Tampilkan postingan dengan label Tourism. Tampilkan semua postingan
Satu Minggu liburan di Bali
Sudah lama sekali saya ingin mengunjungi pulau Dewata Bali.
Desa di Indonesia yang berhasil memaksimalkan wisata sebagai penghasilan utama salah satunya ada di pulau Bali. Dianjurkan pada musim panas jika ingin datang ke pulau ini, kemudian membawa makanan untuk monyet-monyet di Sangeh, bawa kacamata anti silau, termasuk bawa uang yang cukup untuk memborong oleh-oleh di Joger, dll.
Tepat hari Selasa tanggal 9
Juli 2019
pukul 01.00 kami menyebrang ke pulau Bali melalui pelabuhan Ketapang yang dekat Paiton Probolinggo Jawa Timur, daerah yang terkenal
sebagai
pusat distribusi listrik di kawasan Jawa dan Bali. Perlu diketahui bahwa
setelah menyebrang maka jam di Hp kita akan berubah secara otomatis dari
WIB (waktu Indonesia Barat) menjadi WIB yakni waktu Indonesia Bali alias WITA. Selisihnya menjadi maju 1 jam. Adapun jika menyebrang dari Bali ke Jawa
maka menjadi mundur 1 jam.
![]() |
RM di Terdekat Pelabuhan Ketapang |
Penyebrangan tidak memerlukan waktu yang lama, kurang lebih hanya 30
menit saja. Setelah menyebrang, kami melanjutkan perjalanan ketujuan tempat
wisata pertama yaitu Tanah Lot. Dalam
perjalan
menuju ke sana, kami mampir ke rumah makan terlebih dahulu
untuk makan pagi dan mandi, kira-kira dari jam 09.00-11.00 lamanya. Kemudian
baru menuju Tanah Lot yang perjalanan hanya butuh waktu 15 menit saja dari sana.
![]() |
RM Dekat Tanah Lot |
Di Tanah Lot kami menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam
karena sekalian makan siang. Tanah Lot
sendiri artinya Tanah Keras. Tempat ini begitu menawan. Mata benar-benar
dimanjakan oleh deburan air laut dengan gumpalan tanah yang mengeras.
Setelah menikmati indahnya
Tanah Lot, kami melanjutkan perjalanan ke Joger yang hanya membutuhkan waktu 2 jam dari Tanah Lot. Sebenarnya
sebelum ke Joger kami ingin ke Bedugul terlebih dahulu, namun karena
akses jalan menuju ke sana sedang ada perbaikan maka kami langsung ke Joger. Di Joger uang harus banyak karena banyak
sekali oleh-oleh yang cukup menarik, seperti jam tangan, sandal, baju, dll.
Kami di sini cukup lama karena juga sekalian shalat, yaitu sampai pukul 17.10
WITA.
![]() |
Area Depan Joger |
Dari Joger kami menuju hotel Maha Jaya untuk melaksanakan kegiatan Capasuity Building (CB). Sampai di Hotel kami
langsung ishoma kemudian mengikuti kegiatan CB hingga pukul 23.20 WITA. Selanjutnya tibalah saatnya untuk istirahat dengan nyaman
(maklum karena selama perjalanan duduk di bus rasanya pada copot badannya
hehehe).
Pagi yang sejuk
pun menghampiri kami. Tepat hari Rabu tanggal 10 Juli 2019 pukul 08.40 WITA
kami berangkat ke pantai Kuta (baca: Kute).[1] Perjalanan dari hotel menuju Kuta
hanya membutuhkan waktu 1 jam saja. Dalam perjalan menuju pantai ini, ternyata
bus hanya diperbolehkan setengah jalan saja yang kemudian kami diharuskan naik
angkot Bali yang berwarna biru tua. Ini sedikit mirip dengan gunung
Bromo yang mana bus bahkan mobil pribadi dilarang masuk kawasan wisata dan
diharuskan menyewa mobil jip.
Dari pantai Kuta,
kami melanjutkan ke pusat oleh-oleh Krisna yang jaraknya hanya 15 menit
dari pantai Kuta. Di sini kami hingga pukul 13.15 karena sekalian ishoma. Banyak
barang yang menarik di sini, karena itu juga harus siap uang wkwkwk.
![]() |
Depan Pusat Oleh-Oleh Krisna |
Dari Krisna,
kami melanjutkan perjalanan ke objek wisata Tanjung Benoa[2].
Di sini tersedia permainan yang keren dan tentunya mahal. Seperti banana boat, snorkeling, jetski, flying
fish, dll. Di sini juga ada penangkaran kura-kura yang tiket masuknya
seharga 60 ribu. Uang 60 ribu tersebut sudah termasuk biaya naik kapal. Hal itu
karena kita harus naik kapal terlebih dahulu menuju pulau yang dipakai untuk
budidaya kura-kura.
![]() |
Pantai Tanjung Benoa |
Di Tanjung Benoa kami menghabiskan waktu dari
pukul 14.10-15.30. setelah itu kami menuju pantai Pandawa[3]
yang jarak tempuhnya kurang lebih memakan waktu 30 menit dari Tanjung Benoa. Di
Pandawa pemandangannya tidak kalah eksotis dari pantai Kuta
ataupun Tanah Lot. Tebing kapur yang menghimpit jalan membuat atmosfer di sana
beitu megah dan mempesona.
![]() |
Area Parkir Pantai Pandawa |
Di Pandawa kami cukup lama, yakni dari pukul 16.00 hingga mau masuk waktu
Isya’. Hal ini karena setelah menikmati pantai Pandawa, kami menonton
pertunjukan tari Kecak.
Dari Pandawa,
kami kembali ke hotel untuk ishoma. Pagi harinya yaitu Kamis, 11 Juli 2019 kami
chek out dari hotel dan menuju tempat wisata Sangeh[4].
Tempat ini adalah hutan yang dihuni oleh monyet. Karena itu sebaiknya anda
kalau berjalan sendiri silahkan membawa makanan untuk moyet namun jika rombongan
maka sebaiknya anda berjalan paling belakang karena para monyet akan mendekat
anda berharap dikasih makanan atau bahkan merebut makanan.
Di Sangeh kami
cukup lama juga, kemudian tepat pukul 11.00 WITA kami melanjutkan perjalanan ke
pusat oleh-oleh Cening Bagus yang sekaligus kami melakukan ishoma
sebelum kemudian kami pulang ke Pekalongan. Btw dari tadi selalu ada aja ya pusat oleh-oleh? wkwkwk
And the last
moment, di sore hari pukul 17.30 WITA kami
berjalan menuju pelabuhan menikmati tenggelamnya matahari dan indahnya
kapal-kapal yang berlayar. Penasaran saya pun terobati ketika mengetahui bagaimana
Kapal mengangkut bus se penumpangnya untuk menyebrang. Yang jelas kapal itu
memang “sesuatu banget”, alhamdulillah juga kita termasuk negara maritim. Mungkin itu saja dulu yang bisa saya bagikan pengalaman
saya di pulau dewata Bali selama kurang lebih 5 hari. Karena bagaimanapun masih banyak objek
wisata yang belum saya kunjungi karena saking banyaknya objek wisata di pulau
ini, seperti candi Uluwatu, candi Taman Ayun, air terjun Nungnung, pantai
Canggu, dll. Sampai jumpa.
[1] Kuta Beach is located in the south of Bali
Island, 1,5 km from Ngurah Rai Airport Bali which can be reached by just 5
minutes or 20 minutes from downtown Denpasar. Kuta Beach has a beach length of
about 1.500 meters.
Formerly Kuta and Kuta Beach is a fishing village
whose existence is very quiet. Which is also used as a commercial and maritime
port for the kongdoms of Bali. Now it has turned into an internasional small
town complete with facilities and infrastructure supporting tourism. The beach
is white sand along the length of approximately 4 km is favored by tourists to
sunbathe, enjoy the sunset or surf and swimming.
[2] Tanjung Benoa is located in the northern
side of BTDC Nusa Dua area, including in Tanjung Benoa Sub-District, Badung
Regency. Tanjung Benoa is a name of beach with narrow tip. The distance to the
beach about 12 kms from Ngurah Rai Airport, approximately 30 minutes drive by
motor vehicles.
East coast line of Tanjung Benoa beach is a beautiful
white sandy beach as aplace to watch the sunrise and often used for swimming
and various water tourism activities. Water ride facilities availabe here
include snorkeling, Sea Walker, Banana Boat, Parasailing, Wakerboard, Waterski,
Jetski, Scuba Diving, Rolling Donut, Flying Fish, Glassbottom Both & Turtle
Island, sailing boat with the bottom is completed whith clear glass and
watchvarious life under the sea.
[3] Pandawa Beach may still sound unfamiliar
and not-so-famous for today. But this beach has a millions charms that have not
been exposed and are still squeezed by limestone cliffs. Situated in the
village of Kutuh, Sub-District of South Kuta, Badung Regency, it is located
approximately 3 km from the tourist area of Nusa Dua and Uluwatu Temple.
Originally, Pandawa Beach is known as the Secret
Beach, because it’s hidden behind a row of rocky hills which is just overgrown
by bushes. But now access to get there is easier to follow by motor vehicles.
Road access are internasionally made by splitting towering limestone hills
creating the view around the beach being very exotic. By the beaches, the
limestone cliffs are perforated and engraved with beautiful sculpture
characters as the place of the Five Pandavas in the Mahabharata story.
[4] Sangeh village is located approximately 25
km from Denpasar City and can be reached about 30 minutes. This area is located
in Sangeh Village, Abiansemal Sub-District, Badung Regency.
Forest Sangeh or often called Forest Forest is known
for forest area of 13 hectares more is dominated by nutmeg trees and the
majority of residents are long-tailed gray monkeys (macana fascicularis).
Based on mythology, the name Sangeh consists of two
words, namely “Sang” meaning “Person” and “Ngeh” meaning “Seeing”. So Sangeh
can be interpreted as people who see. According to legend, the forest now
called Sangeh happens when a princess of the Gods from Gunung Agung wants to
move to Mengwi. At night wiith him also walked the nutmeg forest to accompany
the goddess. But in the middle of the journey there are people who see the
movement, then stop the forest there until now. The goddess is then referred to
as the berstana at Pura Bukit Sari, pretending in the forest of Sangeh while
his solidiers are cursed to be monkeys who remain faithful to accompany the
Goddess in the forest.
MAZHAB JAKARTA: SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN I)
Selasa, 07 November 2017
Posted by Cak_Son
Tag :
Destinations,
Tourism
MAZHAB JAKARTA:
SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN I)
Kali
ini saya akan menuliskan pengalaman saya selama studi di mazhab Jakarta. Meski
tidak semuanya, tetapi setidaknya tulisan ini bisa menambah cakrawala bagi para
pembaca. Dengan
tulisan ini, diharapkan nantinya bisa dipakai para pembaca setia blog saya
untuk keperluan studi penelitan lapangan, untuk peta yang memudahkan langkah perjalanan
atau hanya sebatas untuk bacaan memperluas cakrawala kehidupan. Oleh sebab itu,
dalam bahasa Gadamerian, tulisan ini juga bisa diberi judul ME ERLOBEN
JAKARTA SCHOOL yang dalam bahasa Inggrisnya: MY
EXPERIENCE IN JAKARTA SCHOOL. Adapun dalam bahasa Indonesianya: PENGALAMANKU
DI MAZHAB JAKARTA. Hal itu karena tulisan ini
memang bernuansa nostalgia dan syarat akan historis filosofis.
Karena
itulah, maka suatu saat, entah 10 tahun kedepan atau beberapa tahun kedepan, atau bahkan satu bulan kedepan bisa saja tempat-tempat yang saya sebutkan di sini, termasuk gambar-gambar
pendukungnya, bisa jadi akan berubah meskipun esensinya tidak. Baik berubah
dari segi bentuk (arsitektur) karena mungkin adanya renovasi ataupun berubah dari
segi fungsi karena inovasi atau adanya kebijakan baru ataupun tata kelola yang baru, dsb.
Karena bagaimanapun, memang kata “perubahan” di Ibu kota selalu terjadi, bahkan
perubahan tersebut bisa terjadi secara massif.
Jakarta:
Kota yang Tak Pernah Padam
Di tempat yang menarik ini setidaknya bisa saya uraikan beberapa objek yang
harus dikunjungi, setidaknya satu kali selama proses studi atau sebatas
perjalanan wisata alam, wisata budaya, wisata bahari ataupun wisata religi.
Saya bahkan menyarankan untuk tetap harus berkunjung meski anda hanya sedang
melakukan kunjungan singkat di Jakarta. Setidaknya ada 15 objek yang akan saya
kemukakan untuk anda.
Objek-objek
tersebut diantaranya:
1. Sekolah
Pascasarjana UIN Jakarta,
2. Majlis
Rasulullah,
3. TIM:
yang mempesona namun juga bisa nampak sederhana,
4. WARKOP:
warung yang tak pernah sepi,
5. Pesantren
Mahasiswa,
6. Daar,
7. Masjid
“Takjil”: idola tempat ngabuburit mahasiswa,
8. PSQ:
Pesantren Pengkader Mufassir Ala Prof. Quraish Shihab,
9. Makam
Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang,
10.
Makam Ulama’ Luar Batang,
11.
Makam K.H. Syafi’i Khazami,
12. Dll
Berikut
deskripsi singkat terkait objek yang sudah disebut di atas:
1.
SPs UIN Jakarta
Tempat ini menarik. Ada taman yang memanjakan mata. Ada "semacam instrumen" yang memanjakan telinga. Ada juga ujian hampir setiap harinya yang bisa ditonton oleh siapa saja, dsb.
2.
TIM: yang Mempesona Namun Juga Bisa Nampak Sederhana
Sebagaimana
judul di atas, bahwa Taman Ismail Marzuki (TIM) bisa terlihat mempesona
Namun TIM juga
bisa nampak sederhana, artinya semua tergantung panitia penyelenggara
TIM yang
sederhana bisa dilihat dan dirasakan atmosfernya misalnya ketika ada acara Cak Nun, Maiyahan
Adapun TIM yang
mempesona misalnya bisa dirasakan ketika melibatkan unsur isu dan tokoh-tokoh
negara
Potret yang sederhana
itu bisa dibaca di sini
Adapun potret
yang mempesona bisa dirasakan di sini.
3.
Majlis Rasulullah
Nampak berdiri
diantara deretan gedung-gedung kaca raksasa
Bangunan yang biasa disebut dengan “Majlis” untuk dzikir bersama.
4.
WARKOP: Warung yang Tak Pernah Sepi
Tempat ini punya menu sederhana, semisal gorengan tahu, bubur
kacang hijau, mie telor, atau bahkan hanya segelas minuman cepat saji.
Tempat ini
menawarkan pelayanan profesional tingkat tinggi. Konsep warung ini cukup mampu
menampilkan kesan profesional untuk sebuah warung kopi (WARKOP), baik dari segi
pelayanan ataupun ragam menu yang ditawarkan, maka wajar saja jika tempat ini
tidak pernah sepi pembeli.
Tempat ini juga
tempat untuk bernostalgia para mahasiswa. Tempat mengenang apa yang baru saja terjadi beberapa
waktu yang lalu. Kenangan yang baru saja terjadi bersama dosen, kejadian unik
menggelitik bersama teman sebaya, dsb. Tempat ini benar-benar istimewalah pokoknya untuk mahasiswa.
5.
Pesantren Mahasiswa
Ya kuliah ya nyantri, kurang apa coba?
Nakalnya santri apa sih? Paling ketiduran nggak ngaji. hehehe
Ayo Mondok!
Daar *
Mahasiswa tentu saja ada yang sambil nyantri namun juga ada yang milih ngekos saja. Kosan ini terletak dekat fakultas Kedokteran UIN Jakarta, kira-kira 100 langkah dari sana.
MAZHAB JAKARTA: SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN II)
Posted by Cak_Son
Tag :
Destinations,
Tourism
MAZHAB
JAKARTA: SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN II)
Sebelum melanjutkan
deskripisi objek yang lumayan banyak tersebut, alangkah baiknya jika saya menjelaskan
terlebih dahulu transportasi “tersimpel” yang bisa digunakan untuk menuju Jakarta
sebelum nantinya anda dikemudian hari bisa meluangkan waktu untuk sekedar melihat
atau bertadabur ria objek-objek tersebut. Adapun diantara tranportasi tersebut adalah Koantas Bima dan Dewi Sri.
Banyak Jalan
Menuju Ibu Kota
“Banyak jalan
menuju Roma.” Ya. Ungkapan ini sangat tepat dijadikan kalimat pembuka untuk
mendeskripsikan bagaimana kita harus menuju ke madzhab Jakarta. Utamanya sekali
jika pribahasa tersebut cukup dimaknai secara denotatif saja. Segala bentuk
transportasi sudah tersedia di tempat ini. Karena bagaimanapun kota ini adalah
ibu kota NKRI. Sebuah tempat yang menjadi pusat berputarnya ekonomi. Segala
dimensi kehidupan sosial juga berkembang pesat di sini. Namun kali ini saya
ingin menyarankan beberapa angkutan umum yang perlu dicoba bagi kalian yang
sedang ingin menuju madzhab Jakarta ataupun ingin pergi ke ibu kota Indonesia.
Diantara transportasi
tersebut adalah bus Koantas Bima dengan warna khasnya yaitu perpaduan kuning hijau, APTB
dengan warna birunya, dan juga Dewi
Sri dengan warnanya yang susah untuk saya uraikan di tempat ini. Adapun jika ingin naik kereta maka bisa naik kereta Matarmaja, dll. Kali
ini saya hanya ingin menyarankan bagi kalian yang berangkatnya dari Jawa Tengah
atau Jawa Timur saja. Jika anda dari Jawa Tengah seperti kota Pekalongan,
Batang, Tegal, Pemalang, Brebes, dan mungkin sebagain kecil wilayah Cirebon,
maka anda bisa naik bus Dewi Sri (dengan tarif 80.000). Jika anda sudah
memutuskan naik bus ini, maka anda akan mendapat opsi turunnya di Tanah Abang
atau Slipi. Biasanya saya lebih memilih turun di Slipi kemudian naik bus
Koantas Bima. Dengan tarif 4.000 rupiah kita bisa langsung berangkat dari Slipi
dan turun langsung depan kamus UIN Jakarta. Adapun yang ingin naik kereta api Matarmaja
maka anda bisa turun di stasiun Tanah Abang lalu kemudian naik bus Koantas Bima
dan langsung turun depan kamus UIN Jakarta. Harganya juga sama, 4.000 rupiah
saja. Atau juga turun stasiun pasar senen kemudian naik bus APTB (tarifnya lebih
murah dari Koantas Bima, cuma 3.000 rupah). Tapi jika masih pertama kali naik
bus APTB anda akan direpotkan dengan sistem yang ada. Hehehe
![]() |
Slipi: Tempat Dewi Sri Transit |
Jika anda sudah
melihat patung Pancoran, maka kira-kira 2 menit dari tugu itu anda akan sampai
di Slipi. Setelah sampai di Slipi (biasanya supir bus akan bilang
“Slipi-Slipi...” maka langsung saja turun dan jalan kira-kira 30 langkah kaki
dari situ menuju ke tempat menunggu bus Koantas Bima. Kira-kira jam 3.30 pagi
bus ini petama kali beroprasi. Oleh karenanya, jika anda sampai di Silipi jam 3
pagi maka terpakasa harus menunggu sedikit saja. Sambil mendengarkan radio Jakarta juga bagus disela-sela menunggu bus datang.
![]() |
Koantas Bima Menunggu Penumpang di Slipi |
Setelah bus
datang maka silahkan naik dan langsung turun depan kampus UIN Jakarta, Bayarnya
Cuma 4.000 rupiah saja. Wenak kan? Kira-kira dari Slipi ke UIN memakan waktu 20
menit.
Sampai depan UIN langsung menuju masjid UIN untuk shalat dsb, atau bisa saja langsung menuju ke tempat yang anda
tuju, namun bagi saya itu kurang afdal. Hehehe
![]() |
Trotoar Tempat Menunggu Bus Koantas Bima di Slipi |
Opsi lainnya
adalah dari Slipi ke UIN-nya anda bisa naik ojek online. Hal itu jika anda tipe
orang yang tidak mau menunggu, tapi harganya saya tidak tahu, soalnya belum
pernah mencoba. Hehehe sekali lagi saya katakan “banyak jalan menuju Jakarta”,
jadi kalau mau naik kereta yang harus beli satu minggu sebelum hari perjalanan
anda, atau naik apapun terserah anda, yang terpenting adalah angkutan yang saya
sarankan ini (Dewi Sri dan Koantas Bima) adalah yang menurut saya paling
simpel, enak lagi murah. Hehehe
7. Masjid
“Takjil”: idola tempat ngabuburit mahasiswa
Masjid untuk
setiap muslim sebagai fitrahnya adalah tempat yang nyaman
Masjid juga
seharusnya tempat menyelesaikan segala bentuk persoalan
Persoalan
pendidikan, sosial, politik bahkan untuk merancang strategi peperangan
Semua fungsi
masjid itu terekam oleh sejarah bahkan termaktub dalam al-Qur’an
Oleh karena
itu, tidak berlebihan sikap mahasiswa yang ngabuburit ke Masjid
Selain mengisi
waktu luang, penghematan, juga untuk proses menjadi lebih Abid
Di mazhab
Jakarta setidaknya ada dua masjid yang jadi tempat favorit ngabuburit mahasiswa
Kedua masjid
ini adalah tempat “tongkrongan” ternyaman mahasiswa pada bulan puasa
Pertama adalah
masjid al-Ikhlas yang menunya sedang tapi tetap banyak peminatnya
Hal itu mungkin
karena masjid ini berada tepat di belakang kampus UIN Jakarta
Sehingga ketika
kegiatan kampus selesai biasanya mahasiswa mampir ke masjid ini dulu
![]() |
Masjid al-Ikhlas nampak dari Depan |
![]() |
Mahasiswa Menunggu Adzan Magrib di Masjid al-Ikhlas |
Sebelum
kemudian pulang ke kosan yang terkadang dengan pegang air gelas sambil berlalu
Adaapun yang
kedua adalah masjid Pertamina yang menunya cukup mempesona
Sesuai namanya,
masjid ini sedikit lebih istimewa karena “bagian dari negara”
Masjid ini
tujuan utama santri mahasiswa yang nyantrinya tidak jauh dari komplek Pertamina
Semua santri
mahasiwa yang nyantri dekat komplek ini menjadikan masjid ini idolanya
Selain karena
dekat, acaranya singkat, juga karena cukup nyaman teknisnya
![]() |
Warga Sedang Menunggu Adzan Magrib di Masjid Pertamina |
Selain itu juga
cukup mengenyangkan porsinya dan lengkap jaburan/jajannya.
![]() |
Mahasantri Buka Bersama di Masjid Pertamina (Taqwa) |
. . .

Kota ini terletak di jalur Pantura
yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berjarak 101 km
sebelah barat Semarang, atau 384 sebelah timur Jakarta.
Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik, karena batik Pekalongan
memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan
perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area
pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain
itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut,
seperti ikan asin,
terasi,
sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah
tangga.
Transportasi di kota ini pun sudah cukup
berkembang, karena terdapat terminal besar, stasiun, dan taksi. Makanan khas
Pekalongan adalah Megono,
yakni irisan nangka dicampur dengan sambal bumbu kelapa. Makanan ini umumnya
dihidangkan saat masih panas dan dicampur dengan petai dan ikan bakar sebagai
menu tambahan. Selain Megono juga ada Taoto, makanan ini seperti halnya soto,
namun ada titik beda baik penampilan ataupun rasa, lebih enak Taoto dimakan
dengan lontong disiang hari.
Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa
religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat
tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain misalnya: syawalan, sedekah bumi,
maulidan besar-besaran dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan
tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa yang
memecahkan rekor MURI
oleh wali kota
untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung.