Posted by : Cak_Son Minggu, 29 Oktober 2017

28 Oktober 2017 BUMN kunjungi UIN Jakarta. Kunjungan ini terbilang istimewa karena bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Dengan jargon “Pemuda Indonesia Berani Bersatu” mampu mengetuk jiwa raga mahasiswa. Hal itu nampak jelas tercermin dengan balasan teriakan mereka yang menggelora. Acara ini dihadiri lebih dari 1.000 mahasiswa dengan berbagai motifnya. Ada yang hadir karena ingin doorprizenya. Adapula yang hadir karena ingin mencari ilmunya atau bahkan sekedar mengisi waktu luang saja. Namun yang jelas acara ini cukup memberi kesan baik di mata mahasiswa.
Dengan tema “BUMN Hadir di Kampus”, acara ini jelas menyiratkan ingin mengedukasi sivitas akademika UIN Jakarta. Karena bagaimanapun pemuda adalah penerus bangsa. Dan itu adalah mahasiswa. Setidaknya ada empat jenis perusahaan dari BUMN yang hadir di sini. Jasa Marga, Mandiri, dsb. Oleh sebab itu, acara ini menjadi nampak lebih bergairah dengan pemaparan visi misi dan kerja nyata dari BUMN selain (sekali lagi) juga karena doorprizenya. 
Prof. Dede Rosyada sebagai rektor jelas dalam sambutannya pertama kali adalah dengan membanggakan dan mengunggulkan UIN Jakarta dibanding universitas yang lainnya. Hal itu wajar saja diucapkan karena posisinya sebagai pemimpin institusi. Ia membandingkan akademisi UIN Jakarta dengan UIN Yogyakarta dan UIN Malang, bahkan UNAIR disebutnya rangking scholarnya di bawah peringkatnya.
Adapun dari pihak BUMN menjelaskan bahwa mahasiswa zaman now adalah hidup di era digital. “WARTEG di era digital saja sudah ada” tuturnya. Sebagai contoh, cukup sms kepada pengelola Warteg pesananan pun sampai tujuan. Artinya sistem sudah berubah meski subtansinya sama yaitu pelayanan kinerja. Inilah persaingan di dunia pelayanan zaman sekarang. Edukasi terus dilakukan untuk menjadi yang terbaik. “Hal ini pula yang harus terus di pikirkan oleh mahasiswa khususnya mahasiwa fakultas sains dan teknologi”. Pintanya dari pihak BUMN.
Ia menambahkan bahwa etitut lebih bagus dari pada kompetensi. Semua lembaga jasa BUMN mengedapankan etitut. Ia bahkan menanyakan kepada seluruh direktur BUMN terkait etitut dan kompetensi agar mahasiswa lebih yakin dan percaya bahwa IPK penting namun bukan segalanya. Karena etitut susah untuk di ubah adapun kompetensi bisa digali dan dicari. “Etitut bisa dibangun di organisasi”, tandasnya.
Ia pun menutup dengan statmen dari pendiri Ali Baba, “bantulah mahasiswa (anak-anak muda). Mahasiswa akan memiliki benih yang Anda tanamkan dalam pikiran mereka dan ketika mereka tumbuh dewasa, mereka akan mengubah dunia”. Hal itu senada dengan Imam Syafi’i yang menyatakan secara simbolis, “bahwa ketika kita melihat bulan stabit, maka suatu ketika kita akan melihatnya purnama”.
Setelah uraian panjang lebar dari BUMN, maka acara terakhir yang menjadi acara inti yang dinanti-nanti bagi sebagian mahasiswa pun menemukan momentumnya, yaitu pembagian doorprize. Doorprize sendiri bermacam-macam, mulai dari tabungan bank Mandiri, hardisk, HP, laptop hingga motor honda Beat. Saya sendiri salah satu mahasiwa yang hadir karena berharap bisa mendapat doorprizenya, selain juga ingin mendengarkan stilistika tokoh-tokoh yang hadir di sana, tentunya juga ingin mendapatkan ilmu terkait Badan Usaha Milik Negara.
Saya kira itu dulu. Cukup sekian galeri kali ini. Galeri yang saya harap bisa turut menghidupkan kembali gairah sumpah pemuda yang menemukan momentumnya pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Setelah di awal acara menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia yaitu “Indonesia Raya”, maka di akhir acara, dengan syahdunya, yang juga pesan itu ingin mengingatkan kembali para pemuda akan sumpahnya yang tidak akan melupakan tanah airnya, kami semua menutupnya dengan mendendangkan lagu “Tanah Airku”. Salam pemuda.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Total Tayangan Halaman

Popular Post

- Copyright © MBB -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -