Posted by : Cak_Son
Jumat, 28 Juli 2017
Galeri
edisi Juli 2017 kali ini ingin mendialogkan potret Islam di Amerika, khususnya
di era kepemimpinan Donald Trump. Dengan menghadirkan narasumber utama Muhammad
Syamsi Ali, salah seorang warga Indonesia yang menjadi Imam di Islamic center
of New York-USA menjadikan diskusi terkait potret Islam di Amerika menjadi
lebih hidup dan nyata.
Da’i
yang bersuku Bugis asal Makassar tersebut memaparkan fakta Islam di Amerika
dengan cukup panjang lebar selama dua jam lebih di forum yang hanya dihadiri
oleh mahasiswa SPs UIN Jakarta. Oleh karena itu, saya disini akan sedikit
berbagi hanya dengan memaparkan rangkuman singkat terkait poin-poin penting guna
mengatasi segala pembahasan yang berhubungan dengan segala penyebab keresahan
umat Islam minoritas, baik itu di Amerika ataupun di tempat lain yang sudah
dipaparkan oleh Ali (khususnya pada saat sesi tanya jawab saja).
Pertama: Bahwa sudah seharusnya kaum minoritas harus membangun komunikasi
sehingga tidak terjadi kesalah pahaman yang kemudian menjadi konflik yang luar
biasa yang sulit untuk diatasi.
Kedua: Al-Qur’an itu memang benar absolut namun akal yang mengkaji dan
memahami al-Qur’an itu kebenarannya tentu bersifat relatif.
Ketiga: Umat Islam mayoritas bisa jadi menganggap Yahudi sebagai musuh
besar Isalm, namun fakta yang terjadi di Amerika tidaklah demikian. Yahudi
Amerika justru yang membela Islam saat di saat Trump bersifat rasis terhadap
umat Islam. Hal itu tidak lain dikarenakan karena Yahudi ketika dihancurkan di
masa lalu Islam justru datang membela mereka atas nama kemanusiaan. Kita tahu
bahwa Yahudi dikenal dengan golongan yang aktif berdiaspora. Mereka warga
Yahudi selalu berdiaspora dan komunitas terbesarnya tidak lain adalah Amerika
selain juga Israel dan Iran.
Keempat: Piagam Madinah prosesnya saja sudah bagus apalagi kalau sudah
melihat isinya. Dari sanalah birokrasi sebenarnya bisa dibangun bersama dengan
non muslim.
Kelima: Kehampaan yang ada dalam pemikiran Keren Armstrong (1944-) menurut
hemat pendapat saya (Ali) tidak lain dalam istilah al-Qur’annya adalah laisa
kamistlihi syai’un.
Keenam: Konsep rohmatan lil alamin itu bukan hanya mengayomi saat
Islam dalam keaadaan mayoritas melainkan tabiat Islam yang minoritas pun harus
bersikap baik.
Ketujuh: Iqra’ (bacalah) tentang ISIS yang sebenarnya diciptakan oleh
al-Qaida yang asli dari Islam.
Kedelapan: Penyebab ekstrimisme terjadi tidak lain karena tiga poin utama, yakni:
kebodohan, media, dan politik (agama dijadikan sebagai politik, dan sistem yang
tidak adil).
Ciputat,
12 Juli 2017