Selasa, 25 Oktober 2022

Kesehatan Harganya Mahal

Kesehatan Harganya Mahal

2022 adalah pertama kalinya saya menulis tentang kesehatan. Sebenarnya saya sendiri juga orang yang termasuk biasa saja urusan kesehatan, yang penting masih bisa bernafas saja itu sudah sehat bagi saya. Bahkan saya termasuk orang yang tidak ke rumah sakit kecuali jika sakitnya sudah sangat parah sekali. Bahkan bisa dibilang saya terakhir ke rumah sakit untuk khitan. Mungkin itu karena memang saya males urusan kesehatan atau juga khawatir bayarnya mahal.

Tidak berlebihan judul “Kesehatan Harganya Mahal”, jika tidak percaya maka silahkan datanglah ke rumah sakit, juga datanglah ke fakultas kesehatan maupun fakultas kedokeran, pasti anda akan mendapati semuanya mahal. Karena itulah maka mencegah lebih baik dari pada mengobati. 

Namun karena ada wabah Covid 19 yang menggemparkan dunia hingga menyadarkan pentingnya kesehatan kepada warga dunia, maka saya juga ingin mengingatkan dan berbagi akan pentingnya kesehatan untuk semua pembaca yang budiman. Tentu saja saya hanya berbagi pengalaman atas apa yang sudah saya alami selama ini. Tulisan ini sedikit terlambat namun dari pada tidak sama sekali.

Pertama: Antara diam dan bergerak

Saya mengalami sendiri perbedaan sering diam dan sering bergerak. Ternyata tubuh lebih enak saat bergerak. Mungkin bergerak inilah maksud atau nama lain dari olahraga. Saat saya jarang atau bahkan tidak pernah bergerak dalam jangka waktu yang lama, maka saya sering capek ketika bahkan hanya menggerakan tubuh beberapa menit saja. Namun setelah saya rutin bergerak, minimal jalan kaki, maka saya mulai tidak capekan atau tidak mudah lelah meskipun bergerak agak lama. Mungkin itu sebabnya sebelum ibadah haji atau umroh segenap calon jama’ah haji diminta untuk latihan jalan kaki lebih intens (manasik) agar saat di Makkah maupun Madinah tidak cepat lelah saat ibadah. Terlebih ibadah thawaf maupun berjalan dari hotel menuju masjid. Sebab ini pula bagi yang rajin shalat sunnah akan lebih sehat pula. Karena bagaimanapun di dalam shalat juga ada gerakan di dalamnya yang tentu saja juga bermanfaat untuk dirinya sendiri.

Kedua: Antara banyak minum dengan sedikit minum

Dosen saya yang juga mengajar di fakultas kesehatan UIN Jakarta dalam pernyataanya mengatakan bahwa “kenapa saya awet muda dan masih sehat seperti ini dibandingkan dengan teman seangkatan saya? Itu karena saya banyak minum.” Dari pernyataan inilah saya akhirnya sering minum. Dan memang betul, secara susunan atau kandungan tubuh manusia memang terdiri dari 70 persen air. Apalagi air yang diminum adalah air zamzam, maka sudah barangtentu itu lebih bagus lagi khasiatnya untuk tubuh. Kita tahu Nabi Muhammad SAW juga bahkan dibersihkan dengan air zamzam, karena itu tidak berlebihan jika orangtua kita menganjurkan untuk berlama-lama tinggal di kota suci Makkah yang salahsatunya agar kita sering minum dan mandi dengan air zamzam yang tidak akan pernah kering hingga akhir zaman.

Ketiga: Antara puasa dengan pilih-pilih makan

Sumu tasihhu, berpuasalah maka kamu sehat” begitulah anjuran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, jika ada penyakit tertentu atau penyakit apapun memang obatnya puasa. Mungkin karena itulah banyak dokter yang menerjemahkan hadits Nabi ini dengan mengatakan “jangan makan ini, jangan makan itu, nggak boleh ini, nggak boleh itu” padahal intinya adalah larangan untuk makan atau minum. Nah, saya juga melakukan terapi puasa dan Alhamdulillah tubuh tetap sehat.

Keempat: Pilih-pilih makanan dan minuman dengan sakit kemudian

Ternyata, seperti kebutuhan sandang, terkadang sebuah pakain tidak cocok kita gunakan, misalnya kebesaran, kekecilan, warna tidak cocok atau alasan lainnya. Nah, sebenarnya sama dengan kebutuhan pangan. Tidak semua makanan cocok untuk tubuh kita. Apalagi sudah tidak cocok berlebih pula mengkonsumsinya, itu jelas bunuh diri.

Orangtua zaman dulu sering menasehati “jangan makan brutu (pantat ayam)”. Ini adalah salah satu bukti tidak langsung bahwa orangtua kita juga sebenarnya menganjurkan “pilih-pilih” makanan dan tentu saja tidak berlebihan. Dari pada sakit kemudian lebih baik pilih-pilih makanan dan makan secukupnya. Dalam nilai islam dikatakan bahwa “makanlah sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang”. Dalam bahasa ahli gizi, hal ini mungkin anjuran untuk memperhatikan kebutuhan kalori. Dalam nilai yang lain dikatakan “sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk nafas.” Inilah diantara prinsip-prinsip kesehatan yang perlu diperhatikan karena bagaiamanpun Nabi pernah bersabda bahwa “perut adalah sumber segala penyakit dan puasa adalah obatnya”.

Kelima: Antara meremehkan matahari dengan mencari manfaat lain dari makanan

Yang terakhir mungkin saya ingin mengingatkan keajaiaban sinar matahari yang kaya vitamin D khususnya di waktu pagi (utamanya antara pukul 08.00-10.00). Baru setelah Covid 19 mencuat, semua orang disadarkan akan pentingnya matahari untuk kebutuhan tubuh manusia. Sebenarnya tidak perlu dirinci proses turunnya manfaat sinar matahari kepada tubuh manusia itu bagaimana, kita sudah cukup jelas melihat tumbuhan saja bagus pertumbuhannya dengan bantuan sinar matahari, maka manusia pun seharusnya demikian adanya.


Sejak Covid 19 orang tidak sungkan lagi untuk sekedar berjemur ria di pagi hari. Baik dalam keadaan sehat maupun keadaan sakit. Pemandangan manusia berjemur ini bahkan tetap ada hingga saat tulisan ini ditulis (27 Juli 2022). Inilah salah satu hikmah covid 19, yaitu menyadarkan akan pentingnya sinar matahari di waktu pagi.

Semoga kita semua bisa mengindahkan “syariat sehat” sebelum terlambat. Karena bagaimanapun Gus Dur juga terbilang terlambat atau bahkan tidak mengindahkan syariat sehat sehingga menyebabkan beliau bertambah sakit. Tentu saja hal ini harus dijadikan pelajaran bagi kita semua. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar