita bertemu
Jika mataku
memandang matamu
Yang anggun,
hijau, tenggelam dalam kabut dan hujan
Jika kebetulan
pula kita bertemu lagi dijalan
(dan bukankah
hanya nasib kebetulan ini)
Maka akan
kucium jalan itu, kucium dua kali
E.
Sastrawan Libia, Tunisia, Maroko
1.
IBRAHIM AL-USTAH UMAR
Ia penyair dari
Libia.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Pernyataan
Kepada Amir
kuabdikan diriku
Akan kubuat
pernyataan yang selama ini kusimpan selalu
Namun tak
kutemukan saat yang baik untuk menyatakannya
Sebelum kita
semua sungguh-sungguh seia sekata
Akan kusmpaikan
pernyataan setulusnya
Dari hati
rakyat kepada pemimpin mereka
Sekaranglah
saatnya, tak perlu ditunda-tunda
Untuk
menyatakan hak dan menuntutnya bersama
Dan inilah hak
kita: menyatukan kedua negeri menuju merdeka
Dan engkau
lambangnya, dan engkau pengawalnya!
2.
ABU AL-QASIM AL-SHABI (1909-1934)
Ia dilahirkan
di Tunisia tahun 1909. Al-Shabi belajar di Universitas Zaytunah dan sekolah
hukum di Tunisia. Ia dipengaruhi aliran romantik para penyair Syro-Amerika.
Sajaknya ang dimuat di majalah Apollo kemudian dikumpulkan dan diberi judul
Aghani al-Hayah (Nyanyian Hidup). Ia meninggal tahun 1934 pada usia 25 tahun.
Ia dipandang sebagai penyair Arab modern yang paling cemerlang di Afrika Utara.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Dalam Bayangan
Lembah Kematian
Kita berjalan,
seperti segala diseputar kita pun berjalan terus dalam penjadian . . . tetapi
kemana tujuannya?
Bersama
burung-burung kita menyanyi menyambut matahari bila musim semi meniup serulingnya;
Kita bacakan
cerita tentang Hidup ini kepada Maut . . .
tetapi bagaimana akhir cerita itu kiranya?
Begitu kataku
pada angin, dan jawabnya: tanyalah Hidup itu sendiri, bagaimana awal mulanya. . . .
3.
ABD AL-MAJID IBN JALLUN
Ia adalah
penyair Maroko.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Siapa Kau
Telah kulupakan
bulan dan bintang
Dan keindahan
pagi dan petang
Dan dengan
bisikan kenangan
Dari kemilau
bulan dan bintang aku kembali dilahirkan
Kemasa remaja
yang silam sirna. . .
F.
Sastrawan Amerika Utara dan Amerika Selatan
1.
AMIN AL-RIHANI (1876-1940)
Ia lahir di
dusun Frayka, Lebanon tahun 1876. Al-Rihani mengunjungi Amerika Serikat untuk
pertama kalinya ketika ia berusia dua belas tahun. Kemdian pada tahun 1898 ia
kembali lagi ke Libanon untuk menguatkan kembali bahasa Arabnya yang kemudian
selama tinggal disana ia menjadi akrab dengan karya-karya klasik Arab terlebih
al-Ma’arri, termasuk diantaranya, al-Luzumiyyat. Ia mendirikan Rabitah
al-Qalamiyah (Lia Pena) bersama dengan Gibran dan Mikhail yang kemudian sangat
berpengaruh atas perkembangan sastra Arab modern.
Diantara
karyanya yang terpenting adalah: Muluk al-Arab (Raja-Raja Arab), Qalb
al-Iraq (Hati Irak) dan al-Rihaniyat (Hmpunan sajak-sajak prosa).
Adapaun dalam bentuk bahasa Inggris karyanya adalah The Coasts of Arabic, A
Chant of Mystics, The Book of Khalid dan Myrtle and Myrrh.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Cahaya
Cahaya, cahaya!
Biarlah ia bersinar di hati kita, betapa gelap pun dunia.
Biarlah ia
memancar dari hati kita, betapa suram pun segala ufuk angkasa.
Meskipun hanya
ada padaku sebuah gubuk di lembah, diterangi lilin kecil dimalam hari, namun mataku membiaskan di gubuk itu segala
cahaya yang dilihatnya didunia. . . .
2.
GIBRAN KHALIL GIBRAN (1883-1931)
Ia dilahirkan
pada tanggal 6 Desember 1883 dan meninggal pada tanggal 10 April 1931. Ia
mendapat pendidikannya di Libanon namun sebagian hidupnya di Amerika. Di dunia
Barat terkenal sebagai pelukis dan pemahat. Ia salah satu penyair-penyair
pertama yang memakai sajak bebas dengan berhasil dalam puisi Arab yang kemudian
mempengaruhi para penyair selanjutnya.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Dua Suara
Berikan padaku
seruling itu dan tarik suara
Lpakan segala
yang telah kita katakan
Omongan anya
debu di udara
Maka
berceritalah tentang apa yang telah kaulakukan
. . .
Ingin aku tahu,
apa gunanya
‘berjejal dan
berdesak
Berbantah dan
bersengketa
Bertengkar dan
berteriak
. . .
3.
ILYA ABU MADI (1890-1957)
Ia lahir di
Libanon dan melewatkan beberapa waktunya di Mesir, kemudian pindah ke Amerika
Serikat tahun 1911. Disana ia bekerja sama dengan Gibran, Nu’ayamah dan penyair
Syro-Amerika lainnya di Liga Pena dan terkanal sebagai penyair sekaligus
wartawan. Diantara karyanya yang sudah terbit adalah al-Jadawil (Arus),
al-Khama’il (Kebun-Kebun) dan Tibr wa Turab (Debu Emas dan Tanah). Sajaknya
al-Talasim (Sajak-sajak Rahasia) dipetik dari sajak falsafinya dengan judul
serupa.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Kalimat-Kalimat
Rahasia
Aku datang –tak
ku tahu dari mana- tapi aku datang
Kulihat
dimukaku jalan, maka akupun berjalan
Dan akan terus
berjalan, mau tak mau-
Bagaimana aku
datang? Bagaimana aku melihat jalan?
Aku tak tahu!
Adakah aku
baru, atau lama, dalam hidup ini
Adakah aku
bebas sepenuhnya, atau tawanan yang terbelenggu
Adakah kutempuh
sendiri hidupku, atau ada yang membimbingku
Aku ingin tahu,
tapi-
Aku tak tahu!
3.
MIKHAIL NU’AYAMAH (1889- )
Ia lahir di
Libanon tahun 1889, ia mendapat pendidikannya di sekolah gereja ortodoks Rusia
di Negerinya dan di Nazareth, Palestina. Dari tahun 1906-1911 ia belajar di
sebuah seminari di Poltava, Rusia. Tahun 1912 ia ke Amerika Serikat. Ia bekerja
di New York setelah selesai mendapat gelar sarjana di Universitas Washington di
Seatle. Dan tahun 1932 ia kembali ke Libanon.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Saudaraku
Saudaraku, jika
sesudah perang orang Barat bangga dengan perbuatannya
Menghormati mereka
yang mati dan mengagungkan keberanian pahlawan-pahlawan mereka
Jangan puji
mereka yang menang dan jangan gembira atas kesengsaraan mereka yang kalah
Tap berlututlah
tenang dan diam, seperti aku, dengan hati khusuk dan berdarah
Untuk meratapi
nasib mereka yang sudah tiada diantara kita
Saudaraku,
siapakah kita, tanpa tanah air, keluarga dan tetangga
Di waktu tidur,
diwaktu jaga, menaggung malu dan hina?
Dunia berbaub
busuk sebgaimana bau mereka yang mati di antara kita
Maka bawalah
sekop dan ikut bersamaku menggali parit yang lain pula
Untuk
menguburkan yang masih hidup diantara kita.
4.
FAWZI AL-MA’LUF (1899-1930)
Ia dilahirkan
di kota Zahlah, Libanon. Ia pindah ke Amerika Selatan dan menetap di Rio de
Janeiro dan meninggal disana tahun 1930. Ia terkenal karena epiknya, Ala Bisat
al-Rih (Di Atas Permadani Angin) yang terbit serempak dalam bahasa Arab,
Spanyol, dan Portugis di Brazil pada tahun 1930. Bersama saudaranya, Shafiq
al-Ma’luq, redaktur Majalllat al-Usbah al-Andalusiyah (Majalah Liga Andalusia),
Fawzi dipandang sebagai yang paling terkemuka diantara penyair-penyair
Syro-Amerika.
Berikut
beberapa kutipan sajak-sajaknya:
Nyanyian I:
Raja di Sawang Angkasa
Terbentang
negeri penyair yang dengan jiwanya, bukan raganya
Telah
membumbung tinggi meniggalkan tanah asalnya
Dewi seni telah
menempatkan dia disana
Jauh dari dunia
dan kezalimannya. . .
G.
Sastrawan Palestina & Sastrawan Libanon
Untuk biografi
dan karya para sastrawan Palestina dan Libanon bisa dibaca di Sekilas Biografi Para Sastrawan dan Karyanya II.
[1] Penyerbuan
Napoleon ke Mesir pada tahun 1798 bagaimanapun juga dapat dipandang sebagai
awal penyusupan pengaruh Barat ke dunia Arab dan penyebab proses modernisasi
dengan masalahnya yang menimbulkan keruwetan dan hasil-hasil yang didapatnya
sebagai keuntungan termasuk juga perkembangan sastra Arab modern. Selengkapnya
bisa dibaca di Perkembangan Sastra Arab Modern.
[2] Lihat wikipedia.
[3] Sejenis pohon,
dengan cabang-cabang yang kecil dan lentuk, berdaun lancip, biasa tumbuh di
tempi sungai. Dalam bahasa inggris dinamakan willow.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar