Tampilkan postingan dengan label Tourism. Tampilkan semua postingan

Satu Minggu liburan di Bali

Selasa, 30 Juli 2019
Posted by Cak_Son
Satu Minggu liburan di Bali
Sudah lama sekali saya ingin mengunjungi pulau Dewata Bali
Desa di Indonesia yang berhasil memaksimalkan wisata sebagai penghasilan utama salah satunya ada di pulau Bali. Dianjurkan pada musim panas jika ingin datang ke pulau ini, kemudian membawa makanan untuk monyet-monyet di Sangeh, bawa kacamata anti silau, termasuk bawa uang yang cukup untuk memborong oleh-oleh di Joger, dll. 
Tepat hari Selasa tanggal 9 Juli 2019 pukul 01.00 kami menyebrang ke pulau Bali melalui pelabuhan Ketapang yang dekat Paiton Probolinggo Jawa Timur, daerah yang terkenal sebagai pusat distribusi listrik di kawasan Jawa dan Bali. Perlu diketahui bahwa setelah menyebrang maka jam di Hp kita akan berubah secara otomatis dari WIB (waktu Indonesia Barat) menjadi WIB yakni waktu Indonesia Bali alias WITA. Selisihnya menjadi maju 1 jam. Adapun jika menyebrang dari Bali ke Jawa maka menjadi mundur 1 jam.  
RM di Terdekat Pelabuhan Ketapang
Penyebrangan tidak memerlukan waktu yang lama, kurang lebih hanya 30 menit saja. Setelah menyebrang, kami melanjutkan perjalanan ketujuan tempat wisata pertama yaitu Tanah Lot. Dalam perjalan menuju ke sana, kami mampir ke rumah makan terlebih dahulu untuk makan pagi dan mandi, kira-kira dari jam 09.00-11.00 lamanya. Kemudian baru menuju Tanah Lot yang perjalanan hanya butuh waktu 15 menit saja dari sana. 
RM Dekat Tanah Lot
Di Tanah Lot kami menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam karena sekalian makan siang. Tanah Lot sendiri artinya Tanah Keras. Tempat ini begitu menawan. Mata benar-benar dimanjakan oleh deburan air laut dengan gumpalan tanah yang mengeras.
Adapun berikut ini adalah beberapa potret keindahan Tanah Lot. 
Pemandangan Pantai Tanah Lot
Setelah menikmati indahnya Tanah Lot, kami melanjutkan perjalanan ke Joger yang hanya membutuhkan waktu 2 jam dari Tanah Lot. Sebenarnya sebelum ke Joger kami ingin ke Bedugul terlebih dahulu, namun karena akses jalan menuju ke sana sedang ada perbaikan maka kami langsung ke Joger. Di Joger uang harus banyak karena banyak sekali oleh-oleh yang cukup menarik, seperti jam tangan, sandal, baju, dll. Kami di sini cukup lama karena juga sekalian shalat, yaitu sampai pukul 17.10 WITA. 
Area Depan Joger
Dari Joger kami menuju hotel Maha Jaya untuk melaksanakan kegiatan Capasuity Building (CB). Sampai di Hotel kami langsung ishoma kemudian mengikuti kegiatan CB hingga pukul 23.20 WITA. Selanjutnya tibalah saatnya untuk istirahat dengan nyaman (maklum karena selama perjalanan duduk di bus rasanya pada copot badannya hehehe).
Pagi yang sejuk pun menghampiri kami. Tepat hari Rabu tanggal 10 Juli 2019 pukul 08.40 WITA kami berangkat ke pantai Kuta (baca: Kute).[1] Perjalanan dari hotel menuju Kuta hanya membutuhkan waktu 1 jam saja. Dalam perjalan menuju pantai ini, ternyata bus hanya diperbolehkan setengah jalan saja yang kemudian kami diharuskan naik angkot Bali yang berwarna biru tua. Ini sedikit mirip dengan gunung Bromo yang mana bus bahkan mobil pribadi dilarang masuk kawasan wisata dan diharuskan menyewa mobil jip. 
Di Kuta, deburan ombaknya cukup bagus untuk bermain surfing. 
Pemandangan Pantai Kuta
Dari pantai Kuta, kami melanjutkan ke pusat oleh-oleh Krisna yang jaraknya hanya 15 menit dari pantai Kuta. Di sini kami hingga pukul 13.15 karena sekalian ishoma. Banyak barang yang menarik di sini, karena itu juga harus siap uang wkwkwk. 
Depan Pusat Oleh-Oleh Krisna
Dari Krisna, kami melanjutkan perjalanan ke objek wisata Tanjung Benoa[2]. Di sini tersedia permainan yang keren dan tentunya mahal. Seperti banana boat, snorkeling, jetski, flying fish, dll. Di sini juga ada penangkaran kura-kura yang tiket masuknya seharga 60 ribu. Uang 60 ribu tersebut sudah termasuk biaya naik kapal. Hal itu karena kita harus naik kapal terlebih dahulu menuju pulau yang dipakai untuk budidaya kura-kura. 
Pantai Tanjung Benoa
 
 Di Tanjung Benoa kami menghabiskan waktu dari pukul 14.10-15.30. setelah itu kami menuju pantai Pandawa[3] yang jarak tempuhnya kurang lebih memakan waktu 30 menit dari Tanjung Benoa. Di Pandawa pemandangannya tidak kalah eksotis dari pantai Kuta ataupun Tanah Lot. Tebing kapur yang menghimpit jalan membuat atmosfer di sana beitu megah dan mempesona. 
Area Parkir Pantai Pandawa
Di Pandawa kami cukup lama, yakni dari pukul 16.00 hingga mau masuk waktu Isya’. Hal ini karena setelah menikmati pantai Pandawa, kami menonton pertunjukan tari Kecak.
Pertunjukan Tarian Kecak yang dimulai dari pukul 17.10
Dari Pandawa, kami kembali ke hotel untuk ishoma. Pagi harinya yaitu Kamis, 11 Juli 2019 kami chek out dari hotel dan menuju tempat wisata Sangeh[4]. Tempat ini adalah hutan yang dihuni oleh monyet. Karena itu sebaiknya anda kalau berjalan sendiri silahkan membawa makanan untuk moyet namun jika rombongan maka sebaiknya anda berjalan paling belakang karena para monyet akan mendekat anda berharap dikasih makanan atau bahkan merebut makanan.  
Di Sangeh kami cukup lama juga, kemudian tepat pukul 11.00 WITA kami melanjutkan perjalanan ke pusat oleh-oleh Cening Bagus yang sekaligus kami melakukan ishoma sebelum kemudian kami pulang ke Pekalongan. Btw dari tadi selalu ada aja ya pusat oleh-oleh? wkwkwk
And the last moment, di sore hari pukul 17.30 WITA kami berjalan menuju pelabuhan menikmati tenggelamnya matahari dan indahnya kapal-kapal yang berlayar. Penasaran saya pun terobati ketika mengetahui bagaimana Kapal mengangkut bus se penumpangnya untuk menyebrang. Yang jelas kapal itu memang “sesuatu banget”, alhamdulillah juga kita termasuk negara maritim. Mungkin itu saja dulu yang bisa saya bagikan pengalaman saya di pulau dewata Bali selama kurang lebih 5 hari. Karena bagaimanapun masih banyak objek wisata yang belum saya kunjungi karena saking banyaknya objek wisata di pulau ini, seperti candi Uluwatu, candi Taman Ayun, air terjun Nungnung, pantai Canggu, dll. Sampai jumpa



[1] Kuta Beach is located in the south of Bali Island, 1,5 km from Ngurah Rai Airport Bali which can be reached by just 5 minutes or 20 minutes from downtown Denpasar. Kuta Beach has a beach length of about 1.500 meters.
Formerly Kuta and Kuta Beach is a fishing village whose existence is very quiet. Which is also used as a commercial and maritime port for the kongdoms of Bali. Now it has turned into an internasional small town complete with facilities and infrastructure supporting tourism. The beach is white sand along the length of approximately 4 km is favored by tourists to sunbathe, enjoy the sunset or surf and swimming.
[2] Tanjung Benoa is located in the northern side of BTDC Nusa Dua area, including in Tanjung Benoa Sub-District, Badung Regency. Tanjung Benoa is a name of beach with narrow tip. The distance to the beach about 12 kms from Ngurah Rai Airport, approximately 30 minutes drive by motor vehicles.
East coast line of Tanjung Benoa beach is a beautiful white sandy beach as aplace to watch the sunrise and often used for swimming and various water tourism activities. Water ride facilities availabe here include snorkeling, Sea Walker, Banana Boat, Parasailing, Wakerboard, Waterski, Jetski, Scuba Diving, Rolling Donut, Flying Fish, Glassbottom Both & Turtle Island, sailing boat with the bottom is completed whith clear glass and watchvarious life under the sea.
[3] Pandawa Beach may still sound unfamiliar and not-so-famous for today. But this beach has a millions charms that have not been exposed and are still squeezed by limestone cliffs. Situated in the village of Kutuh, Sub-District of South Kuta, Badung Regency, it is located approximately 3 km from the tourist area of Nusa Dua and Uluwatu Temple.
Originally, Pandawa Beach is known as the Secret Beach, because it’s hidden behind a row of rocky hills which is just overgrown by bushes. But now access to get there is easier to follow by motor vehicles. Road access are internasionally made by splitting towering limestone hills creating the view around the beach being very exotic. By the beaches, the limestone cliffs are perforated and engraved with beautiful sculpture characters as the place of the Five Pandavas in the Mahabharata story.
[4] Sangeh village is located approximately 25 km from Denpasar City and can be reached about 30 minutes. This area is located in Sangeh Village, Abiansemal Sub-District, Badung Regency.
Forest Sangeh or often called Forest Forest is known for forest area of 13 hectares more is dominated by nutmeg trees and the majority of residents are long-tailed gray monkeys (macana fascicularis).
Based on mythology, the name Sangeh consists of two words, namely “Sang” meaning “Person” and “Ngeh” meaning “Seeing”. So Sangeh can be interpreted as people who see. According to legend, the forest now called Sangeh happens when a princess of the Gods from Gunung Agung wants to move to Mengwi. At night wiith him also walked the nutmeg forest to accompany the goddess. But in the middle of the journey there are people who see the movement, then stop the forest there until now. The goddess is then referred to as the berstana at Pura Bukit Sari, pretending in the forest of Sangeh while his solidiers are cursed to be monkeys who remain faithful to accompany the Goddess in the forest.
MAZHAB JAKARTA: SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN I)
Kali ini saya akan menuliskan pengalaman saya selama studi di mazhab Jakarta. Meski tidak semuanya, tetapi setidaknya tulisan ini bisa menambah cakrawala bagi para pembaca. Dengan tulisan ini, diharapkan nantinya bisa dipakai para pembaca setia blog saya untuk keperluan studi penelitan lapangan, untuk peta yang memudahkan langkah perjalanan atau hanya sebatas untuk bacaan memperluas cakrawala kehidupan. Oleh sebab itu, dalam bahasa Gadamerian, tulisan ini juga bisa diberi judul ME ERLOBEN JAKARTA SCHOOL yang dalam bahasa Inggrisnya: MY EXPERIENCE IN JAKARTA SCHOOL. Adapun dalam bahasa Indonesianya: PENGALAMANKU DI MAZHAB JAKARTA. Hal itu karena tulisan ini memang bernuansa nostalgia dan syarat akan historis filosofis.
Karena itulah, maka suatu saat, entah 10 tahun kedepan atau beberapa tahun kedepan, atau bahkan satu bulan kedepan bisa saja tempat-tempat yang saya sebutkan di sini, termasuk gambar-gambar pendukungnya, bisa jadi akan berubah meskipun esensinya tidak. Baik berubah dari segi bentuk (arsitektur) karena mungkin adanya renovasi ataupun berubah dari segi fungsi karena inovasi atau adanya kebijakan baru ataupun tata kelola yang baru, dsb. Karena bagaimanapun, memang kata “perubahan” di Ibu kota selalu terjadi, bahkan perubahan tersebut bisa terjadi secara massif.
Jakarta: Kota yang Tak Pernah Padam
Kota ini adalah tempat cahaya tidak pernah padam.
Foto di depan UIN Jakarta
Di tempat yang menarik ini setidaknya bisa saya uraikan beberapa objek yang harus dikunjungi, setidaknya satu kali selama proses studi atau sebatas perjalanan wisata alam, wisata budaya, wisata bahari ataupun wisata religi. Saya bahkan menyarankan untuk tetap harus berkunjung meski anda hanya sedang melakukan kunjungan singkat di Jakarta. Setidaknya ada 15 objek yang akan saya kemukakan untuk anda.
Objek-objek tersebut diantaranya:
1. Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta,
2. Majlis Rasulullah,
3. TIM: yang mempesona namun juga bisa nampak sederhana,
4. WARKOP: warung yang tak pernah sepi,
5. Pesantren Mahasiswa,
6. Daar,
7. Masjid “Takjil”: idola tempat ngabuburit mahasiswa,
8. PSQ: Pesantren Pengkader Mufassir Ala Prof. Quraish Shihab,
9. Makam Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang,
10. Makam Ulama’ Luar Batang,
11. Makam K.H. Syafi’i Khazami,
12. Dll
Berikut deskripsi singkat terkait objek yang sudah disebut di atas:
1.      SPs UIN Jakarta
Tempat ini menarik. Ada taman yang memanjakan mata. Ada "semacam instrumen" yang memanjakan telinga. Ada juga ujian hampir setiap harinya yang bisa ditonton oleh siapa saja, dsb. 
Selfi bersama Prof. Komar
2.      TIM: yang Mempesona Namun Juga Bisa Nampak Sederhana
Sebagaimana judul di atas, bahwa Taman Ismail Marzuki (TIM) bisa terlihat mempesona
Namun TIM juga bisa nampak sederhana, artinya semua tergantung panitia penyelenggara
TIM yang sederhana bisa dilihat dan dirasakan atmosfernya misalnya ketika ada acara Cak Nun, Maiyahan
Adapun TIM yang mempesona misalnya bisa dirasakan ketika melibatkan unsur isu dan tokoh-tokoh negara
Potret yang sederhana itu bisa dibaca di sini
Adapun potret yang mempesona bisa dirasakan di sini.
3.      Majlis Rasulullah
Nampak berdiri diantara deretan gedung-gedung kaca raksasa
Bangunan yang biasa disebut dengan “Majlis” untuk dzikir bersama.

4.      WARKOP: Warung yang Tak Pernah Sepi
Tempat ini punya menu sederhana, semisal gorengan tahu, bubur kacang hijau, mie telor, atau bahkan hanya segelas minuman cepat saji.
Tempat ini menawarkan pelayanan profesional tingkat tinggi. Konsep warung ini cukup mampu menampilkan kesan profesional untuk sebuah warung kopi (WARKOP), baik dari segi pelayanan ataupun ragam menu yang ditawarkan, maka wajar saja jika tempat ini tidak pernah sepi pembeli.
Tempat ini juga tempat untuk bernostalgia para mahasiswa. Tempat mengenang apa yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu. Kenangan yang baru saja terjadi bersama dosen, kejadian unik menggelitik bersama teman sebaya, dsb. Tempat ini benar-benar istimewalah pokoknya untuk mahasiswa. 
5.      Pesantren Mahasiswa
Ya kuliah ya nyantri, kurang apa coba? 
Nakalnya santri apa sih? Paling ketiduran nggak ngaji. hehehe
Ayo Mondok!
     Daar *
Mahasiswa tentu saja ada yang sambil nyantri namun juga ada yang milih ngekos saja. Kosan ini terletak dekat fakultas Kedokteran UIN Jakarta, kira-kira 100 langkah dari sana.
*Daar maksudnya adalah kos-kosan. Adapun kata Daar sendiri adalah bahasa Arab yang berarti rumah.

MAZHAB JAKARTA: SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENGALAMAN (BAGIAN II)
Sebelum melanjutkan deskripisi objek yang lumayan banyak tersebut, alangkah baiknya jika saya menjelaskan terlebih dahulu transportasi “tersimpel” yang bisa digunakan untuk menuju Jakarta sebelum nantinya anda dikemudian hari bisa meluangkan waktu untuk sekedar melihat atau bertadabur ria objek-objek tersebut. Adapun diantara tranportasi tersebut adalah Koantas Bima dan Dewi Sri.
Banyak Jalan Menuju Ibu Kota
“Banyak jalan menuju Roma.” Ya. Ungkapan ini sangat tepat dijadikan kalimat pembuka untuk mendeskripsikan bagaimana kita harus menuju ke madzhab Jakarta. Utamanya sekali jika pribahasa tersebut cukup dimaknai secara denotatif saja. Segala bentuk transportasi sudah tersedia di tempat ini. Karena bagaimanapun kota ini adalah ibu kota NKRI. Sebuah tempat yang menjadi pusat berputarnya ekonomi. Segala dimensi kehidupan sosial juga berkembang pesat di sini. Namun kali ini saya ingin menyarankan beberapa angkutan umum yang perlu dicoba bagi kalian yang sedang ingin menuju madzhab Jakarta ataupun ingin pergi ke ibu kota Indonesia.
Diantara transportasi tersebut adalah bus Koantas Bima dengan warna khasnya yaitu perpaduan kuning hijau, APTB dengan warna birunya, dan juga Dewi Sri dengan warnanya yang susah untuk saya uraikan di tempat ini. Adapun jika ingin naik kereta maka bisa naik kereta Matarmaja, dll. Kali ini saya hanya ingin menyarankan bagi kalian yang berangkatnya dari Jawa Tengah atau Jawa Timur saja. Jika anda dari Jawa Tengah seperti kota Pekalongan, Batang, Tegal, Pemalang, Brebes, dan mungkin sebagain kecil wilayah Cirebon, maka anda bisa naik bus Dewi Sri (dengan tarif 80.000). Jika anda sudah memutuskan naik bus ini, maka anda akan mendapat opsi turunnya di Tanah Abang atau Slipi. Biasanya saya lebih memilih turun di Slipi kemudian naik bus Koantas Bima. Dengan tarif 4.000 rupiah kita bisa langsung berangkat dari Slipi dan turun langsung depan kamus UIN Jakarta. Adapun yang ingin naik kereta api Matarmaja maka anda bisa turun di stasiun Tanah Abang lalu kemudian naik bus Koantas Bima dan langsung turun depan kamus UIN Jakarta. Harganya juga sama, 4.000 rupiah saja. Atau juga turun stasiun pasar senen kemudian naik bus APTB (tarifnya lebih murah dari Koantas Bima, cuma 3.000 rupah). Tapi jika masih pertama kali naik bus APTB anda akan direpotkan dengan sistem yang ada. Hehehe
Slipi: Tempat Dewi Sri Transit
Tugu Pancoran
Patung Pancoran Sebagai Tanda Sudah Dekat Slipi
Jika anda sudah melihat patung Pancoran, maka kira-kira 2 menit dari tugu itu anda akan sampai di Slipi. Setelah sampai di Slipi (biasanya supir bus akan bilang “Slipi-Slipi...” maka langsung saja turun dan jalan kira-kira 30 langkah kaki dari situ menuju ke tempat menunggu bus Koantas Bima. Kira-kira jam 3.30 pagi bus ini petama kali beroprasi. Oleh karenanya, jika anda sampai di Silipi jam 3 pagi maka terpakasa harus menunggu sedikit saja. Sambil mendengarkan radio Jakarta juga bagus disela-sela menunggu bus datang.
Koantas Bima Menunggu Penumpang di Slipi
Setelah bus datang maka silahkan naik dan langsung turun depan kampus UIN Jakarta, Bayarnya Cuma 4.000 rupiah saja. Wenak kan? Kira-kira dari Slipi ke UIN memakan waktu 20 menit.
Trotoar Tempat Menunggu Bus Koantas Bima di Slipi
Sampai depan UIN langsung menuju masjid UIN untuk shalat dsb, atau bisa saja langsung menuju ke tempat yang anda tuju, namun bagi saya itu kurang afdal. Hehehe
Opsi lainnya adalah dari Slipi ke UIN-nya anda bisa naik ojek online. Hal itu jika anda tipe orang yang tidak mau menunggu, tapi harganya saya tidak tahu, soalnya belum pernah mencoba. Hehehe sekali lagi saya katakan “banyak jalan menuju Jakarta”, jadi kalau mau naik kereta yang harus beli satu minggu sebelum hari perjalanan anda, atau naik apapun terserah anda, yang terpenting adalah angkutan yang saya sarankan ini (Dewi Sri dan Koantas Bima) adalah yang menurut saya paling simpel, enak lagi murah. Hehehe
7. Masjid “Takjil”: idola tempat ngabuburit mahasiswa
Masjid untuk setiap muslim sebagai fitrahnya adalah tempat yang nyaman
Masjid juga seharusnya tempat menyelesaikan segala bentuk persoalan
Persoalan pendidikan, sosial, politik bahkan untuk merancang strategi peperangan
Semua fungsi masjid itu terekam oleh sejarah bahkan termaktub dalam al-Qur’an
Oleh karena itu, tidak berlebihan sikap mahasiswa yang ngabuburit ke Masjid
Selain mengisi waktu luang, penghematan, juga untuk proses menjadi lebih Abid
Di mazhab Jakarta setidaknya ada dua masjid yang jadi tempat favorit ngabuburit mahasiswa
Kedua masjid ini adalah tempat “tongkrongan” ternyaman mahasiswa pada bulan puasa
Pertama adalah masjid al-Ikhlas yang menunya sedang tapi tetap banyak peminatnya
Hal itu mungkin karena masjid ini berada tepat di belakang kampus UIN Jakarta
Sehingga ketika kegiatan kampus selesai biasanya mahasiswa mampir ke masjid ini dulu
Masjid al-Ikhlas nampak dari Depan

Mahasiswa Menunggu Adzan Magrib di Masjid al-Ikhlas








  

Sebelum kemudian pulang ke kosan yang terkadang dengan pegang air gelas sambil berlalu
Adaapun yang kedua adalah masjid Pertamina yang menunya cukup mempesona
Sesuai namanya, masjid ini sedikit lebih istimewa karena “bagian dari negara”
Masjid ini tujuan utama santri mahasiswa yang nyantrinya tidak jauh dari komplek Pertamina
Semua santri mahasiwa yang nyantri dekat komplek ini menjadikan masjid ini idolanya
Selain karena dekat, acaranya singkat, juga karena cukup nyaman teknisnya
Warga Sedang Menunggu Adzan Magrib di Masjid Pertamina
Selain itu juga cukup mengenyangkan porsinya dan lengkap jaburan/jajannya.
Mahasantri Buka Bersama di Masjid Pertamina (Taqwa)

. . .  

Mengenal Pekalongan

Minggu, 11 Januari 2015
Posted by Cak_Son
Tag :

Pekalongan adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan.

Kota ini terletak di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat Semarang, atau 384 sebelah timur Jakarta. Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik, karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga.
Transportasi di kota ini pun sudah cukup berkembang, karena terdapat terminal besar, stasiun, dan taksi. Makanan khas Pekalongan adalah Megono, yakni irisan nangka dicampur dengan sambal bumbu kelapa. Makanan ini umumnya dihidangkan saat masih panas dan dicampur dengan petai dan ikan bakar sebagai menu tambahan. Selain Megono juga ada Taoto, makanan ini seperti halnya soto, namun ada titik beda baik penampilan ataupun rasa, lebih enak Taoto dimakan dengan lontong disiang hari.
Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain misalnya: syawalan, sedekah bumi, maulidan besar-besaran dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa yang memecahkan rekor MURI oleh wali kota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung.
Suku di Kota Pekalongan mayoritas adalah Suku Melayu dan Banjar serta sebagian kecil etnis Cina, Arab dan juga sebagian kecil Suku Jawa yang berada di wilayah Pekalongan Selatan.
Welcome to My Blog

Total Tayangan Halaman

Popular Post

- Copyright © MBB -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -